Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi industri perhotelan di luar Pulau Jawa sedang lesu berat. Okupansi turun tajam, bahkan di beberapa daerah penurunannya mencapai hampir seperlima dari tingkat normal.
Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memaparkan, tingkat hunian hotel di berbagai wilayah luar Jawa kini hanya berkisar di angka 30-40%. Padahal sebelumnya masih bisa menembus 60-70%.
"Di luar Jawa okupansi ini lumayan dalam ya turunnya itu bisa sampai 18%, ada yang okupansi turun sampai 20%. Jadi rata-ratanya sekarang sekitar 30-40% lah," ujar Maulana kepada CNBC Indonesia dikutip Kamis (25/10/2025).
Demi bisa bertahan, sektor leisure kini menjadi tumpuan utama bagi pelaku industri hotel di tengah menurunnya kegiatan pemerintahan. Sebelumnya, porsi terbesar pendapatan hotel berasal dari aktivitas meeting, namun kini bergeser ditopang pendapatan dari sewa kamar.
"Yang akan diandalkan itu lebih kepada leisure ya dibandingkan acara pemerintahan mungkin di akhir tahun. Tadinya hotel itu kontribusi revenue terbesarnya adalah dari meeting ya kan? Sekarang justru mereka beralih ke kamar," lanjutnya.
Meski situasi sulit, pelaku usaha perhotelan masih berupaya bertahan sambil menanti tanda-tanda perbaikan yang diharapkan terjadi dua tahun mendatang.
"Mereka masih berharap mencoba untuk bertahanlah. Mungkin situasinya mereka masih berharap 2026 ada perbaikan walaupun di tengah isu kuat transfer ke daerah turun ya," kata Maulana.
Ia menambahkan, kondisi di daerah luar Jawa jauh lebih berat dibandingkan hotel-hotel di Pulau Jawa yang relatif masih bisa bernapas.
"Hotel di daerah itu kita gini lah, sengeluh-ngeluhnya hotel di Pulau Jawa, masih lebih baik dibandingkan di Pulau Sumatra, Kalimantan, di Sulawesi dan pulau timur situ kaya Papua dan Maluku, Papua okupansi itu lebih berat," ungkapnya.
Menurut Maulana, penurunan aktivitas perjalanan dinas akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah menjadi penyebab utama anjloknya okupansi.
"Karena dengan anggaran yang efisien itu, pemerintah tentu akan melakukan perjalanan yang dekat-dekat aja. Ngapain dia pergi jauh-jauh? Karena kan lagi efisien. Anggarannya juga gak ada," pungkasnya.
Kini, pelaku industri perhotelan hanya bisa berharap sektor wisata bisa mendorong kembali tingkat hunian, terutama menjelang libur akhir tahun, sambil menanti pemulihan yang lebih nyata di 2026 mendatang.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Hotel-Resto Berdarah-Darah, Lebih dari 95% Tingkat Hunian Drop