
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
LANGKAT (Waspada.id) : Mangrove selama ini dikenal sebagai pelindung garis pantai dan ekosistem perairan. Namun bagi lima mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU), hutan mangrove di Desa Lubuk Kasih menyimpan potensi yang jauh lebih besar, sebagai sumber pangan dan energi.
Melalui program PKM-PM berjudul “Mangrove Eco-Revolution: Transformasi Mangrove Lubuk Kasih Menjadi Pangan dan Biochar”, tim yang beranggotakan Ricabella Aprilla Hutauruk, Mei Edis Siahaan, Anggata, Afwan Hafizullah, dan Hottua F. Sihaloho, di bawah bimbingan dosen Doni Aldo Siahaan berhasil menghadirkan inovasi yang memadukan kelestarian lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat.
Daun dan buah mangrove yang selama ini jarang dimanfaatkan, kini diolah menjadi aneka produk pangan bernilai jual seperti keripik, cookies, sirup, dan selai.
Sementara batang dan ranting yang sudah tidak produktif diubah menjadi biochar, arang hayati yang bermanfaat memperbaiki kualitas tanah, menyuburkan tanaman, sekaligus menjaga keseimbangan ekologi.
Inovasi ini tidak berhenti pada produk semata. Bersama mitra, yaitu ibu-ibu PKK Desa Lubuk Kasih, tim Mangroveer mengajarkan keterampilan pengolahan mangrove menjadi produk bernilai ekonomi.
“Awalnya kami tidak tahu sama sekali bahwa mangrove bisa diolah jadi makanan. Kami kira hanya untuk hewan, bahkan beracun bagi manusia. Sekarang kami sudah bisa membuat olahan enak sekaligus menjaga lingkungan,” ungkap salah satu anggota PKK.
Program ini membuka peluang usaha baru bagi warga, sekaligus menambah pengalaman mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan. Desa Lubuk Kasih yang dulu dikenal sebagai kawasan pesisir biasa, kini mulai membangun identitas baru sebagai desa mandiri pangan dan energi berbasis ekologi.
Tak hanya berdampak lokal, inovasi ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa pesisir lain di Indonesia.
Dengan potensi mangrove yang tersebar luas di Nusantara, model Lubuk Kasih bisa ditiru untuk menciptakan pangan alternatif, energi ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan ekonomi lokal.
“Jargon kami, Ekologi kita jaga, pangan terjaga, bukan hanya kalimat manis. Ini bukti aksi nyata kami sebagai anak muda dalam menjaga bumi, memberdayakan masyarakat, dan membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujar Ricabella, ketua tim Mangroveer.
Melalui karya ini, mahasiswa USU membuktikan bahwa inovasi berbasis ekologi tidak hanya berhenti sebagai ide kreatif, tetapi mampu mengubah kehidupan masyarakat secara nyata dan memberi harapan baru bagi pembangunan desa pesisir di Indonesia. (Id23)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.