- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG menguat sementara rupiah melemah
- Wall Street pesta pora dan mencetak rekor baru
- Negoisasi dagang, risalah FOMC dan data ekonomi akan menjadi penggera pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kembali bergerak tak senada. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau, sementara pergerakan rupiah terhadap dolar AS justru harus berada di zona pelemahan.
Masa negosiasi tarif antara beberapa negara termasuk Indonesia kepada mitra dagangnya Amerika Serikat (AS) hingga pestanya saham-saham IPO menjadi katalis pendorong IHSG pada perdagangan kemarin.
Penantian rapat Federal Open Market Committee (FOMC) hingga kabar pungutan ekspor batubara dan emas akan menjadi sentimen pasar hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (9/7/2025) ditutup menguat 0,57% di level 6.943,92. Kenaikan ini menjadi penguatan IHSG selama tiga hari beruntun.
Sebanyak 379 saham naik, 218 turun, dan 367 tidak bergerak. Nilai transaksi hingga akhir sesi II mencapai Rp 10,19 triliun yang melibatkan 25,47 miliar saham dalam 1,06 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun terkerek naik jadi Rp 12.271 triliun. Asing masih mencatat net sell sebesar Rp 367,14 miliar pada perdagangan kemarin.
Mengutip Refinitiv, properti menjadi sektor yang paling agresif dengan kenaikan 5,1%. Hal ini seiring dengan melesatnya saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) sebesar 11,27% menjadi 13.575.
Saham PANI tercatat sudah reli panjang sejak pekan lalu. Dan perdagangan kemarin merupakan kenaikan harian tertinggi saham PANI.
Adapun penggerak utama IHSG pada perdagangan kemarin adalah saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang menyumbang 11,85 indeks poin. Saham emiten Salim tersebut naik 4,79% ke level 8.750.
Kenaikan IHSG juga didorong oleh euforia saham-saham IPO yang ditunggu investor. Dua saham IPO yang listing pada perdagangan kemarin, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) langsung melesat hingga menyentuh auto reject atas (ARA) begitu melantai perdana di Bursa.
CDIA menjadi saham yang cukup atraktif pada perdagangan kemarin. Total antrean beli di saham Prajogo Pangestu tersebut mencapai 36,18 juta lot di harga ARA atau 256.
Menurut sejumlah analis, pasar keuangan Indonesia masih akan dibayangi oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Kebijakannya yang berubah-ubah bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar.
Sementara itu, IHSG tengah berada di area konsolidasi usai tren penurunan secara minor trend. Hal ini memberikan peluang IHSG dapat menuju bullish trend usai keluar dari zona konsolidasi. Harapan negosiasi RI terhadap tarif yang ditetapkan Presiden Trump bisa menjadi katalis positif bagi pasar keuangan RI.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (9/7/2025) ditutup pada posisi Rp 16.240/US$1 atau melemah 0,25%.
Rupiah melemah seiring dengan naiknya ketidakpastian global akibat dari kebijakan tarif terbaru dari Presiden AS Donald Trump. Trump diketahui mengirimkan surat resmi kepada sejumlah negara mitra dagang AS. Dalam surat tersebut, Trump memperingatkan bahwa negara-negara tersebut akan dikenai tarif impor yang lebih tinggi dalam waktu dekat apabila kesepakatan dagang tidak segera tercapai.
Namun menurut Ahmad Mikail Zaini, Ekonom Senior Sucor Sekuritas, rupiah justru memiliki ruang untuk menguat dalam jangka menengah. Pelemahan dolar AS, meningkatnya yield US Treasury, serta stabilitas ekonomi domestik menjadi kombinasi positif bagi rupiah.
Mikail juga memperkirakan bahwa hingga akhir tahun, nilai tukar rupiah masih berpeluang terapresiasi hingga menyentuh level Rp15.500/US$1.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (9/7/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau menguat 0,27% di level 6,582%. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages