Tanda Kiamat Makin Dekat, Sisa Waktu Penghuni Buma Cuma 10 Tahun

5 days ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) yang diimplementasikan Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa, mengungkap suhu Bumi pada Januari 2025 sudah mencapai 1,75 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Hal ini membuktikan ramalan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) yang menyebut Bumi akan melampaui tingkat pemanasan global 1,5 derajat Celcius dalam 10 tahun ke depan.  

Padahal 1,5 derajat Celcius adalah batas bencana pemanasan global yang dampaknya ke Bumi sudah tidak bisa diperbaiki. IPCC menegaskan bahwa kondisi ini berarti warga Bumi berhadapan dengan dekade paling penting dalam sejarah manusia.

Temuan IPCC ini tertera dalam laporan PBB beberapa saat lalu. PBB mengimbau agar penduduk Bumi segera mengurangi emisi pemanasan global secara drastis.

Menurut IPCC, saat ini manusia memiliki beragam tool yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan iklim. Misalnya teknologi yang mumpuni, peralatan yang canggih, hingga anggaran yang cukup.

"Satu-satunya yang kurang adalah kemauan politik yang kuat," kata Ketua IPCC Lee Hoesung, dikutip dari AFP.

Dampak pemanasan global ini sudah sangat dirasakan oleh penduduk Bumi dalam bentuk cuaca ekstrem.

"Tahun paling hangat yang kita alami saat ini akan menjadi tahun terdingin di satu generasi," kata ilmuwan dari Imperial College London, Friederike Otto.

Dampak terlampauinya batas 1,5 derajat Celcius adalah sinyal peningkatan laju kepunahan spesies, gagal panen, hingga "tipping point" dari perubahan sistem iklim berupa kematian koral dan mencairnya es di kutub.

Sekjen PBB Antonio Gueterres menyatakan negara kaya yang tadinya menargetkan karbon netral pada 2050 harus mempercepatnya menjadi 2040 untuk "menjinakkan bom iklim"

"Manusia berdiri di lapisan es yang tipis, dan es itu mencair dengan sangat cepat," kata Gueterres.

Menurut laporan IPCC, jika Bumi hanya bisa menahan laju pemanasan global sebesar 1,8 derajat Celcius, setengah dari manusia di Bumi bakal hidup di tengah panas dan kelembaban ekstrem pada 2100.

Wilayah yang paling terdampak dari panas dan kelembaban ekstrem tersebut termasuk Asia Tenggara, sebagian dari Brasil, dan Afrika bagian barat.

Dikutip dari laman resmi World Meteorological Organization (WMO), Selasa (8/4/2025), dikatakan bahwa Januari 2025 menandai bulan ke-18 dalam sembilan belas bulan terakhir di mana suhu permukaan udara rata-rata global lebih dari 1,5°C di atas tingkat pra-industri.

Menurut analisis global gabungan WMO terhadap enam set data internasional, 2024 merupakan tahun terhangat yang pernah tercatat, kemungkinan mencapai 1,5°C untuk pertama kalinya.

"Namun, satu tahun di atas 1,5°C tidak berarti kita gagal memenuhi target suhu jangka panjang Perjanjian Paris, yang diukur selama beberapa dekade, bukan satu tahun," tertera dalam laman WMO.

Kendati demikian, penting untuk menyadari bahwa setiap fraksi derajat pemanasan itu penting. Sebagai catatan, 10 tahun terakhir merupakan sepuluh tahun terhangat yang pernah tercatat.

Variasi suhu sendiri tidak seragam. Suhu pada bulan Januari 2025 berada di atas rata-rata di sebagian besar dunia, tetapi jauh di bawah rata-rata di Amerika Serikat, Greenland, dan Rusia timur jauh.

Luas es laut Arktik pada bulan Januari merupakan yang terendah yang pernah tercatat, menurut C3S, dan terendah kedua menurut NOAA.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Transformasi Kesehatan: Menyongsong Indonesia Emas 2045

Next Article Ilmuwan Takut Kiamat Makin Nyata Gegara Donald Trump, Ini Alasannya

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |