Oleh: Pheby Mawaddah Situmorang
SETIAP organisasi, lembaga, bahkan suatu negara, sebagaimana manusia dengan tujuan penciptaannya, memiliki sejarah panjang yang melandasi keberadaannya.
Sejarah ini tersusun dari rangkaian peristiwa, pengalaman yang membekas, hingga perjuangan yang menguras fisik dan psikis, yang akhirnya melahirkan kekuatan dan identitas kolektif.
Proses historis ini menjadi pelajaran berharga yang patut dikenang dan diwariskan kepada generasi selanjutnya, menjadi fondasi eksistensi dan arah gerak organisasi.
Tradisi ini kemudian diwujudkan dalam bentuk perayaan milad, harlah, atau ulang tahun sebagai momentum refleksi dan apresiasi atas perjalanan panjang yang telah dilalui.
Pada 14 Maret 2025/14 Ramadhan 1446 H, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) genap berusia 61 tahun.
Perayaan ini tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga momen strategis bagi kader-kader IMM di seluruh Indonesia untuk melakukan refleksi dan evaluasi mendalam.
Penting untuk mengukur sejauh mana nilai-nilai IMM dipahami dan diinternalisasi dalam tindakan kader, baik secara individu maupun kolektif kelembagaan.
Evaluasi ini menjadi kunci untuk menjawab tantangan besar yang diusung dalam tema milad ke-61: “Merawat IMM, Memajukan Indonesia.”
Tema ini merepresentasikan harapan besar sekaligus target strategis yang ingin dicapai IMM dalam kiprahnya ke depan. Namun, upaya memajukan Indonesia hanya dapat terwujud jika IMM terlebih dahulu mampu merawat eksistensi dan integritas organisasinya.
Merawat IMM berarti menjaga kemurnian nilai, tujuan, ideologi, dan cita-cita besar yang tertanam dalam diri setiap kader.
Jika IMM dianalogikan sebagai sebuah rumah, maka merawat rumah itu bukan hanya merawat hal-hal yang sifatnya eksistensial, seperti merenovasi atap yang hampir ambruk dan mengecat ulang dindingnya yang kusam.
Namun bagaimana menciptakan esensi rumah itu tetap hidup dengan mengacu pada fungsi rumah itu sebagai tempat bernaung yang hangat bagi sebuah keluarga, terbentuknya nilai-nilai diri dari proses pendidikan serta tempat awal lahirnya generasi-generasi unggul.
Sebagaimana tujuan utama IMM: “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah,” maka merawat IMM berarti memastikan bahwa nilai-nilai ini tetap hidup dan relevan dalam setiap lini gerakan kader dan organisasi itu sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akademisi adalah individu yang berpendidikan tinggi, tetapi John Dewey memperluas makna ini sebagai sosok yang aktif berpikir, bernalar kritis, dan kreatif dalam memecahkan persoalan.
IMM harus menjadi ruang yang terus mendorong proses berpikir ini, agar kader-kadernya senantiasa produktif melahirkan gagasan dan solutif menghadapi tantangan zaman.
Jika daya kritis dan kreativitas mulai memudar, maka merawat IMM menjadi tugas mendesak yang harus segera diselesaikan.
Lebih jauh, tujuan IMM dapat dikategorikan dalam tiga pilar utama:
- Akademisi Islam
IMM bertanggung jawab mencetak akademisi yang tidak hanya beragama Islam, tetapi mampu merefleksikan nilai-nilai keislaman dalam segala aspek kehidupan.
Proses ini harus dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan, agar kader IMM menjadi agen transformasi sosial yang berlandaskan moral dan spiritualitas Islam.
2) Berakhlak Mulia
IMM tidak hanya mengupayakan lahirnya akademisi cerdas, tetapi juga pribadi yang berakhlak mulia. Fenomena intelektual yang abai terhadap moralitas menjadi tantangan yang harus dijawab IMM.
Gelar akademik yang tinggi tidak boleh menjadi pembenaran atas tindakan sewenang-wenang, penyalahgunaan kekuasaan, atau praktik korupsi. IMM harus menjadi benteng moral yang melahirkan akademisi berintegritas, yang menjadikan ilmu sebagai sarana kemaslahatan, bukan alat eksploitasi.
3) Diaspora Profesi Berbasis Nilai Akademik
Akademisi dalam konteks IMM tidak terbatas pada profesi dosen, peneliti, atau guru.
Kader IMM yang berkiprah di berbagai bidang—politik, ekonomi, sosial, dan lainnya—harus menjadikan nilai akademik sebagai landasan dalam setiap pengambilan keputusan dan pelaksanaan tanggung jawabnya.
Seorang politisi kader IMM, misalnya, harus menetapkan kebijakan berdasarkan data dan aspirasi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat, berpihak pada kesejahteraan masyarakat umum bukan sekadar memenuhi kepentingan dan kesejahteraan kelompok tertentu.
Di sinilah terlihat kedalaman dan keluasan makna tujuan IMM yang bersifat holistik dan kontekstual.
Nilai-nilai dalam tujuan IMM juga sejalan dengan Identitas IMM Poin ke-4 bahwa setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun dalam studi serta mengamalkan ilmunya untuk melaksanakan kemaslahatan dan pengabdiannya kepada Allah SWT.
Kader IMM juga merupakan inti masyarakat utama yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, kemuliaan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat pembebasan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW (Nilai Dasar Ikatan Poin Ke-5).
Slogan IMM juga jelas menyatakan “Anggun Dalam Moral Unggul dalam Intelektual” sebagai representasi akademisi yang menjunjung tinggi akhlak sebelum ilmu serta memadukan antara keunggulan intelektual ilmiah dan akhlakul karimah.
Ketika nilai-nilai IMM tersebut dirawat dengan baik, maka kontribusi IMM bagi kemajuan bangsa menjadi keniscayaan. Oleh karena itu, merawat IMM berarti merawat tujuan dan prinsip dasarnya agar tetap hidup, otentik, dan menjadi identitas yang melekat kuat dalam tubuh organisasi.
Sementara itu, memajukan Indonesia harus diwujudkan melalui program-program konkret yang dirancang secara sistematis untuk merespons tantangan kebangsaan.
Program ini harus mampu menjawab problematika bangsa di berbagai sektor—pendidikan, sosial, ekonomi, dan lainnya—dengan indikator keberhasilan yang jelas dan terukur.
IMM di usia ke-61 harus mampu menjadi lokomotif perubahan yang tidak hanya merawat dirinya, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam membangun Indonesia yang lebih maju, berkeadilan, dan bermartabat.
Melalui sinergi intelektualitas dan moralitas, IMM dapat menjadi motor penggerak yang melahirkan inovasi sosial, memperjuangkan keadilan, dan memperkuat ketahanan bangsa.
Dengan demikian, cita-cita besar “Merawat IMM, Memajukan Indonesia” bukan sekadar slogan, melainkan misi kolektif yang mengakar kuat dalam jiwa setiap kader IMM, hari ini dan di masa depan. (Penulis Kabid Pendidikan Bahasa dan Potensi Akademik DPD IMM Sumut)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.