
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
BANDA ACEH (Waspada.id): Kehidupan bangsa ini sangat terasa kering dari nilai-nilai Islam. Masalah-masalah berbangsa pun timbul berulang dan makin membesar. Umat Islam di negeri ini seperti kehilangan arah dalam berjalan untuk menemukan solusi.
Akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Tgk Saifuddin A. Rasyid (foto) menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid Syuhada Lamgugop Banda Aceh, Jumat (05/09/25) bertepatan 12 Rabi’ul Awal 1447.
Tgk Saifuddin menggugat, adakah ini merupakan pertanda bangsa ini sedang dibiarkan oleh Allah berjalan ke jurang kehancuran. Untuk itu, ia mengajak umat Islam, mari menyadari dan mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan. “Kita bertaubat secara total. Mari kita kembali ke jalan Ilahi dan menyirami setiap tantangan yang kita hadapi dengan nilai akhlak mulia tuntunan Nabi saw,” pintanya.
Tgk Saifuddin mengingatkan bahaya yang menghantui bangsa ini di masa depan bila jauh dari ajaran agama dan akhlak bangsa yang menyimpang dari tuntunan Rasulullah saw.
“Situasi panas di cakrawala Indonesia yang kita hadapi pekan lalu, dan mungkin saja terulang, dalam bentuk demo tertib yang kemudian berubah anarkis adalah bentuk dari sudah terjadinya ketimpangan nilai di tengah tengah kita,” ujarnya.
Menurut Tgk Saifuddin, komponen bangsa sudah kurang saling percaya. Saling curiga dan tak menghargai sesama. Para oknum pejabat yang arogan dengan jabatan yang didudukinya tak malu memperlihatkan sikap kasar dan tak santun pada rakyat.
“Berpesta pora dengan kekayaan dan kemewahan fasilitas di tengah kesengsaraan bangsa, dan mengeluarkan kata kata yang dapat menyulut kemarahan dan sebagainya itu, adalah bentuk kelemahan akhlak dan jauh dari nilai agama,” lanjutnya.
Tgk Saifuddin menguraikan, masyarakat yang kehilangan kesabaran dan kemudian terprovokasi tak sengaja melakukan tindakan merusak dan anarkis, kita percaya karena sudah tidak sanggup melihat perilaku arogansi beberapa oknum pejabat.
Mereka juga perlu beristighfar memohon ampun pada Allah. Karena tindakan merusak baik terhadap harta benda, lingkungan, terlebih dapat membahayakan manusia, itu tidak sejalan dengan akhlak yang dicontohkan Nabi saw.
“Karena itu, mari kita semua segenap komponen bangsa, baik masyarakat, rakyat, terlebih pejabat dan penguasa untuk duduk bersama dalam keadaan saling menghargai dan melihat kedepan untuk kemajuan generasi”, himbau pegiat moderasi beragama itu.
Saifuddin yang juga Imam Besar Mesjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini menggarisbawahi, momentum umat Islam menyambut hari lahir junjungan mulia Muhammad saw. Ini saat yang tepat kita kembali membuka lembaran kehidupan baginda Nabi untuk kita ambil ibrahnya dan kita terapkan dalam kehidupan kita berbangsa.
Menurut Tgk Saifuddin, momentum kelahiran baginda Nabi SAW intinya bukan pada seremoni atau kenduri yang kita gelar secara bersengaja untuk membesarkan hari lahir beliau ini. Tetapi yang lebih mendasar adalah pada upaya memahami, memberi makna, dan menerjemahkan secara operasional segenap contoh etape kehidupan beliau.
“Jangan terpaku pada perilaku membesar besarkan perbedaan, baik perbedaan etnis dan suku, berbeda cara beribadah berdasarkan mazhab, dan berbagai perbedaan lainnya,” pesannya.
Menutup khutbahnya Tgk Saifuddin menekankan, umat Islam mesti terus menerus meneladani Rasulullah saw dalam berbagai aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
“Demikian pula dalam kehidupan berbangsa, baik dalam politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan, harus tetap sesuai dengan intisari ayat Allah, sesungguhnya pada diri Rasulullah ada contoh teladan yang baik yaitu bagi kita yang mengharap akan bantuan dan ridha Allah Swt,” pungkasnya. (Id66)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.