AS-Iran 'Empat Mata' Bahas Nuklir, Trump Ultimatum Serbu Teheran

1 day ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Delegasi Amerika Serikat (AS) dan Iran bertemu di Oman, Sabtu (12/4/2025). Pertemuan dilakukan saat Presiden AS Donald Trump terus menekan Teheran agar dapat mengendalikan program nuklirnya hingga tidak dijadikan senjata.

Pertemuan antara dua negara itu diwakili Utusan Timur Tengah Presiden Trump, Steve Witkoff dan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dari Iran. Pertemuan dilakukan di rumah Menteri Luar Negeri Oman Said Badr Al Busaidi di ibu kota Muscat.

"Selama pembicaraan, Witkoff dan timnya ditempatkan di ruang penerima tamu di sebelah kanan pintu masuk utama rumah tersebut, sementara Araghchi dan timnya berada di ruangan di sebelah kiri. Pihak Oman saling bertukar pesan dalam bahasa Inggris antara kedua belah pihak," kata seorang sumber kepada CNN International.

Setelah pembicaraan berakhir, kedua delegasi hanya berbicara selama beberapa menit di lorong marmer saat keluar. Media Pemerintah Iran, IRNA, menyebut pertemuan tersebut diadakan dalam suasana yang 'konstruktif' berdasarkan rasa saling menghormati.

"Setelah lebih dari dua setengah jam negosiasi tidak langsung, kepala delegasi Iran dan Amerika berbicara selama beberapa menit di hadapan menteri luar negeri Oman saat mereka meninggalkan perundingan," kantor berita itu melaporkan.

Gedung Putih juga menggambarkan perundingan itu sebagai positif dan konstruktif. Pihak Kepresidenan AS itu menyebut pertemuan itu sebagai sebuah langkah maju dalam mencapai hasil yang saling menguntungkan.

"Witkoff menekankan kepada Dr. Araghchi bahwa ia mendapat instruksi dari Presiden Trump untuk menyelesaikan perbedaan kedua negara kita melalui dialog dan diplomasi, jika itu memungkinkan," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Pembicaraan pada hari Sabtu itu dilakukan untuk mencapai kesepakatan nuklir baru. Hal ini dilatarbelakangi oleh ancaman Trump akan serangan militer sebagai konsekuensi dari kegagalan negosiasi dan peringatan Teheran bahwa setiap serangan terhadapnya akan menyeret AS ke dalam konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Meskipun agenda pasti untuk putaran perundingan berikutnya masih belum jelas, Trump telah berjanji untuk mengamankan perjanjian yang 'lebih kuat' dibanding kesepakatan nuklir 2015 yang ditengahi oleh Pemerintahan Presiden Obama, yang dimaksudkan untuk mengekang program nuklir Iran. Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018, menyebutnya sebagai perjanjian bencana yang memberikan uang kepada rezim yang 'mensponsori terorisme'.

Trump ingin membuat kesepakatan yang akan mencegah Iran membangun senjata nuklir, tetapi belum menentukan bagaimana kesepakatan tersebut akan berbeda dengan perjanjian sebelumnya, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, atau JCPOA. Trump sendiri telah memberi Teheran tenggat waktu dua bulan untuk menerima kesepakatan penghentian program nuklir itu

"Saya ingin mereka tidak memiliki senjata nuklir. Saya ingin Iran menjadi negara yang luar biasa, hebat, dan bahagia, tetapi mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir," kata Trump di dalam Air Force One dalam perjalanannya ke Florida pada Jumat malam.

Ancaman Trump dan Bayang-bayang Israel

Pembicaraan itu dilakukan setelah Iran itu melihat proyeksi kekuatan regionalnya melemah secara signifikan selama 18 bulan terakhir. Hal ini terjadi setelah serangan Israel terhadap proksinya, penggulingan Bashar Al Assad di Suriah, dan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dalam perbatasannya sendiri.

Trump mengatakan serangan militer mungkin dilakukan terhadap Iran jika kesepakatan nuklir baru tidak tercapai. Ia juga mengindikasikan bahwa Israel, yang telah menganjurkan serangan terhadap Iran, akan memimpin serangan tersebut.

"Jika itu membutuhkan militer, kami akan menggunakan militer," kata Trump pada hari Rabu. "Israel jelas akan sangat terlibat dalam hal itu. Mereka akan menjadi pemimpinnya."

Namun Iran telah berulang kali menolak untuk bernegosiasi di bawah tekanan. Negeri Persia pun telah menegaskan bahwa pihaknya memiliki batasan-batasan tertentu untuk dapat menyetujui negosiasi dengan Washington.

"Iran telah menetapkan garis merah untuk pembicaraan, termasuk bahasa yang mengancam, tuntutan berlebihan mengenai program nuklir Iran, dan industri pertahanan Iran," menurut kantor berita semi-negara Tasnim.


(tps/tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Detik-Detik Jet Tempur AS Gempur Pemberontak Houthi

Next Article 7 Update Perang Arab! Israel Bom Gaza di Tahun Baru, Iran vs Saudi

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |