PM Singapura Lawrence Wong: Perang Dagang Besar-besaran Bakal Terjadi

5 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia- Perdana Menteri (PM) Singapura Lawrence Wong mengatakan kemungkinan terjadinya perang dagang global besar-besaran semakin meningkat. Menurutnya perubahan besar telah terjadi dalam tatanan global, di mana era globalisasi berbasis aturan dan perdagangan bebas telah berakhir.

Hal ini mengomentari tarif baru, tarif resiprokal (timbal balik), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ia menegaskan dunia kita memasuki fase baru, yang lebih sewenang-wenang, proteksionis, dan berbahaya.

"Selama beberapa dekade, AS merupakan landasan bagi ekonomi pasar bebas dunia," ujarnya di Instagramnya, yang dilihat CNBC Indonesia, Selasa (8/4/2025).

"AS memperjuangkan perdagangan bebas, dan memimpin upaya untuk membangun sistem perdagangan multilateral, yang ditopang oleh aturan dan norma yang jelas, di mana negara-negara dapat memperoleh manfaat yang sama-sama menguntungkan melalui perdagangan," jelasnya.

"Sistem WTO ini membawa stabilitas dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi dunia, dan bagi AS sendiri," ujarnya.

"Singapura, dan banyak negara lain, telah lama menyerukan reformasi- untuk memperbarui aturan dan membuat sistem menjadi lebih baik. Namun, apa yang dilakukan AS sekarang bukanlah reformasi. Negara ini meninggalkan seluruh sistem yang telah diciptakannya."

Menurutnya pendekatan baru AS berupa tarif timbal balik dari satu negara ke negara lain, merupakan penolakan total terhadap kerangka kerja WTO. Meski Singapura saat ini merasakan dampak jangka pendek yang tak terlalu signifikan, ada konsekuensi yang lebih luas dan lebih mendalam.

"Jika negara lain mengadopsi pendekatan yang sama seperti AS- meninggalkan WTO, dan berdagang hanya dengan ketentuan yang mereka sukai, dari satu negara ke negara lain- hal itu akan menimbulkan masalah bagi semua negara, terutama negara-negara kecil seperti Singapura," tegasnya.

"Kita berisiko terdesak, terpinggirkan, dan tertinggal," katanya lagi.

"Kita juga dapat mengharapkan respons global yang kuat terhadap tarif Amerika," jelasnya.

"(Tapi) Singapura telah memutuskan untuk tidak mengenakan tarif pembalasan. Namun, negara-negara lain mungkin tidak akan melakukan pengekangan yang sama."

Kemungkinan, kata Wong lagi, terjadinya perang dagang global besar-besaran semakin meningkat. Dampak tarif yang lebih tinggi, ditambah ketidakpastian tentang apa yang akan dilakukan negara-negara selanjutnya, akan sangat membebani ekonomi global.

"Perdagangan dan investasi internasional akan terdampak, dan pertumbuhan global akan melambat," katanya.

Singapura pun, ujarnya, akan mengalami pukulan yang lebih besar daripada negara lain. Karena ketergantungan kita yang besar pada perdagangan.

"Terakhir kali dunia mengalami hal seperti ini adalah pada tahun 1930-an. Perang dagang meningkat menjadi konflik bersenjata, dan akhirnya menjadi Perang Dunia Kedua (PD II)," ujarnya.

"Tidak seorang pun dapat mengatakan bagaimana situasi saat ini akan terungkap dalam beberapa bulan atau tahun mendatang," katanya.

"Namun, kita harus waspada terhadap bahaya yang sedang berkembang di dunia," jelasnya.

"Lembaga global semakin melemah; norma internasional semakin terkikis. Semakin banyak negara akan bertindak berdasarkan kepentingan pribadi yang sempit, dan menggunakan kekerasan atau tekanan untuk mencapai tujuan mereka."

Menurutnya hal ini menjadi kenyataan pahit dunia saat ini.Ia pun meminta semua warga tetap waspada.

"Kita akan memperkuat jaringan kemitraan kita dengan negara-negara yang memiliki pemikiran yang sama," katanya lagi.

"Kita lebih siap daripada banyak negara lain, dengan cadangan, kohesi, dan tekad kita," ujar Lawrence.

"Namun, kita harus bersiap menghadapi lebih banyak guncangan yang akan datang. Ketenangan dan stabilitas global yang pernah kita rasakan tidak akan kembali dalam waktu dekat. Kita tidak dapat berharap bahwa aturan yang melindungi negara-negara kecil akan tetap berlaku," tambahnya.

"Saya berbagi ini dengan Anda agar kita semua dapat mempersiapkan diri secara mental. Agar kita tidak lengah. Jangan sampai kita terbuai oleh rasa puas diri. Risikonya nyata. Taruhannya tinggi," katanya.

"Jalan di depan akan lebih sulit. Namun, jika kita tetap teguh dan bersatu, Singapura akan terus bertahan di dunia yang penuh masalah ini."


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Para CEO di AS Memandang Negatif Dampak Tarif Trump

Next Article Gawat! RI Berpotensi Masuk Radar Perang Dagang Trump

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |