Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya 70 orang beragama Kristen dipenggal oleh kelompok Allied Democratic Forces (ADF) di Republik Demokratik Kongo (DRC). Kamis (20/2/2025). Hal ini menambah panjang daftar kejahatan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS itu.
Mengutip Newsweek, secara rinci, militan ADF disebutkan mendatangi rumah-rumah di Mayba, di wilayah Lubero. Mereka meminta 20 pria dan wanita Kristen untuk keluar dari rumah mereka dan tidak membuat keributan.
Ketika ke-20 orang tersebut berkumpul, anggota ADF menangkap 50 orang Kristen lainnya yang berada di desa itu. Kelompok yang terdiri dari 70 orang itu dibawa ke gereja Protestan, di mana mereka dilaporkan dipenggal satu per satu.
Lembaga amal Kristen, Open Doors, mengatakan bahwa ancaman terhadap orang Kristen telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu saja, ada 355 orang beragama Kristen tewas di DRC.
"Open Doors mengutuk keras tindakan kekerasan keji terhadap warga sipil ini dan menyerukan kepada masyarakat sipil, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memprioritaskan perlindungan warga sipil di DRC timur tempat kelompok bersenjata, seperti ADF, beroperasi," kata John Samuel, pakar hukum Open Doors untuk pekerjaan di Afrika sub-Sahara, dalam siaran pers.
ADF sendiri telah melakukan sejumlah manuver kejam sejak 2020 silam. Sejatinya, kelompok ini berakar di Uganda, dan mulai terbentuk pada tahun 1995 sebagai bagian dari upaya untuk melawan pemerintah negara tersebut saat itu. Menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), ADF menerima sejumlah pelatihan dari Sudan.
Pada akhir 1990-an, serangkaian serangan kekerasan terjadi, termasuk pengeboman, yang mengakibatkan puluhan orang terluka dan sedikitnya empat orang tewas. Pada titik ini, sejumlah anggota pemerintah DRC mendukung kelompok tersebut.
Kekerasan yang terkait dengan ADF kemudian mereda pada awal tahun 2000-an, sebelum meningkat lagi dalam beberapa pembantaian yang dimulai pada tahun 2014 di wilayah Beni, di provinsi Kivu Utara di negara tersebut.
Pada akhir tahun 2018, ADF diklaim oleh ISIS sebagai salah satu kelompok afiliasinya. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangannya sejak tahun 2019 dan seterusnya.
Antara tahun 2020 dan 2023, departemen tersebut mengatakan tindakan kelompok yang didukung ISIS tersebut menyebabkan lebih dari 159 kematian dan puluhan penculikan.
Pada tahun 2021, Departemen Luar Negeri AS secara resmi menetapkan ADF sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO), tetapi para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sulit untuk sepenuhnya memahami tingkat kendali ISIS atas kelompok tersebut, meskipun ISIS mengaku bertanggung jawab atas berbagai serangan ADF.
Menurut CSIS, kelompok tersebut semakin banyak merilis propaganda yang selaras dengan ISIS, termasuk promosi warga sipil non-Muslim dan kehidupan di kamp-kamp ADF di mana hukum syariah diberlakukan.
Departemen Luar Negeri AS juga mengatakan dalam laporannya tahun 2023 bahwa ADF dilaporkan mendanai dirinya sendiri di DRC melalui kendalinya atas tambang dan ekspor mineral di wilayah tersebut. Sebagian pendanaan berasal dari kelompok pembiayaan ISIS sejak sekitar tahun 2017.
Kelompok tersebut pun ikut dilaporkan mempersenjatai diri dengan senjata dan amunisi yang disita dari militer Kongo.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perang Saudara Makin Ngeri di Kongo, Warga Ramai Mengungsi
Next Article Incar Swasembada Energi, RI Siap Bersaing dengan Kongo & Brasil