Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Suriah menangkap lima orang yang diduga terkait dengan serangan bersenjata terhadap pasukan Amerika Serikat dan Suriah di Palmyra. Insiden tersebut menewaskan tiga warga AS, termasuk dua tentara, dan memicu ancaman pembalasan keras dari Presiden Donald Trump.
Kementerian Dalam Negeri Suriah mengonfirmasi penangkapan tersebut pada Minggu (14/12/2025), sehari setelah serangan terjadi di kota Palmyra, wilayah Homs bagian tengah. Insiden itu menewaskan dua tentara Amerika Serikat dan satu penerjemah sipil, serta melukai sejumlah personel lainnya.
Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa para pelaku akan menghadapi konsekuensi berat.
"Saya bisa memberi tahu Anda, di Suriah, akan ada kerusakan besar yang dilakukan terhadap orang-orang yang melakukannya," kata Trump. "Mereka telah mendapatkan orangnya ... tetapi akan ada kerusakan besar," imbuhnya, dilansir Al Jazeera, Senin (15/12/2025).
Sehari sebelumnya, Trump telah berjanji akan melakukan "pembalasan serius" terhadap kelompok ISIL (ISIS), yang ia tuding berada di balik penyergapan tersebut. Serangan di Suriah tengah itu merupakan serangan pertama yang menimbulkan korban jiwa di pihak AS sejak jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad setahun lalu.
Adapun identitas penyerang belum diumumkan secara resmi. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah Noureddine al-Baba mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa pelaku sebelumnya telah diputuskan untuk dipecat dari pasukan keamanan karena memegang "ide-ide Islam ekstremis".
"Pada 10 Desember, dikeluarkan evaluasi yang menunjukkan bahwa penyerang ini mungkin memiliki ide-ide ekstremis, dan keputusan terkait dirinya dijadwalkan dikeluarkan besok, hari Minggu," kata al-Baba.
Seorang pejabat keamanan Suriah mengatakan kepada AFP bahwa pelaku telah bertugas di pasukan keamanan selama lebih dari 10 bulan dan pernah ditempatkan di beberapa kota sebelum dipindahkan ke Palmyra. Ia juga menegaskan bahwa pelaku tidak memiliki posisi kepemimpinan.
Kantor berita resmi SANA melaporkan bahwa pasukan Suriah dan AS ditembaki saat melakukan patroli gabungan. AFP, mengutip pejabat militer Suriah anonim, menyebut tembakan dilepaskan "selama pertemuan antara perwira Suriah dan Amerika" di sebuah pangkalan di Palmyra.
Seorang saksi mata di kota tersebut mengatakan kepada AFP bahwa ia mendengar suara tembakan dari dalam pangkalan. Lalu lintas di jalan raya Deir az Zor-Damaskus sempat dihentikan sementara pesawat militer melakukan penerbangan rendah di wilayah itu.
Sumber keamanan mengatakan kepada SANA bahwa helikopter AS mengevakuasi korban luka ke pangkalan al-Tanf dekat perbatasan Irak.
Korban dan Penyelidikan
Selain tiga warga AS yang tewas, tiga anggota militer AS lainnya terluka, begitu pula setidaknya dua tentara Suriah, menurut laporan pemerintah dan media setempat. Trump mengatakan dalam unggahan media sosial bahwa ia telah menerima konfirmasi bahwa para tentara AS yang terluka "dalam kondisi baik".
Namun, ia menegaskan kembali ancaman pembalasan. "Ini adalah serangan ISIS terhadap AS dan Suriah, di bagian Suriah yang sangat berbahaya dan tidak sepenuhnya berada di bawah kendali mereka," tulis Trump.
"Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, sangat marah dan terganggu oleh serangan ini. Akan ada pembalasan yang sangat serius."
Pernyataan Trump sejalan dengan sikap Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, yang juga mengeluarkan ancaman keras.
"Biarlah diketahui, jika Anda menargetkan warga Amerika - di manapun di dunia - Anda akan menghabiskan sisa hidup singkat dan penuh kecemasan Anda dengan mengetahui bahwa Amerika Serikat akan memburu Anda, menemukan Anda, dan membunuh Anda tanpa ampun," tulis Hegseth di media sosial.
Serangan dan Respons Militer
Serangan pada Sabtu itu pertama kali diumumkan oleh Komando Pusat AS (CENTCOM), yang menggambarkannya sebagai "penyergapan" oleh seorang penyerang tunggal yang dikaitkan dengan ISIL. Penyerang tersebut kemudian "dihadapi dan dibunuh", dengan Hegseth menyebut pelaku tewas oleh "pasukan mitra".
Menurut juru bicara Pentagon Sean Parnell, serangan terjadi di dekat Palmyra, wilayah Homs. "Serangan itu terjadi ketika para prajurit sedang melakukan pertemuan dengan pemimpin kunci," tulisnya.
"Misi mereka dilakukan untuk mendukung operasi kontra-ISIS dan kontra-terorisme yang sedang berlangsung di kawasan tersebut."
Duta Besar AS untuk Turki, Tom Barrack, menyebut insiden itu sebagai "penyergapan teroris yang pengecut" terhadap patroli gabungan pemerintah AS-Suriah. Ia mengonfirmasi bahwa ada tentara Suriah yang terluka dan mendoakan mereka "segera pulih".
Namun, rincian serangan dan keterlibatan para pelaku masih belum sepenuhnya jelas. CENTCOM menyatakan identitas prajurit AS yang tewas akan dirahasiakan hingga 24 jam setelah keluarga terdekat diberi tahu, dan penyelidikan masih berlangsung.
Mantan juru bicara Koalisi Global Melawan ISIS, Myles Caggins, mengatakan terdapat "pesan-pesan yang saling bertentangan" mengenai insiden tersebut. Ia mengungkapkan bahwa Direktur Pusat Kontraterorisme Nasional AS Joe Kent menyebut insiden itu sebagai serangan orang dalam, atau yang sering disebut "green-on-blue attack".
Sementara itu, Barrack dinilai telah menghindari secara langsung penyebutan ISIS sebagai pelaku. Menurut Caggins, AS sempat melakukan "unjuk kekuatan" dengan menjatuhkan suar di sekitar Palmyra, namun kemungkinan akan melangkah ke fase berikutnya.
"Pada kenyataannya, serangan itu telah berakhir, penyerang telah tewas, dan kita harus bergerak ke langkah selanjutnya," ujar Caggins.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
1
















































