Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah RI dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik. Penambahan ini berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 42,6 Gigawatt dan 10,3 Gigawatt penyimpanan daya (storage) yang terdiri dari penyimpanan PLTA terpompa dan baterai serta pembangkit fosil yakni gas sebesar 10,3 GW dan 6,2 GW PLTU batu bara.
Komitmen pemerintah menambah kapasitas listrik hijau dalam RUPTL 2025-2034 menjadi kabar baik bagi pengembangan industri sektor EBT. Termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seperti Suryanesia yang menyediakan solusi PLTS Atap untuk bisnis dan industri melalui model Solar-as-a-Service (SaaS).
Founder dan CEO Suryanesia, Rheza Adhihusada mengatakan Suryanesia menargetkan pencapaian kapasitas 1000 Megawatt peak (MWp) di tahun 2029.
"Jadi kalau di Suryanesia, target kami adalah untuk mencapai 1.000 MW dari 2029, jadi kira-kira mungkin 12 kali lipat dari sekarang," ungkap dia dalam Squawk Box CNBC Indonesia (Jumat, 17/10/2025)
Adapun dalam meningkatkan kapasitas tersebut, Rheza menjelaskan, strategi yang dilakukan adalah mengutamakan kepuasan pelanggan atau konsumen. Menurut dia, cara ini akan mempertahankan konsumen dalam menggunakan produk Suryanesia.
"Klien bisa terus menggunakan kami, dan merefer kami ke teman-temannya untuk menggunakan Suryanesia," terang Reza.
Di samping itu, Suryanesia membangun tim dan pekerja yang kompeten berintegritas untuk untuk melayani konsumen dengan baik.
Lebih lanjut dia menjelaskan dalam mengejar target 100% penggunaan energi listrik terbarukan adalah dengan mengganti seluruhnya listrik yang berbasis fosil fuel.
Rheza menerangkan saat ini Indonesia masih memiliki 66 gigawatt pembangkit listrik berbahan fosil. Sementara itu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan energi terbarukan sebesar 584 gigawatt yang berasal dari surya, hidro, bayu, dan lainnya.
"Jadi kira-kira 8-9 kali lipat, dan angka ini pun belum termasuk energi geothermal, biomassa, dan lain-lain. Jadi sebenarnya dari segi potensinya itu jauh melampaui kebutuhan dan pemakaian pembangkit listrik berbasis fosil fuel," terang dia.
Untuk itu dia menegaskan target tersebut bukan mustahil bagi Indonesia. Dia juga percaya diri terhadap target tersebut jika pemerintah bisa mendorong sepenuhnya.
Dalam upaya mendorong pengembangan EBT termasuk melalui PLTS, pelaku usaha berharap dukungan penguatan regulasi dari pemerintah.
"Yang diperlukan adalah dukungan non-fiskal, seperti regulasi, kesediaan kuota, untuk sektor ini dapat terus berkembang dengan baik, dan juga mungkin hal-hal penyederhanaan proses perizinan," pungkas Reza.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
PLN Siap Bangun Green Super Grid Sepanjang 47.758 KMS