The Fed Picu Koreksi Emas, Namun Masih Berpeluang Menguat

2 hours ago 4
Ekonomi

5 November 20255 November 2025

The Fed Picu Koreksi Emas, Namun Masih Berpeluang Menguat Harga emas dunia tengah berada di bawah tekanan setelah sempat mendekati level tertingginya di kisaran US$4.400 per ons troy. Saat ini, harga emas ditransaksikan di sekitar US$3.985 per ons troy, atau setara sekitar Rp2,1 juta per gram jika dikonversi ke rupiah.

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

MEDAN (Waspada.id): Harga emas dunia tengah berada di bawah tekanan setelah sempat mendekati level tertingginya di kisaran US$4.400 per ons troy. Saat ini, harga emas ditransaksikan di sekitar US$3.985 per ons troy, atau setara sekitar Rp2,1 juta per gram jika dikonversi ke rupiah.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa koreksi harga emas belakangan ini dipicu oleh sikap hati-hati Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait rencana penurunan suku bunga acuan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Gubernur The Fed masih menunjukkan keraguan untuk memangkas suku bunga acuan pada akhir tahun. Ketidakpastian inilah yang menekan harga emas karena pelaku pasar cenderung menahan diri,” ujar Gunawan di Medan, Rabu (5/11).

Menurutnya, keputusan kebijakan moneter The Fed akan kembali diuji pada Desember mendatang. Jika suku bunga acuan tidak diturunkan, maka pasar berpotensi kembali melirik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

“Kondisi ini bisa menjadi momentum bagi investor untuk mulai mengoleksi emas. Namun untuk saat ini, pasar masih berada pada posisi wait and see, sambil menanti data ekonomi AS terbaru,” tambahnya.

Selain faktor kebijakan moneter, Gunawan menilai harga emas juga dipengaruhi oleh meningkatnya tensi geopolitik global, terutama antara Rusia dan negara-negara NATO, serta konflik yang memanas di Timur Tengah dan Venezuela.

“Tensi geopolitik adalah faktor kejutan yang bisa kembali mengangkat harga emas. Setiap kali ketegangan meningkat, investor akan mencari aset aman seperti emas,” jelasnya.

Sementara dari sisi komoditas, penurunan harga minyak mentah dunia juga turut membebani harga emas. Menurut Gunawan, kilau emas untuk sementara tertutup oleh kekuatan dolar AS, seiring perbaikan ekonomi Amerika dan serangkaian kesepakatan dagang yang menguntungkan negeri itu.

Meski demikian, Gunawan menegaskan bahwa secara fundamental, prospek emas dalam jangka menengah hingga panjang masih positif.

“Faktor-faktor dasar seperti ketidakpastian ekonomi global dan tekanan geopolitik masih akan menopang harga emas. Saya memperkirakan emas berpotensi mencetak rekor tertinggi baru pada tahun depan,” ungkapnya.

Untuk jangka pendek, Gunawan memperkirakan harga emas masih bisa terkoreksi hingga ke level US$3.950 per ons troy, sebelum kembali melanjutkan tren kenaikan.

“Pelaku pasar perlu mencermati dinamika emas dengan seksama. Setiap perubahan kecil dalam kebijakan The Fed atau kondisi geopolitik dapat menjadi pemicu pembalikan tren harga emas,” tutup Gunawan. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |