IHSG Pangkas Koreksi di Akhir Sesi 1, Ini Penyebabnya

5 days ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memangkas koreksi pada akhir perdagangan sesi I Selasa (8/4/2025), setelah sempat terkena trading halt di awal sesi I hari ini.

IHSG ambruk setelah libur panjang Lebaran 2025 dan terbebani sentimen negatif dari kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG ambruk 7,71% ke posisi Rp 6.008,48. IHSG sempat ambruk 9,19% ke posisi 5.912,06. Bahkan, IHSG sempat menyentuh level psikologis 5.900, sebelum kembali bangkit ke level psikologis 6.000.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah lebih dari Rp 12,6 triliun dengan volume transaksi mencapai 14,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 888.589 kali. Sebanyak 23 saham menguat, 672 saham melemah, dan 93 saham stagnan.

Semua sektor terpantau berjatuhan, dengan sektor bahan baku menjadi yang paling parah koreksinya yakni mencapai 11,01%, disusul teknologi sebesar 10,19%.

Sementara dari sisi saham, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang paling membebani IHSG pada sesi I hari ini yakni masing-masing mencapai 49,4, 41, dan 38,4 indeks poin.

IHSG berhasil memangkas koreksinya setelah sempat terkena trading halt di awal sesi I hari ini. Adapun penyebab IHSG berhasil memangkas koreksinya karena tampaknya pasar mulai mencermati pasar saham global yang mulai bangkit meski sentimen negatif masih mendominasi.

Sebagai catatan, pasar global sudah jatuh berguguran sejak Kamis pekan lalu setelah Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarifnya. Di saat pasar dunia hancur lebur, IHSG dan rupiah tidak bergerak karena masih libur panjang. Artinya, dampak kebijakan Trump dan kepanikan investor baru akan diserap IHSG, rupiah hingga SBN pada hari ini.

Dari AS, bursa Wall Street bergerak beragam pada perdagangan Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia (8/4/2025). Penutupan lebih baik dibandingkan Kamis dan Jumat pekan lalu di mana ketiga indeks Wall Street ambruk berjamaah.

Senada dengan Wall Street, Bursa Asia-Pasifik juga mulai menghijau pada hari ini. Pergerakan pasar saham Asia rebound dari di sesi sebelumnya karena imbas dari kebijakan tarif Presiden Trump dan ancaman pengenaan kenaikan tarif terhadap China.

Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 2% pada sesi siang. Kemudian, Nikkei 225 Jepang melonjak 5,93% Lalu, KOSPI Korea Selatan naik 0,3%.

Selain itu, Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,4%. Padahal, sebelumnya pasar saham Hong Kong memimpin pelemahan mendalam di wilayah ini kemarin, dengan Indeks Hang Seng anjlok lebih dari 13% dan mencatat penurunan satu hari paling tajam sejak 1997.

Di lain sisi, beberapa analis mengatakan bahwa kebijakan tarif Trump tidak selamanya terlihat buruk. Kepala Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini menyampaikan di tengah persoalan tarif ini, terdapat 'malaikat' yang menjadi harapan, seperti adanya potensi surplus neraca perdagangan, impor minyak dan gas bumi (migas) lebih murah, dan defisit pendapatan bisa menyempit.

Sementara itu menurut Head of Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro menyampaikan bahwa apabila terjadi penurunan yang tajam dan memicu penghentian sementara perdagangan (circuit breaker), justru itu dianggap sebagai momen ideal untuk membeli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani telah memastikan, pemerintah akan terus memitigasi dampak negatif dari kebijakan Trump itu, yang mengenakan tarif timbal balik senilai 32%.

Sebelumnya, BEI melakukan penyesuaian beberapa ketentuan mekanisme perdagangan pasar saham mulai hari ini, dengan alasan untuk melindungi investor dan demi fleksibilitas pasar.

Penyesuaian ini salah satunya yakni trading halt, di mana kebijakan ini tetap dilakukan selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan hingga lebih dari 8%, trading halt berikutnya selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 15%.

Sementara trading suspend dilakukan apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 20%, dengan ketentuan sampai akhir sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan atau perintah OJK.

Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aditya Jayaantara mengatakan penyesuaian kebijakan trading halt bukan hanya merespons terhadap dampak dari tarif Trump. Akan tetapi juga berkaca pada praktik di berbagai negara, sekaligus memberikan perlindungan bagi investor dan menjaga kestabilan pasar.

"Dengan kebijakan ini kami ingin memastikan proses harga tetap wajar rasional yg penting investor merasa terlindungi namun tetap bertanggung jawab," katanya dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (8/4/2025).


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dibuka Anjlok 9%, IHSG Langsung Kena Trading Halt

Next Article IHSG Masih Lanjut Koreksi, Saham Blue Chip Masih Jadi Penekan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |