MEDAN (Waspada.id): Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kesejahteraan psikologis santri.
Salah satu pendekatan untuk meningkatkan kesejahteraan tersebut adalah melalui kegiatan berkebun organik yang melibatkan santri dan guru.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Kegiatan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan pesantren tetapi juga dapat meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap lingkungan pesantren (Wardila, 2023).
Untuk menudukung hal itu, Pengabdian Kolaborasi Masyarakat Indonesia 2025 (PMII) USU dilaksanakan di Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Jl Pelajar Ujung No 284 Medan, hari Rabu, 6 Agustus 2025 jam 9 pagi. Kegiatan in digelar bersama Universitas Syah Kuala (USK) dari Aceh.
Hadir di sana Koordinator, ibu Ameilia Zuliyanti Siregar, M.Sc, Ph.D. Adapun para anggota Prof.Ir.Zulkifli Nasution, Dr.Meuthia Nauly, S.Psi, M.Si, Ir.Netti Herlina, M.T dan Bapak Ir.Syafiruddin Hasibuan, M.Si diterima Pihak Pesantren Al Kautsar Al Akbar, seperti ibu TiRodiah Marbun, M.Pd, Bapak Muhyiddin, Kepsek SMA, Bapak Ruli, dan ibu Shyfa.
USU sebagai Co-Host dari USK (Host) menunjukkan bahwa sense of belonging (rasa diterima, dihargai dan bagian dari komunitas sekolah) yang tinggi pada siswa dapat meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan sekolah dan mengurangi perilaku negatif.
Kegiatan berkebun organik yang melibatkan partisipasi aktif santri dan guru dapat menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan perasaan tersebut.
Menurut Dr Meuthia, santri yang akan dilibatkan untuk kegiatan berkebun organik ini tentunya dipilih berdasarkan minat para santri akan kegiatan berkebun, yang akan diukur menggunakan kuesioner minat berkebun, yang dikembangkan dari instrumen Kuder Preference Inventory, setelah dilakukan pendampingan materi dan pengisian Google Form oleh 30 orang siswa/siswi SMA/MA Al Kautsar Al Akbar.
Pelatihan dan Pembuatan Eko-enzim.Waspada.id/ist
Sektor Vital
Manakala ibu Ameilia Zuliyanti Siregar, M.Sc, Ph.D sebagai Koordinator Tim PMKI USU 2025 menyampaikan pertanian merupakan sektor vital dalam perekonomian dan ketahanan pangan, terutama bagi pesantren yang memiliki keterbatasan sumber daya seperti akses air dan listrik.
Banyak pesantren di daerah terpencil menghadapi tantangan dalam mencapai kemandirian ekonomi, sementara lahan yang tersedia belum dimanfaatkan secara optimal.
Oleh karena itu, inovasi berbasis teknologi Smart Farming, seperti: irigasi otomatis, ekoenzim, PHT ramah lingkungan serta sistem pemupukan berbasis data diperlukan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada serta meningkatkan produktivitas pertanian.
Materi dan pelatihan yang disampaikan ibu Amel adalah Pemanfaatan Limbah Buah-Buahan Sebagai Ekoenzim.
“Sistem Smart Farming memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan strategis berkat pemanfaatan data yang diperoleh melalui sensor dan perangkat Internet of Things (IoT), seperti pengukuran suhu, humidity, ” ujar ibu Netti Herawati Siregar.
Hal ini memungkinkan petani mengatur jadwal irigasi dan pemupukan dengan lebih akurat, sehingga mengurangi pemborosan sumber daya dan meningkatkan hasil panen secara keseluruhan, bahkan memprediksi bahwa teknologi berbasis data dapat meningkatkan produktivitas pertanian hingga 70% pada tahun 2050.
Dalam konteks pengabdian masyarakat, penerapan sistem irigasi tetes di lokasi Pesantren Modern Al Kautsar Al Akbar Medan sangat relevan untuk meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi pertanian di daerah tersebut.
Melalui pelatihan dan pendampingan, petani akan dapat mempelajari cara merancang dan mengelola sistem irigasi yang efisien, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan mereka.
“Untuk memastikan pertumbuhan tanaman yang optimal, sistem pemantauan berbasis sensor diterapkan, termasuk sensor suhu, kelembaban udara, pH tanah, dan kandungan nutrisi,” kata Syafruddin Hasibuan.
Stasiun cuaca mini juga dipasang guna memprediksi perubahan cuaca, sehingga sistem irigasi dan pemupukan dapat menyesuaikan diri secara otomatis guna mengurangi risiko gagal panen.
Selain itu, sistem pemupukan pintar berbasis fertigation memungkinkan pupuk cair disalurkan melalui sistem irigasi dengan dosis yang dikontrol menggunakan sensor nutrisi dan Electrical Conductivity (EC).
Dengan dukungan otomasi distribusi pupuk berbasis data, penggunaan pupuk menjadi lebih efisien dan mengurangi pemborosan,” pungkas Syafruddin Hasibuan.
Serah terima alat dari PMKI 2025 USU ke Mitra, Pesantren Al Kautsar Al Akbar.Waspada.id/ist
Potensi Besar
Selain meningkatkan produktivitas pertanian, penerapan sistem Smart Farming di pesantren juga memiliki potensi besar dalam meningkatkan kemandirian ekonomi.
Program pertanian berbasis teknologi ini dapat menjadi sumber pendapatan bagi pesantren melalui penjualan hasil panen.
Lebih lanjut, santri dapat terlibat langsung dalam pengelolaan pertanian berbasis teknologi, sehingga memperoleh keterampilan baru dalam bidang pertanian modern. Irigasi otomatis, ekoenzim, PHT ramah lingkungan serta sistem pemupukan berbasis data.
Dalam perspektif keberlanjutan, pengembangan ekosistem pertanian di pesantren dapat dioptimalkan dengan penerapan model eco-pesantren.
Konsep eco-pesantren tidak hanya mampu memperbaiki pengelolaan lingkungan hidup, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan pesantren secara keseluruhan.
Dengan memanfaatkan energi terbarukan, efisiensi air, dan teknologi pertanian cerdas, pesantren dapat menjadi pusat pertanian modern berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan perubahan iklim.
Serah terima alat IoT, tong Ekoenzim, EM-4, bahan Ekoenzim. Waspada.id/ist
Menurut ibu TiRodiah Marbun, M.Pd, tujuan PMKI USU 2025 ke Pesantren adalah:
- Menyeleksi santri yang memeiliki minat, potensi, dan rasa memiliki (sense of belonging) santri dan guru terhadap lingkungan pesantren melalui kegiatan berkebun
- Memperkenalkan aplikasi sistem smart farming di pesantren untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan berkebun, keterbatasan air, pemupukan dan deteksi hama dan penyakit tanaman yang sering dihadapi.
- Mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang tersedia dan meningkatkan produktivitas pertanian. “Selain itu, sistem ini memungkinkan pesantren mencapai kemandirian pangan dan menciptakan sumber pendapatan melalui penjualan hasil panen. Lebih lanjut, keterlibatan santri dalam pengelolaan pertanian berbasis teknologi memberikan keterampilan dibidang pertanian modern. Tujuan dari Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Indonesia (PMKI) adalah implementasi agro-ekosistem berbasis Smart Farming di pesantren untuk mengatasi kondisi adaptif perubahan iklim menggunakan teknologi dan kemandirian pangan sehingga teciptanya peningkatan ekonomi yang berkelanjutan ” pungkas Pak Ruli.
Kegiatan pengabdian ini dilakukan mulai dari tahapan sosialisasi, Melakukan survei minat berkebun kepada seluruh santri, Wawancara singkat untuk menilai motivasi dan komitmen calon peserta. Selanjutnya, dilakukan pengisian pre testpelatihan penerapan teknologi, pendampingan dan evaluasi agar keberlanjutan hasil dapat berkelanjutan. Penggunaan IoT juga memungkinkan pengendalian sistem otomatis, seperti sistem irigasi sprinkler yang dapat diatur secara otomatis untuk menyediakan air hanya saat dibutuhkan oleh tanaman, yang menghindari pemborosan air dan memastikan penggunaan air yang efisien. Selain itu, penggunaan IoT dalam pengelolaan perkebunan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan dengan sistem IoT.
Dengan pengumpulan data secara real-time, sasaran tim pengabdi dapat mengidentifikasi masalah dengan cepat dan mengambil tindakan yang sesuai untuk mengatasi hama, penyakit, atau kondisi cuaca yang tidak menguntungkan . Pengumpulan data secara real-time memungkinkan penyesuaian terhadap perubahan kondisi, memaksimalkan hasil panen dan mengurangi risiko kegagalan panen.
Tahapan PMKI yang diakukan adalah sosialisasi, pelatihan dan pembuatan ekoenzim.Selanjutnya, dilakukan pengisian kuisoner dan penjelasan penggunaan alat IoT dilokasi pertanian oesantren.
Pelatihan dan Pmbuatan Eco Enzym
Demonstrasi dan pelatihan untuk agro ekosistem (pembuatan pupuk organik, ekoenzim) dan pemahamam ekonomi hijau, dimana mitra didorong untuk ikut serta dalam suatu proses program kegiatan tanpa memandang usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan latar belakang pendidikan dari masing-masing pribadi yang tumbuh dari kesadaran dan tanggung jawabnya. Bentuk kegiatan yang dilakukan meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1). Melakukan sosialisasi tentang ekoenzim; 2). Penyampaian materi mengenai Ekoenzim, manfaat dan fungsinya; 3). Penyampaian materi mengenai proses Ekoenzim dan, 4). Praktek membuat Ekoenzim dari limbah organik rumah tangga. Masing-masing peserta nantinya akan diberi modul cara pembuatan Ekoenzim yang nantinya bisa membuat sendiri di rumah setelah pelatihan ini selesai.
Berkebun dan Aplikasi IoT Smart Farming
Penggunaan alat Pengendalian Hama Tanaman Sayuran (PHTS)
Tahap Evaluasi dan Monitoring. Tahap ini untuk monitoring dan evaluasi dari kegiatan pengabdian agar dapat mengetahui kelemahan dan upaya perbaikan. Sehingga kegiatan pengabdian dapat dirasakan manfaatnya oleh pondok pesantren dan masyarakat sekitar.
Pelaporan. Pada tahap ini tim pengabdi melakukan pelaporan dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan dan pertanggungjwaban biaya pengabdian.
Menurut Zulkifli Nasution dan̈ Ameilia indikator keberhasilan dapat diukur dengan faktor umlah santri yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan berkebun.
Peningkatan skor sense of belonging berdasarkan kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan.
Sehingga akan terbentuknya komunitas berkebun yang berkelanjutan di pesantren Al Kautsar Al Akbar sebagaimana target capaian PMKI 2025. (Id06)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.