Sektor Konsumsi Rumah Tangga Relatif Tumbuh Ditopang Tarik Tabungan Dan Utang

1 month ago 15
Ekonomi

7 Agustus 20257 Agustus 2025

Sektor Konsumsi Rumah Tangga Relatif Tumbuh Ditopang Tarik Tabungan Dan Utang sektor konsumsi rumah tangga/ ist

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

JAKARTA (Waspada.id): Sektor konsumsi rumah tangga yang relatih masih tumbuh, ternyata banyak ditopang oleh penarikan tabungan dan utang, bukan dari peningkatan pendapatan riil. Hal ini memperlihatkan daya beli yang rapuh dan ketahanan keuangan rumah tangga yang semakin menipis.

Terlihat secara lebih luas, data perbankan menunjukkan saldo tabungan di bawah Rp100 juta terus menurun. Saldo rata-rata untuk kelompok ini turun dari Rp4,29 juta pada 2012 menjadi Rp1,78 juta pada 2025. Penurunan akumulatif ini mencapai 58,5 persen dalam 13 tahun terakhir.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Hal itu terungkap dari Laporan Indonesia Economic Outlook (IEO) Q3-2025 dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) di Jakarta, di kutip Kamis (7/8/2025).

“Kondisi ini menunjukkan bahwa rumah tangga tidak hanya menabung lebih sedikit, tetapi juga menarik simpanan mereka yang terbatas untuk mempertahankan tingkat pengeluaran,” tulis laporan tersebut.

Hal ini memperlihatkan daya beli yang rapuh dan ketahanan keuangan rumah tangga yang semakin menipis. Kondisi ini perlu menjadi perhatian pemerintah.

Tanpa perbaikan kualitas pekerjaan dan peningkatan upah riil, manfaat pertumbuhan ekonomi hanya akan terkonsentrasi pada kelompok atas, sementara mayoritas rumah tangga tetap bergelut menjaga konsumsi dasar mereka.

Kinerja ekonomi Indonesia yang masih tumbuh tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan riil pekerja. Pertumbuhan upah riil bahkan tertinggal jauh dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

“Hal ini yang memperlihatkan gejala pemisahan antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan pekerja yang terbilang jomplang,” terangnya.

LPEM FEB UI mencatat, sejak 2017 hingga 2024, upah riil hanya tumbuh 0,6 persen per tahun. Angka ini jauh di bawah pertumbuhan PDB yang mencapai rata-rata 4,0 persen per tahun.

“Periode stagnasi upah ini bertepatan dengan menurunnya porsi kelas menengah Indonesia, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan yang lemah telah mengikis mobilitas ke atas dan ketahanan rumah tangga,” tulis laporan itu.

LPEM juga mencatat ketimpangan yang kian melebar antara pelaku usaha dan pekerja. Kenaikan keuntungan ekonomi lebih banyak dinikmati oleh pemilik modal, bukan oleh pekerja.

Salah satu penyebabnya adalah dominasi sektor padat modal seperti pertambangan dan keuangan, di mana pendapatan non-upah tumbuh lebih cepat. Di sisi lain, tekanan terhadap daya beli tidak hanya berasal dari stagnasi upah.

Data penggunaan pendapatan rumah tangga menunjukkan, proporsi pengeluaran untuk konsumsi naik dari 67 persen pada 2012 menjadi 74,6 persen pada kuartal I-2025. Sedangkan tabungan dan pembayaran utang menyusut.

“Porsi konsumsi tetap bernilai tinggi, dengan hanya sedikit koreksi menjadi 74,6 persen pada awal tahun 2025, sementara tingkat tabungan terus merosot menjadi 14,6 persen,” tertulis dalam laporan.

Tekanan ini kian kompleks dengan meningkatnya beban cicilan. Porsi pendapatan rumah tangga untuk membayar pinjaman naik dari 9 persen pada 2023 menjadi 10,8 persen pada kuartal I-2025. (Id88).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |