PM, Out Of The Box

12 hours ago 5

Oleh Salamat Siregar, S.Pd, M.Si.

Saat ini PM menjadi salah satu jargon pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, sekalipun secara konsep bahwa PM sudah pernah bersentuhan dengan beberapa kebijakan pembelajaran

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Pembelajaran Mendalam (PM) merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu (Kemdikdasmen, 2025). PM hadir sebagai semangat baru dalam dunia pendidikan Indonesia untuk menjawab tantangan krisis pembelajaran dan kebutuhan pembelajaran abad ke-21.

Berkesadaran (mindful) mengandung arti bahwa peserta didik didorong untuk memiliki kesadaran dan motivasi belajar, mempersiapkan diri sebelum belajar, serta memahami pengalaman belajar yang diberikan oleh guru. Pembelajaran bukan hanya sekadar menghafal, tetapi juga memahami dan mengamalkan ilmu agar menjadi bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari (Az-Zarnuji, 2009). Bermakna (meaningful) berarti bahwa materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan nyata peserta didik baik pada konteks budaya, sosial, dan tantangan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang dilaksanakan dikaitkan dengan pengetahuan dan pengamalan awal peserta didik (David Ausubel, 1963). Menggembirakan (joyful) berarti suasana belajar yang positif, menantang, dan memotivasi. Vygotsky (1978) menyebutkan bahwa interaksi sosial dan suasana kelas yang positif memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif.

Flashback

Apabila ditelisik perihal penerapan konsep PM dalam perkembangan kurikulum di Indonesia khususnya implementasi standar proses pembelajaran dalam menghadirkan ide atau gagasan kebijakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka PM bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan konsep PM sudah terintegrasi dalam setiap kebijakan populer kementerian pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Pada tahun 1984 diusung konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang fokus pada keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar melalui diskusi, eksperimen, dan kegiatan kelompok.

Kurikulum 1994 yang berorientasi pada isi pelajaran dengan struktur materi yang padat dan sistematis, berfokus pada pencapaian target-target akademikl (content-based). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 yang fokus pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara holistik dengan konsep proses belajar lebih kontekstual dan aktif. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 memberi kewenangan sekolah menyusun kurikulum sesuai konteks lokal dengan pendekatan kontekstual dan fleksibel, mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan.

Kurikulum 2013 yang mengusung pendekatan ilmiah 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan) dan penilaian autentik untuk menyiapkan siswa dengan keterampilan abad ke-21 (critical thinking, creativity, collaboration, communication). Bahkan di tahun 2000-an, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dikembangkan untuk membangun pembelajaran yang aktif, kreatif, dan humanis sebagai jargon pembelajaran untuk mendorong suasana belajar yang interaktif, kreatif, dan sesuai minat siswa.

Kurikulum Merdeka hadir dengan fleksibilitas tinggi, pembelajaran berdiferensiasi, dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), menandai era baru pendidikan yang lebih adaptif, transformatif, dan berpihak pada potensi unik setiap peserta didik. Guru dilengkapi dengan platform teknologi PMM (Platform Merdeka Mengajar) sebagai ruang belajar, berlatih, berkarya, dan berkolaborasi bagi guru melalui komunitas belajar (kombel). Saat ini PMM bertransformasi menjadi Rumah Pendidikan dengan salah satu komponennya Ruang GTK.

Implementasi

Saat ini PM menjadi salah satu jargon pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, sekalipun secara konsep bahwa PM sudah pernah bersentuhan dengan beberapa kebijakan pembelajaran. Namun kali ini, implementasi konsep PM lebih fokus dan terkoordinasi karena menjadi kebijakan nasional. Idealnya PM, bukan sekadar jargon, melainkan arah perubahan cara belajar yang seharusnya menggerakkan, bukan membelenggu yang terjebak pada kerangka normatif dan formalistik.

Alih-alih menghadirkan ruang belajar yang penuh kreativitas dan refleksi, PM kerap direduksi menjadi sekadar pelaksanaan sintaks model pembelajaran. Langkah-langkah itu diikuti seperti prosedur baku tanpa ruh. Guru menjalankan perannya secara mekanis, bukan sebagai fasilitator yang merdeka secara berpikir. Ini menjadi kontradiksi yang mencolok. Bagaimana bisa menghadirkan pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful jika cara berpikirnya masih kaku dan birokratis?

Untuk menjawab tantangan tersebut, mindset Grwoth Mindset (pola pikir bertumbuh) yang “out of the box” menjadi keniscayaan. Guru perlu berani keluar dari kotak pola pikir lama meninggalkan pendekatan yang seragam dan mencoba pendekatan baru yang mungkin belum populer, tetapi berdampak kuat bagi peserta didik. Seperti kata Ken Robinson (2006) dalam “Do Schools Kill Creativity?”, pendidikan terlalu sering menempatkan keseragaman di atas imajinasi. Padahal, kreativitas adalah kunci dalam menyiapkan generasi yang mampu beradaptasi di masa depan yang tak menentu.

