Saham PMUI ARB Karena Nyaris Batal IPO? Nasib 7 Perusahaan Lebih Buruk

9 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan saham-saham Initial Public Offering (IPO) yang baru saja resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan kemarin, Kamis (9/7/2025) bergerak beragam.

Dari empat saham yang listing hari ini, tiga diantaranya berhasil mencatatkan kinerja pergerakan harga saham yang positif sementara berbeda dengan sisanya yang justru mencatatkan pergerakan harga saham yang negatif.

Pada perdagangan Kamis (10/7/2025), dari empat emiten yang listing kemarin, tiga berhasil Auto Rejection Atas (ARA), sementara satunya harus mencatatkan Auto Rejection Bawah (ARB).

Jatuhnya harga saham PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI) disebabkan karena hampir batalnya IPO saham tersebut H-1 sebelum listing. Hal tersebut karena sekuritas penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) gagal menjual saham yang ditawarkan.

Dikabarkan bahwa IPO PMUI hanya mampu menyerap 25% saham dari total saham yang ditawarkan. Padahal, skema yang digunakan dalam IPO ini adalah full commitment, yang seharusnya mewajibkan penjamin pelaksana emisi menyerap seluruh sisa saham yang tidak laku di pasar.

Hal tersebut sempat membuat proses pencatatan saham tertahan. Bahkan, sempat beredar tangkapan layar email dari IDX Contact Center yang menyatakan BEI tidak dapat melanjutkan pencatatan saham PMUI. Kabar ini menyebar luas dan memicu spekulasi bahwa IPO PMUI batal.

Dikabarkan pihak manajemen PMUI pun ikut turun tangan langsung untuk menanggung kekurangan dana yang seharusnya menjadi kewajiban underwriter.

Namun, setelah kelengkapan dokumen diperbaiki dan semua kewajiban keuangan diselesaikan, akhirnya saham PMUI lanjut untuk melaksanakan IPO.

Usai pencatatan saham perdananya, Direktur Utama PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI) Agus Susanto menyebutkan terdapat investor strategis yang menyerap saham yang ditawarkan dalam penawaran umum perdana saham IPO PMUI.

Agus juga menyatakan bahwa seluruh proses listing berjalan sesuai ketentuan, dan isu kegagalan penyerapan saham sepenuhnya hanya miskomunikasi yang telah diselesaikan secara internal bersama penjamin pelaksana emisi efeknya yakni PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI).

Manajemen PMUI pun menepis kabar bahwa pihak internal perusahaan harus menalangi kekurangan saham agar bisa memenuhi syarat pencatatan.

Meskipun PMUI tidak jadi batal IPO, namun ternyata terdapat beberapa calon emiten yang pada akhirnya membatalkan IPO.

CNBC Indonesia Research telah mencatat 7 perusahaan yang batal melaksanakan IPO di BEI.

1. PT Lion Mentari Airlines

Maskapai penerbangan PT Lion Mentari Airlines atau Lion Air Group sempat berencana untuk melaksanakan pencatatan saham perdana pada 2019. Saat itu dikabarkan terdapat pembatasan informasi dan lainnya.

Padahal, maskapai yang dimiliki Rusdi Kirana ini sebelumnya mengajukan ke BEI untuk IPO dan masuk pipeline calon perusahaan tercatat di tahun ini. Mengacu pada rencana awal, Lion air masuk dalam sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.

Bila mengacu aturan perusahaan yang akan IPO, tahun buku yang digunakan berlaku enam bulan terakhir, seharusnya, Lion Air mencatatkan saham perdana di BEI pada Desember 2019. Namun, karena pertimbangan pasar dan lainnya, rencana itu urung dilaksanakan.

2. PT Zeus Kimiatama Indonesia

Perusahaan sektor manufaktur, PT Zeus Kimiatama Indonesia Tbk (ZEUS) membatalkan rencananya untuk penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO). Hal itu tercermin dari status laman e-IPO yang kini berstatus canceled.

Sebelumnya perusahaan fintech pemberi pinjaman online (pinjol) Akseleran juga mengambil langkah serupa untuk membatalkan rencana go public.

Artinya, perkiraan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang direncanakan pada 8 Agustus 2023 pun batal.

Tadinya, ZEUS akan melepas sebanyak 1.050.000.000 saham baru yang merupakan saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 10 per saham atau sebanyak- banyaknya 21,27% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Adapun harga yang ditawarkan kepada masyarakat sekitar Rp 100 - Rp 105 per saham. Sehingga perseroan berharap akan meraup dana segar sebesar Rp 105.000.000.000 - Rp110.250.000.000.

Selain itu, perseroan juga akan mengadakan program alokasi saham pegawai (Employee Stock Allocation atau ESA), dengan jumlah sebanyak - banyaknya 1,14% dari saham yang ditawarkan dalam IPO atau sebanyak-banyaknya 11.970.000 saham.

Perseroan secara bersamaan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 525.000.000 waran seri I yang menyertai saham baru atau sebanyak-banyaknya 13,50% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.

Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang Saham Baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal penjatahan. Setiap pemegang 2 saham baru perseroan berhak memperoleh 1 waran seri I dimana setiap 1 waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru Perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.

Waran seri I yang diterbitkan mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama 1 tahun.

Waran seri I adalah efek yang diterbitkan oleh Perseroan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk memesan saham biasa atas nama perseroan yang bernilai nominal Rp 10 per sahamnya dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 125 - Rp 135 per saham, yang dapat dilakukan setelah 6 bulan atau lebih sejak efek dimaksud diterbitkan, yang berlaku mulai tanggal 8 Februari 2024 sampai dengan tanggal 8 Agustus 2024.

Pemegang waran seri I tidak mempunyai hak sebagai pemegang saham termasuk hak dividen selama waran seri I tersebut belum dilaksanakan menjadi saham.

Apabila waran seri I tidak dilaksanakan sampai habis masa berlakunya, maka waran seri I tersebut menjadi kedaluwarsa, tidak bernilai dan tidak berlaku. Masa berlaku waran seri I tidak dapat diperpanjang lagi.

Total dana dari waran seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 65.625.000.000 - Rp 70.875.000.000.

Rencananya, hasil dana IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek, sekitar 80,98% akan digunakan untuk belanja modal
Perseroan yang tergolong dalam Capital Expenditure (capex). Sementara sisanya, sekitar 19,02% akan digunakan untuk keperluan modal kerja, yaitu penambahan persediaan dan biaya operasional.

Masih belum diketahui pasti alasan perusahaan membatalkan aksi pencatatan saham perdana di BEI.

3. PT Akselerasi Usaha Indonesia

Perusahaan penyedia layanan pinjaman online (pinjol), PT Akselerasi Usaha Indonesia batal untuk melantai di bursa dan secara resmi menunda pelaksanaan Initial Public Offering (IPO)-nya. Hal ini disebabkan alasan tertentu.

Sebelumnya, perusahaan peer to peer (P2P) lending ini berniat untuk menjalani proses penawaran umum perdana sahamnya pada 9 Agustus 2023. Namun, niat itu mesti diurungkan karena perseroan harus mencari strategic investor yang tepat.

Meski demikian, perseroan berkomitmen untuk terus menjalankan usaha layanan pendanaan bagi UMKM di Indonesia. Sampai dengan akhir Juni 2023, perusahaan telah menyalurkan tidak kurang dari Rp.1.44 Triliun pinjaman, atau naik 22% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski dengan Non-performing loan (NPL) rendah, mengacu pada prospektusnya, Akseleran masih mencatatkan rugi bersih pada tahun 2022 sebesar Rp22,4 miliar.

Adapun di awal tahun, rugi tahun berjalannya meningkat 127,25% secara year on year (yoy). Akseleran mencatatkan rugi tahun berjalan per 31 Januari 2023 sebesar Rp4,35 miliar, dari semula hanya Rp1,91 miliar untuk periode yang sama tahun sebelumnya.

Terkait penundaan IPO, salah satu alasan perseroan melakukan melakukan IPO saat ini karena melihat peluang akuisisi terhadap PT Pratama Interdana Finance (PIF).

4. PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk membatalkan pelaksanaan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Hal ini seperti diterangkan oleh informasi pada situs e-IPO.

Sebelumnya, Bank Sumut telah melakukan penawaran awal atau bookbuilding pada tanggal 5-18 Januari 2023. Rencana awalnya, bank akan melepas sebanyak 2.934.798.300 saham atau setara 23% dari total saham usai IPO.

Terkait penundaan IPO ini, BEI mengatakan penundaan atau pembatalan IPO dapat terjadi sampai dengan rencana penawaran umum memperoleh pernyataan Efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ia tidak secara spesifik menjelaskan apa alasan dibalik batalnya pelaksanaan IPO Bank Sumut. Alasan mengenai pembatalan ataupun penundaan tersebut sepenuhnya didasarkan kepada keputusan Calon Perusahaan Tercatat bersama dengan Penjamin Emisi.

5. PT Artajasa Pembayaran Elektronis

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) PT Artajasa Pembayaran Elektronis batal karena tidak memenuhi ketentuan batasan kepemilikan asing pada perusahaan tersebut.

BEI mengatakan batasan kepemilikan asing saham investor asing merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar perseroan bisa mengikuti implementasi GPN.

Pada 2018, saham PT Artajasa Pembayaran Elektronik mayoritas dimiliki oleh PT Aplikanusa Lintasarta sebesar 55%, YKKBI sebanyak 35% dan MVK sebanyak 10%. Sementara itu, kepemilikan asing dalam perusahaan ini yakni dimiliki oleh Ooredoo Q.P.S.C. sebesar 25,9% melalui Lintasarta.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/8/PBI/2017 Tentang Gerbang Pembayaran Nasional (National Payment Gateway) maksimal kepemilikan asing dalam perusahaan switching hanya sebesar 20% sehingga dikhawatirkan ketika sudah menjadi perusahaan publik, regulator tak bisa mengontrol kepemilikan asing atas perusahaan.

6. PT Mandiri Mineral Perkasa

PT Mandiri Mineral Perkasa Tbk (NPII), emiten di bidang jasa penunjang pertambangan dan penggalian, diketahui membatalkan rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Hal itu terungkap dalam laman e-ipo, di mana status IPO perseroan adalah canceled. Perseroan seharusnya dijadwalkan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 14 Juni 2022. Artinya, IPO perseroan sudah melewati jadwal rencana awal.

Mandiri Mineral Perkasa merupakan salah satu pemimpin dan perusahaan terkemuka kontraktor Nikel di Indonesia dengan cakupan wilayah di Sulawesi Tenggara yang merupakan salah satu pusat Nikel di Tanah Air.

Berdasarkan prospektus, perseroan berencana melepas paling banyak 950 juta saham biasa atau paling banyak 0,73% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO dengan nilai nominal Rp 2 per saham.

Saham yang ditawarkan merupakan saham baru dengan kisaran harga penawaran Rp 132 hingga Rp 142 untuk setiap saham. Sehingga jumlah kisaran Penawaran Umum Perdana Saham mencapai Rp 125,4 miliar - Rp 134,9 miliar.

Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah PT Victoria Sekuritas Indonesia dan PT Surya Fajar Sekuritas.

Bersamaan dengan IPO ini, perseroan menerbitkan Waran Seri I sebanyak-banyaknya 4,75 miliar atau setara 3,65% dari modal disetor pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO. Pada setiap satu saham baru hasil penawaran umum melekat lima waran Seri I di mana setiap satu waran seri I dapat ditukar dengan satu saham biasa atas nama.

Waran seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melaksanakan pembelian saham biasa atas nama dengan nilai nominal sebesar Rp 2 setiap saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 500 setiap saham.

Jumlah dana yang akan diterima perseroan dari penawaran waran seri I seluruhnya berjumlah sebanyak-banyaknya Rp 2,375 triliun, yang dapat dilaksanakan selama berlakunya pelaksanaan yaitu sejak enam bulan setelah efek diterbitkan, mulai dari tanggal 14 Desember 2022 sampai dengan tanggal 13 Juni 2024.

Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham perseroan setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan dipergunakan untuk modal kerja perseroan guna mendukung kegiatan usaha seperti pembelian sparepart alat-alat berat, pembelian bahan bakar (fuel) untuk alat-alat berat, pembayaran tenaga kerja karyawan baik site maupun operasional kantor, untuk melakukan sewa alat berat dalam jangka pendek.

Sedangkan, dana hasil penawaran waran seri I seluruhnya juga akan digunakan oleh perseroan sebagai modal kerja perseroan guna mendukung kegiatan usaha seperti pembelian sparepart alat-alat berat, pembelian bahan bakar (fuel) untuk alat-alat berat, pembayaran tenaga kerja karyawan baik site maupun operasional kantor, untuk melakukan sewa alat berat dalam jangka pendek.

7. PT Berkah Mulia Mandiri

PT Berkah Mulia Mandiri Tbk membatalkan proses penawaran saham ke publik lewat initial public offering (IPO). Hal ini diketahui dari laman e-IPO, dimana proses IPO perusahaan yang akan memakai kode saham BITU ini berstatus canceled alias dibatalkan.

Hingga saat ini belum ada penjelasan dari manajemen terkait batalnya proses IPO ini. Sebelumnya, BITU sudah menggelar periode book building yang berlangsung mulai 20 Juli sampai 25 Juli 2023. Seharusnya, penawaran umum (offering) bisa berlangsung pada 2-4 Agustus 2023.

Diketahui, dalam prospektus yang terlampir, perusahaan yang berbasis di Surabaya ini akan melepas sebanyak-banyaknya 550 juta saham baru atau sebanyak-banyaknya 31,30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

BITU ditawarkan dengan harga penawaran sebesar Rp 131 sampai dengan Rp140. Sehingga, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan bitumen (aspal) ini berpotensi meraup dana sebanyak-banyaknya Rp 77 miliar.

BITU secara bersamaan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 137,5 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru atau sebanyak-banyaknya 11,392% dari total jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Setiap pemegang 4 Saham Baru berhak memperoleh 1 Waran Seri I, dimana setiap 1 Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 Saham Baru BITU yang dikeluarkan dari portepel.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |