JAKARTA (Waspada.id): Penguatan pengasuhan menjadi fokus utama dalam upaya mewujudkan layanan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) yang berkualitas di kawasan Asia Tenggara. Hal ini mengemuka dalam Annual Early Childhood Care Education and Parenting Regional Forum yang diselenggarakan oleh Southeast Asian Ministers of Education Organization Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP), Rabu (15/10/2025) di Hotel Pullman Jakarta Central Park.
Forum tahunan bertema “Strengthening Parenting for Holistic Integrative Early Childhood Development” ini menegaskan bahwa pengasuhan yang kuat, berdaya, dan terintegrasi merupakan kunci utama dalam mendukung tumbuh kembang anak secara optimal sejak usia dini.
Kegiatan ini juga menjadi tindak lanjut dari ASEAN Leaders’ Declaration on Early Childhood Care and Education in Southeast Asia yang diadopsi pada September 2023. Deklarasi tersebut menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah, masyarakat sipil, lembaga internasional, akademisi, dan sektor swasta—untuk memastikan terselenggaranya layanan PAUD yang berkualitas, inklusif, dan holistik.
Forum dihadiri berbagai pemangku kepentingan utama, termasuk anggota Dewan Pengurus SEAMEO CECCEP, praktisi, akademisi, serta perwakilan lembaga pemerintah dan organisasi internasional. Diskusi berfokus pada tantangan utama dalam implementasi PAUD HI, seperti keterbatasan pendanaan, kurangnya sinergi antar pemangku kepentingan, serta kesenjangan dalam pemerataan kualitas layanan.
Direktur SEAMEO CECCEP, Prof. Vina Adriany, Ph.D., menegaskan bahwa pendekatan PAUD yang kontekstual membantu melepaskan cara pandang hierarkis terhadap pengetahuan.
“Pendekatan ini juga mengangkat kembali kebijakan melalui nilai-nilai kepedulian, keadilan, dan ketergantungan satu sama lain,” ujarnya saat membuka forum.
Lebih lanjut, Prof. Vina menilai bahwa penguatan praktik pengasuhan menjadi elemen penting dalam implementasi PAUD HI. Meski pengasuhan diakui sebagai tanggung jawab bersama, penerapannya masih menghadapi berbagai hambatan, seperti masih adanya praktik hukuman fisik, keterbatasan kebijakan cuti ayah, serta kurangnya akses terhadap layanan penitipan anak yang aman dan terjangkau. Karena itu, dibutuhkan kolaborasi strategis dan advokasi yang kuat antar pihak.
Pandangan senada disampaikan Pungkas Bahjuri Ali, STP., MS., Ph.D., Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas RI, yang menjadi keynote speaker.
“90 persen perkembangan otak terjadi sebelum usia enam tahun, karenanya investasi pada pendidikan anak usia dini adalah langkah strategis membangun masa depan bangsa. Namun, keberhasilan PAUD butuh dukungan sistem pengasuhan dan kesehatan yang kuat, serta nilai-nilai keluarga dan pola asuh yang seimbang,” jelas Pungkas.
Ia menambahkan, “Melalui kolaborasi dan berbagi praktik baik di tingkat Asia, kita dapat memperkuat advokasi agar setiap anak memiliki fondasi kokoh menuju Indonesia Emas 2045.”
Forum ini juga menyoroti pentingnya penerapan disiplin positif dalam pembentukan karakter anak. Pendekatan ini tidak hanya memastikan anak diasuh tanpa kekerasan, tetapi juga membantu menumbuhkan konsep diri yang positif.
Selain itu, pentingnya peran ayah dalam pengasuhan menjadi perhatian tersendiri, dengan mendorong perubahan paradigma bahwa pengasuhan bukan hanya tanggung jawab ibu, melainkan tanggung jawab bersama antara ayah, ibu, keluarga, dan masyarakat luas.
Salah satu pembicara utama, Inge Kusuma, Country Head Tanoto Foundation Indonesia, menekankan bahwa dukungan ekosistem sangat penting bagi orang tua.
“Orang tua adalah jembatan antara langkah pertama seorang anak dan perjalanan panjang hidupnya. Namun, mereka tidak dapat membangun jembatan itu sendirian. Diperlukan ekosistem yang saling mendukung yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan semua pihak terkait, untuk memberdayakan orang tua dalam memberikan pengasuhan yang tepat agar anak tumbuh optimal,” ujarnya.
Inge menambahkan, hanya sepertiga anak di Indonesia yang mengikuti layanan PAUD, sebuah kondisi yang menunjukkan masih adanya kesenjangan baik dalam akses maupun kesadaran masyarakat akan pentingnya masa awal kehidupan. Karenanya, diperlukan perubahan cara pandang bersama bahwa pengembangan anak usia dini merupakan investasi paling strategis dan berdampak tinggi bagi pembangunan manusia.
“Kita semua adalah penulis kisah atau storyteller bagi generasi berikutnya. Ketika kita bersama-sama memperkuat awal kehidupan anak, melalui pengasuhan yang berdaya dan layanan PAUD yang berkualitas, kita sedang menulis ulang masa depan bangsa ini,” tutup Inge.
Forum juga menghadirkan sejumlah pembicara kunci lain, di antaranya Dr. Hasina Banu Ebrahim, UNESCO Co-Chair for Early Childhood Education, dan Ir. Harris Iskandar, Ph.D., Widyaprada Ahli Utama, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, beserta para pakar, akademisi, dan praktisi dari lembaga internasional dan nasional di bidang pendidikan anak usia dini serta pengasuhan.
SEAMEO CECCEP berharap, melalui forum ini dapat disusun policy brief yang komprehensif berisi rekomendasi dan strategi penguatan pengasuhan dalam kerangka PAUD HI. Dokumen ini diharapkan menjadi acuan bagi negara-negara di kawasan untuk memperkuat kolaborasi, memperluas implementasi, serta memastikan setiap anak di Asia Tenggara memperoleh haknya atas pendidikan, kesehatan, perlindungan, dan pengasuhan yang berkualitas sejak usia dini.
SEAMEO CECCEP adalah pusat regional di bawah naungan Organisasi Menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO). Misinya adalah mempromosikan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta pengasuhan anak usia dini di kawasan Asia Tenggara.(id11)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.