
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
JAKARTA (Waspada.id): Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menegaskan komitmennya untuk terus mengawasi dinamika harga beras di pasar, menyusul tren kenaikan harga beras premium maupun medium yang kini melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) di berbagai wilayah Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perhimpunan Penggilingan Padi Indonesia (Perpadi), produksi beras hingga Agustus 2025 mencapai 24,95 juta ton. Dari jumlah tersebut, Perum Bulog hanya menguasai sekitar 17,2 persen atau setara 4,2 juta ton, dengan lebih dari 99 persen di antaranya berupa stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Meski penguasaan pasokan Bulog relatif kecil, KPPU menilai peran lembaga tersebut tetap krusial dalam menjaga stabilitas harga.
“Bulog memiliki posisi strategis dalam memengaruhi pergerakan harga beras, sehingga peningkatan kapasitas dan dukungan kebijakan sangat penting dilakukan,” tegas Ketua KPPU, M. Fanshurullah Asa.
KPPU juga melakukan pemantauan langsung di lapangan, termasuk survei ke tingkat penggilingan, distributor, hingga pasar pengecer. Kajian ini bertujuan mengidentifikasi faktor penyebab kenaikan harga, termasuk potensi hambatan distribusi maupun praktik usaha yang tidak sehat.
Temuan tersebut nantinya akan menjadi masukan bagi pemerintah pusat, daerah, maupun pelaku usaha untuk memperkuat koordinasi dalam menjaga pasokan dan harga beras.
“Langkah penguatan peran Bulog diharapkan mampu menekan harga, menjaga kualitas beras di pasaran, sekaligus memastikan keterjangkauan bagi masyarakat dengan tetap menjamin persaingan usaha yang sehat,” jelas Fanshurullah. (id09)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.