Out of the box bukan berarti lepas dari tanggung jawab atau kebebasan tanpa arah. Justru sebaliknya: guru yang berpikir kreatif akan mampu mengubah keterbatasan menjadi peluang. Ia bisa menyisipkan narasi lokal ke dalam pembelajaran, menggunakan permainan untuk membahas konsep matematika abstrak, atau mengaitkan materi sejarah dengan fenomena terkini. Semua ini dilakukan tanpa harus mengabaikan kompetensi dasar yang ditetapkan.
Hasil riset dari OECD (2020) dalam Future of Education and Skills menegaskan bahwa dunia kerja dan kehidupan sosial masa depan menuntut kolaborasi, pemecahan masalah kompleks, dan pemikiran reflektif.

Maka, peran guru tidak cukup sebagai pengisi waktu 45 menit di kelas, melainkan sebagai penggerak pembelajaran yang membebaskan, menggugah, dan mencerahkan. Kini saatnya kita bertanya: apakah kita sudah cukup berani keluar dari pola pikir lama? Ataukah PM hanya sebatas pelatihan memahami konsep, menyusun perencanaan pembelajaran, tanpa menyentuh substansi PM itu sendiri bahkan tanpa evaluasi dan refleksi yang menyeluruh sebagaimana sering terjadi sangat suka menelurkan program tetapi malas memeliharanya sehingga programnya hilang begitu saja tanpa akhir yang jelas bahkan masih banyak guru yang belum mengetahuinya, lalu muncul lagi program baru.

Playful

Playful merupakan pembelajaran yang tampak seperti bermain, tapi penuh kreativitas dan makna. Praktik pembelajaran ini patut menjadi rekomendasi salah satu praktik Pembelajaran Mendalam (Deep Learning). Meskipun tampak seperti bermain, pendekatan ini menyimpan muatan pedagogis yang kuat karena mampu merangkum tiga elemen penting dalam pendidikan abad 21: mindfulness (berkesadaran), meaningfulness (bermakna), dan joyfulness (menggembirakan). Pendekatan ini menempatkan pengalaman siswa sebagai pusat pembelajaran, di mana keterlibatan emosi, keheranan, dan rasa ingin tahu diaktifkan secara alami melalui aktivitas yang kontekstual dan eksploratif.

Salah satu ilustrasi nyata dari praktik Playful ini adalah ketika seorang guru memasuki kelas SMA sederajat dengan membawa sebuah sebarang batu besar dan meletakkannya di atas meja. Tindakan yang tampak sederhana ini memicu reaksi keheranan dari siswa: “Untuk apa batunya?”, “Apakah akan digunakan dalam pelajaran?”, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan spontan ini menunjukkan bahwa proses mindful telah dimulai, siswa secara sadar menghadirkan pikirannya ke dalam situasi yang sedang berlangsung, siap mengeksplorasi apa yang terjadi di depan mereka.

Alih-alih menjelaskan langsung fungsi batu tersebut, guru melanjutkan dengan pertanyaan pemantik: “Ada yang tahu cara mengukur volume batu ini?” Di sinilah proses meaningful mulai bergerak. Siswa secara aktif mencoba menghubungkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, seperti konsep volume kubus, balok, limas, hingga bola, namun tidak satu pun bentuk geometri tersebut sesuai dengan batu tak beraturan itu. Ketika kebuntuan muncul, guru mengarahkan siswa pada eksperimen langsung: menggunakan ember berisi air dan mencelupkan batu ke dalamnya, sehingga air yang tumpah menjadi indikator volume batu.

Aktivitas ini bukan sekadar bermain air, tetapi menyentuh hakikat ilmiah dari hukum Archimedes yang menjadi landasan penting dalam berbagai teknologi berbasis gaya apung, seperti desain kapal dan kapal selam yang memanfaatkan volume air yang dipindahkan untuk menciptakan keseimbangani daya apung. Prinsip ini juga diterapkan pada balon udara dan balon helium yang dapat terbang karena massa jenis gas di dalamnya lebih ringan dari udara. Selain itu, hukum ini digunakan dalam alat ukur seperti neraca hidrostatika dan dalam industri untuk menguji keaslian logam serta sifat fisik material. Archimedes tidak hanya memberi konsep ilmiah, tetapi juga menginspirasi banyak inovasi teknologi berbasis fluida.

Penutup

Pembelajaran Mendalam (PM) hanya akan benar-benar terwujud jika guru memiliki growth mindset, keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan berpikir di luar kebiasaan (out of the box). PM bukan sekadar penerapan teori, tetapi sebuah gerakan transformatif yang menuntut guru untuk berkolaborasi dalam komunitas yang saling melengkapi, menciptakan orkestrasi pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful. Dalam praktiknya, pembelajaran harus hadir bukan sebagai teks yang kaku, tetapi sebagai pengalaman kontekstual yang menyentuh nalar dan nurani siswa.

Namun, keberhasilan PM tidak cukup hanya dengan semangat inovatif. PM memerlukan dukungan sistemik berupa monitoring dan evaluasi yang terukur, akuntabel, dan tidak berhenti pada tataran normatif. Evaluasi yang sejati bukan tentang kepatuhan administratif, melainkan tentang refleksi mendalam yang mendorong perbaikan berkelanjutan. Maka, saatnya PM kita jadikan sebagai gerakan nyata untuk mendidik dengan imajinasi, menuntun dengan empati, dan menginspirasi dengan tindakan. Mari keluar dari kotak, melampaui kebiasaan, dan membuka jalan baru bagi masa depan pendidikan Indonesia yang lebih bermakna.

Penulis adalah Kepala SMAN 1 Angkola Barat Tapanuli Selatan.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |