Saham Bank Ngebut, Tapi IHSG Rawan Kelelahan Usai Pesta 4 Hari

13 hours ago 4
  • Pasar keuangan Indonesia kompak berakhir di zona hijau, rupiah & IHSG sama-sama menguat pada perdagangan kemarin
  • Wall Street kompak menguat seiring sikap investor yang terus mengabaikan kekhawatiran atas tarif perdagangan
  • Negoisasi dagang dan data ekonomi serta IPO akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kompak berpesta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat dan menembus level psikologis 7.000, begitu juga dengan pergerakan rupiah terhadap dolar AS yang menguat.

Pasar keuangan Indonesia hari ini diperkirakan akan bergerak beragam.  Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (10/7/2025) ditutup menguat 0,88% di level 7.005,37. Kenaikan ini menjadi penguatan IHSG selama empat hari beruntun.

Sebanyak 396 saham naik, 211 turun, dan 361 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 13,35 triliun yang melibatkan 20,36 miliar saham dalam 1,28 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun terkerek naik menjadi Rp 12.349 triliun. Investor asing masih mencatat net sell sebesar Rp 394,18 miliar pada perdagangan kemarin.

Mengutip Refinitiv, finansial menjadi sektor dengan laju paling kencang, yaitu 2,05%. Lalu diikuti oleh utilitas 1,92% dan industri 0,38%.

Laju kencang sektor finansial tidak terlepas dari pergerakan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang naik 5,2% dan ditutup pada harga 3.870. BBRI menyumbang 29,02 indeks poin.

BBRI sepanjang hari kemarin diperdagangkan di rentang harga 3.680-3.880. Hingga pasar ditutup antrean beli mencapai 860.245 lot dengan permintaan paling tebal pada harga 3.780.

Pada kolom jual ada 457.439 antrean dengan penawaran harga tertinggi pada 4.050. Tercatat transaksi BBRI paling banyak terjadi di harga 3.870 dengan volume 38,49 juta saham.

Selain BBRI, tiga saham bank jumbo lain juga menjadi penopang utama IHSG, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 9,68 indeks poin), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak 6,81 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 3,96 indeks poin.

Adapun IHSG pada perdagangan kemarin juga semarak setelah dengan kehadiran empat emiten baru yang menandai 22 perusahaan melantai perdana di Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun.

Sebanyak 3 dari 4 saham IPO pada perdagangan kemarin melaju kencang dengan langsung mencetak auto reject atas (ARA). Lalu tiga saham IPO yang lebih dahulu melantai, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), dan PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) masih melanjutkan ARA.

Sementara itu, sejak awal pekan IHSG tercatat telah menguat 2,04%. Akan tetapi sepanjang tahun berjalan, indeks masih terkoreksi 2,2%.

Penguatan IHSG dalam empat hari terakhir juga belum diikuti oleh pergerakan investor asing. Sepanjang bulan berjalan, investor asing masih mencatat net sell sebesar Rp 4,36 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham dengan net foreign sell terbesar, yakni Rp 1,61 triliun dan diikuti oleh PT MNC Land Tbk (KPIG) Rp 1,05 triliun.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (10/7/2025) ditutup pada posisi Rp 16.215/US$1 atau menguat 0,15%.


Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin didorong oleh rilis risalah rapat The Fed yang keluar pada Rabu (9/7/2025) waktu AS. Risalah tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peserta rapat memperkirakan penurunan suku bunga akan tepat dilakukan pada akhir tahun 2025.

Risalah juga mencatat bahwa lonjakan harga akibat tarif baru AS terhadap beberapa negara dipandang hanya bersifat sementara atau moderat, sehingga tak menjadi penghalang besar bagi kebijakan moneter yang lebih longgar.

"Saat ini, pasar tidak memperkirakan kemungkinan besar terjadinya resesi besar-besaran, mengingat pasar tenaga kerja masih cukup tangguh. Namun, mereka tahu ada tekanan kuat untuk menurunkan suku bunga kebijakan, yang pada akhirnya akan menurunkan biaya peluang memegang aset berisiko seperti ekuitas," ujar Ng, analis pasar global, dikutip dari Reuters.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (10/7/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau stagnan di level 6,582%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |