FOTO Internasional
Reuters, CNBC Indonesia
02 September 2025 16:15

Seorang pria Afghanistan tampak mencari barang di reruntuhan rumahnya yang hancur akibat gempa 6 SR di Dara Noor, Jalalabad, Senin (1/9/2025). Bencana tersebut menewaskan lebih dari 800 orang dan melukai sedikitnya 2.800 orang. Upaya penyelamatan terhambat medan terjal dan cuaca buruk yang menyulitkan evakuasi ke wilayah terpencil. (REUTERS/Sayed Hassib)

Warga yang panik berlarian keluar rumah saat dinding retak dan atap bangunan runtuh. Sebagian berhasil selamat meski terluka, sementara banyak lainnya terjebak di bawah reruntuhan. Di salah satu rumah, atap roboh menimpa pasangan suami istri hingga tewas, disusul dua anak kecil mereka. Hanya anggota keluarga perempuan yang berhasil selamat dengan luka-luka. (REUTERS/Stringer)

Suasana mencekam masih terasa di desa-desa terdampak. Banyak keluarga memilih bertahan di lapangan terbuka, menggigil di bawah langit malam, ketakutan akan gempa susulan yang terus mengguncang. “Kami tidak berani kembali ke rumah, setiap getaran membuat kami panik,” ujar salah seorang warga. (REUTERS/Stringer)

Bencana ini menambah beban pemerintahan Taliban yang selama ini sudah berjuang menghadapi berbagai krisis, mulai dari berkurangnya bantuan asing hingga deportasi massal warga Afghanistan oleh negara tetangga. Terbatasnya sumber daya juga membuat upaya penanganan korban menjadi semakin berat. (REUTERS/Sayed Hassib)

Sharafat Zaman, juru bicara Kementerian Kesehatan di Kabul, menyerukan bantuan internasional untuk mengatasi dampak gempa berkekuatan 6 skala Richter yang berpusat di kedalaman 10 kilometer itu. “Kami membutuhkan dukungan segera untuk korban yang kehilangan keluarga, rumah, dan masa depan mereka,” ujarnya. (REUTERS/Sayed Hassib)