Pesta! Dalam Sehari Harga Emas Pecahkan 4 Rekor, Kapan Tembus US$4000?

18 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia/XAU berhasil menembus rekor baru tertinggi sepanjang masa usai berada di area konsolidasi alias sideaways sejak April 2025. Harga emas melonjak ke rekor tertinggi di atas US$3.500 per troy ons di tengah spekulasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan risiko ekonomi.

Pada perdagangan Selasa (2/9/2025), harga emas dunia melesat 1,64% di level US$3.532,93 per troy ons. Harga emas sudah menguat enam hari beruntun dengan menguat hampir 5%.

Pada perdagangan hari ini Rabu (3/9/2025) hingga pukul 06.28 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,14% di posisi US$3.527,89 per troy ons.

Pergerakan harga emas Selasa kemarin langsung menciptakan empat rekor sekaligus. Pertama, harga emas menciptakan rekor baru intraday di US$ 3.540.28 per troy ons.

Rekor intraday ini mengalahkan catatan tetringgi pada 22 April yakni US$ 3.500 per troy ons.

Rekor kedua adalah harga penutupan tertinggi sepanjang masa. Harga emas sudah menciptakan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa selama tiga hari yakni pada Jumat (US$3446,75), Senin (US$3475,87), dan Selasa kemarin (US$ 3532,92).

Rekor ketiga adalah level baru US$ 3.500 dalam sejarah. Setelah berkali-kali mencoba tembus rekor US$ 3.500, harga emas akhirnya mampu menembus level baru di US$ 3.500.

Rekor ke empat adalah penguatan enam hari beruntun. Harga emas terbilang jarang menguat enam hari beruntun. Terakhir kali, harga emas menciptakan rekor enam hari beruntun adalah pada awal April 2025 di mana menjadi awal perang dagang.

Harga emas naik lebih dari 1% pada perdagangan Selasa, mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di atas US$3.500 per troy ons, didorong oleh investor yang makin agresif dalam memburu logam mulia di tengah meningkatnya keyakinan akan penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan risiko politik serta ekonomi yang masih ada.

"Pasar emas memasuki periode musiman yang kuat untuk konsumsi, ditambah dengan ekspektasi penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan September. Kami terus memperkirakan rekor tertinggi baru," ujar Suki Cooper, analis logam mulia di Standard Chartered Bank.

Pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed 17 September hampir 92%. Emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga yang lebih rendah.

Para analis mengatakan rekor emas tahun ini telah didukung oleh pembelian berkelanjutan oleh bank sentral, diversifikasi dari dolar AS, permintaan safe haven yang kuat di tengah ketegangan geopolitik dan perdagangan, serta pelemahan dolar secara luas.

Ketidakpastian seputar kebijakan AS di bawah Presiden Donald Trump juga telah menambah daya tarik logam mulia ini. Perselisihan publiknya dengan The Fed, termasuk kritik terhadap Ketua Jerome Powell dan desakan untuk mencopot Gubernur Lisa Cook, telah menimbulkan kekhawatiran atas independensi bank sentral.

"Tuduhan terhadap Cook merupakan peringatan yang jelas bagi anggota FOMC lainnya untuk tunduk pada tekanan pemerintah atas penurunan suku bunga yang substansial, hal ini membuat investasi emas lebih menarik dalam situasi seperti ini," menurut catatan Commerzbank, merujuk pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

Perhatian kini juga tertuju pada data penggajian nonpertanian AS pada hari Jumat untuk mendapatkan petunjuk tentang seberapa besar penurunan suku bunga pada bulan September. Data ketenagakerjaan yang lemah minggu ini dapat memicu kembali diskusi seputar kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 50 bps, menurut Zain Vawda, analis di MarketPulse oleh OANDA.

"Saya rasa ini tidak akan terjadi, meskipun kita mendapatkan data NFP yang buruk, tetapi pelaku pasar mungkin mulai memperhitungkan kemungkinan tersebut, dan itu dapat memicu reli emas," tambah Vawda.

Aliran masuk ETF memperkuat reli tersebut. SPDR Gold Trust GLD, ETF berbasis emas terbesar di dunia, mengatakan kepemilikannya naik 1,01% pada hari Jumat menjadi 977,68 ton, tertinggi sejak Agustus 2022.

"Pembelian oleh bank sentral dapat terus menjadi dasar bagi emas, tetapi arus masuk ETF yang kembali menyala diperlukan agar harga dapat kembali menembus level tertinggi menuju target bullish akhir tahun kami di US$3.675 per troy ons," ujar Natasha Kaneva, kepala strategi komoditas global di J.P. Morgan, menambahkan bahwa mereka memperkirakan harga akan mencapai US$4.250 per troy ons pada akhir tahun 2026.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |