
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
MEDAN (Waspada.id): Menjadi siswa di Sekolah Rakyat(SR) Menengah Pertama 2 Medan berada di Gedung Sentra Bahagia Medan, Jalan William Iskandar, merupakan UPT Kemensos RI, sejak Bulan Juli lalu, Salsabila telah merancang cita cita untuk masa depan. Dia berharap bisa kerja kantoran bagian administrasi, satu hari kelak.
Hal itu dia kemukakan bersama dua orang temannya Selasa(23/9) saat ditemui usai shalat juhur setelah istirahat mengikuti pelajaran dari kelasnya dan menikmati hidangan makan siang.
Tentu saja, keinginan Salsabila ada benarnya. Ia berasal dari keluarga nelayan di Medan Labuhan. Ayah ibunya hidup dalam keterbatasan ekonomi, karena penghasilan sang ayah sebagai nelayan tidak bisa dia andalkan untuk mengenyam pendidikan formal(sekolah).
“Ayah saya nelayan. Terkadang uang jual ikan hanya seratus ribu setiap hari. Sedangkan ibu tidak bekerja sehingga uang untuk kebutuhan hidup hanya dari ayah. Bagaimana bisa sekolah? Kata Salsabila yang mengaku terdaftar di sekolah ini berdasarkan data Program Keluarga Harapan(PKH) Kemensos RI.
Beruntung, kata Salsabila yang giat belajar. Di sini, semuanya gratis dan berkualitas, mendapatkan fasilitas lengkap. Ada asrama, ada pengasuh, ada guru, kepala sekolah bahkan seragam sekolah dan keperluan sehari-hari siswa pun disediakan.
Karena itu, ia berupaya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan ingin sekolah hingga selesai.
Saat ditanya bagaimana dengan teman sekamar yang datang dari berbagai kawasan, dengan beragam karakter.
Remaja berjilbab ini mengaku cepat akrab dan tidak ada masalah dengan teman satu kamar di asrama.
“Enggak ada masalah. Meski beda wilayah asal, tapi kami bisa kompak. Semua berkat arahan wali asrama, wali asuh dan guru bersama kepala sekolah yang selalu ada di sini laksana orang tua kedua kami. Meski kami tidak punya HP, tapi seminggu sekali dibolehkan menelepon orang tua. Dan setiap bulan, orang tua bisa berkunjung,”pungkasnya.
Berbeda dengan Salsabila,siswa lainnya Zahirna dari Medan Labuhan dan Anisa Syahdri Tanjung dari Medan Polonia, hingga kini belum bisa menetapkan cita-cita.
Keduanya mengaku sekolah ini baru awal mengikuti pembelajaran gratis secara utuh.
“Saat ini kami hanya mengikuti proses belajar, setelah lulus belum tau akan kemana. Jadi cita-cita itu belum tergambarkan,” ujar keduanya.
Sebelumnya Kepala Sekolah,Maragoti, S.Pd., M. Hum menyebutkan
sekolah tidak secara langsung melakukan rekrutmen siswa baru. Proses ini merupakan hasil kolaborasi antara Kemensos dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa siswa yang diterima benar-benar berasal dari keluarga miskin atau miskin ekstrim ( Diutamakan desil 1 dan 2). Proses seleksi ini mencakup pengecekan latar belakang siswa, penilaian kesesuaian kriteria, dan konfirmasi kesediaan orang tua, terutama untuk sekolah rakyat dengan fasilitas asrama.(id18)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.