Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia menghadapi ancaman krisis iklim yang semakin nyata. Laporan terbaru dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) mencatat suhu Bumi pada Januari 2025 sudah 1,75 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan era pra-industri.
Data ini memperkuat prediksi Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) yang menyebut Bumi akan melampaui ambang batas pemanasan global 1,5 derajat Celsius dalam 10 tahun ke depan. Jika batas ini terlampaui, dampaknya terhadap Bumi akan bersifat permanen dan tak dapat diperbaiki.
IPCC menegaskan, kondisi ini berarti warga Bumi berhadapan dengan dekade paling krusial dalam sejarah manusia. Organisasi ini pun mendesak masyarakat global untuk segera memangkas emisi secara drastis.
"Kita sudah memiliki teknologi, peralatan, dan anggaran. Yang kurang hanyalah kemauan politik yang kuat," ujar Ketua IPCC Lee Hoesung, dikutip dari AFP, Minggu (13/4/2025).
Fenomena pemanasan global kini sudah terlihat nyata melalui cuaca ekstrem. Ilmuwan dari Imperial College London, Friederike Otto mengingatkan, "tahun terpanas yang kita alami sekarang akan menjadi tahun terdingin bagi generasi mendatang."
Jika pemanasan global terus berlanjut, dunia akan menghadapi berbagai bencana, seperti percepatan kepunahan spesies, gagal panen, kematian terumbu karang, hingga mencairnya es di kutub.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan negara-negara maju untuk mempercepat target netral karbon dari 2050 menjadi 2040 demi "menjinakkan bom iklim."
"Manusia berdiri di atas lapisan es yang sangat tipis, dan lapisan itu mencair dengan cepat," kata Guterres.
IPCC memperkirakan jika suhu Bumi hanya mampu ditekan hingga 1,8 derajat Celcius, setengah populasi dunia akan hidup dalam kondisi panas dan kelembaban ekstrem pada 2100. Asia Tenggara, sebagian Brasil, dan Afrika Barat menjadi wilayah paling terdampak.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Januari 2025 menandai bulan ke-18 dari 19 bulan terakhir di mana suhu global konsisten 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Tahun 2024 juga tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah.
Namun, WMO menegaskan, pencapaian suhu di atas 1,5 derajat dalam satu tahun belum berarti target jangka panjang Perjanjian Paris gagal. Target tersebut dinilai dalam periode beberapa dekade, bukan tahunan.
Kendati begitu, setiap kenaikan kecil dalam suhu membawa konsekuensi besar. Sepuluh tahun terakhir tercatat sebagai dekade terpanas sepanjang sejarah.
Adapun distribusi suhu tidak merata. Januari 2025 menunjukkan suhu di atas rata-rata di sebagian besar dunia, namun lebih rendah di Amerika Serikat, Greenland, dan Rusia bagian timur jauh. Selain itu, luas es laut Arktik juga tercatat sebagai yang terendah sepanjang sejarah.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prospek Investasi Bitcoin Cs Saat Trump "Kobarkan" Perang Tarif
Next Article Tanda Kiamat Sudah Dekat Makin Nyata, Dapat Dilihat Jelas dari Daun