IHSG Diramal Bullish Sampai Lebaran, Ini Alasannya!

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air pada Rabu hari ini (19/3/2025) bergerak sumringah usai jatuh dalam kemarin. Dengan sisa dua pekan perdagangan di bulan Maret dan ramainya sentimen genting, di proyeksikan IHSG mampu kembali bertahan di level 6.500 hingga akhir Maret 2025.

Hal ini dapat tergambar-kan dari trend bearish IHSG saat ini. Di mana posisi IHSG berad di channeling downtrend dan tengah menguji support trend line. Sehingga, posisi 6500 kini menjadi resistance dari trend line terdekat  sehingga posisi 6.500. Jika ini tertembus, maka resistance selanjutnya bisa ke 6700.

Pada perdagangan pagi hari ini secara intraday hingga pukul 10.32 WIB Rabu (19/3/2025), IHSG melesat 0,24% di level 6.235,53.

Optimisme pergerakan IHSG setidaknya menuju level 6.500 tentu akan didorong oleh beberapa sentimen penting dalam dua pekan terakhir perdagangan pasar saham bulan ini. Berikut rincian-nya : 

Suku Bunga BI

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) diselenggarakan pada Selasa dan Rabu pekan ini (18-19 Maret 2025). Salah satu yang menjadi perhatian yakni suku bunga (BI rate) di tengah gejolak yang ada saat ini.

Sebelumnya, BI rate ditahan pada Februari 2025 di level 5,75%. Hal ini sesuai dengan proyeksi dari berbagai lembaga/institusi.

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 17 lembaga/institusi secara mayoritas memberikan proyeksi bahwa BI tampaknya akan menahan suku bunganya di level 5,75% pada bulan ini. Namun demikian, ada tiga institusi yang memperkirakan bahwa BI akan menurunkan suku bunganya ke 5,50%.

Keputusan Suku Bunga The Fed

Pada Rabu (19/3/2025) The Federal Reserve (The Fed) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya. The Fed diperkirakan menahan suku bunga di 4,5%, tetapi sorotan utama ada pada proyeksi suku bunga (dot plot). Jika The Fed mengindikasikan pemangkasan suku bunga bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan, dolar AS bisa melemah, memberi peluang penguatan bagi rupiah dan aset berisiko.

Namun, jika The Fed masih mempertahankan sikap keras dan menunda pemangkasan suku bunga, tekanan terhadap pasar keuangan negara berkembang bisa semakin besar.

Klaim Pengangguran AS & Dampak Pasca Super Wednesday

Masih di hari yang sama Rabu (19/3/2025), pasar akan terus mencerna dampak keputusan BI dan The Fed sehari sebelumnya. Selain itu, investor juga akan memperhatikan data klaim pengangguran AS yang bisa memberikan gambaran tentang kondisi pasar tenaga kerja AS.

Sebelumnya, jumlah klaim berada di 220.000, dan jika data kali ini menunjukkan peningkatan, pasar bisa semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat. Ini bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah dan IHSG.

Pasar Evaluasi Arah Kebijakan BI & The Fed

Pada akhir pekan Jumat (21/3/2025), fokus pasar kemungkinan besar akan tertuju pada dampak keputusan suku bunga terhadap rupiah, IHSG, dan aliran modal asing.

Jika The Fed lebih dovish dari perkiraan, ada peluang penguatan aset berisiko dan potensi aliran dana asing kembali masuk ke emerging markets seperti Indonesia. Namun, jika The Fed masih mempertahankan sikap hawkish, tekanan terhadap rupiah bisa berlanjut, dan investor akan lebih berhati-hati di pasar saham.

Di sisi lain, respons BI terhadap volatilitas rupiah juga akan menjadi kunci. Jika BI tetap bersikap defensif, pasar mungkin akan lebih tenang. Namun, jika BI memberi indikasi akan menurunkan suku bunga lebih cepat, ini bisa menambah tekanan bagi rupiah dalam jangka pendek.

PDB AS Kuartal IV 2024

Produk domestik bruto (PDB) riil Amerika Serikat (AS) meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,3% pada kuartal keempat tahun 2024 (Oktober, November, dan Desember), menurut perkiraan kedua yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi AS. Pada kuartal ketiga, PDB riil meningkat 3,1%.

Peningkatan PDB riil pada kuartal keempat terutama mencerminkan peningkatan belanja konsumen dan belanja pemerintah yang sebagian diimbangi oleh penurunan investasi. Impor, yang merupakan pengurangan dalam perhitungan PDB, menurun.

PDB riil direvisi naik kurang dari 0,1 poin persentase dari perkiraan awal yang dirilis bulan lalu, terutama mencerminkan revisi ke atas pada belanja pemerintah dan ekspor yang sebagian diimbangi oleh revisi ke bawah pada belanja konsumen dan investasi.

Dibandingkan dengan kuartal ketiga, perlambatan PDB riil pada kuartal keempat terutama mencerminkan penurunan investasi dan ekspor yang sebagian diimbangi oleh percepatan belanja konsumen. Impor menurun.

Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS

Pada Jumat (28/3/2025), AS akan merilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) periode Februari 2025. Sebelumnya, harga PCE di AS meningkat 2,5% tahun ke tahun pada Januari 2025, menandai perlambatan pertama dalam empat bulan, dibandingkan dengan 2,6% pada Desember 2024, dan sesuai dengan ekspektasi. Perubahan Tahunan Indeks Harga PCE di Amerika Serikat rata-rata 3,29% dari tahun 1960 hingga 2025, mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar 11,60% pada Maret 1980 dan rekor terendah sebesar -1,47% pada Juli 2009.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |