MEDAN (Waspada.id): Kelangkaan dan kenaikan harga beras yang tak terkendali kini bukan lagi sekadar isu di warung kopi. Menurut pengamat pertanian dari Universitas Medan Area (UMA), Asmah Indrawaty, (foto) Selasa (5/8), situasi ini bisa menuju krisis yang lebih dalam. Beras langka, harga menjulang, dan akar masalahnya bukan cuma satu, melainkan segudang persoalan yang sudah lama menggerogoti.
Asmah tak segan menyingkap borok di balik kelaangkaan beras ini. Bukan semata karena spekulan yang menimbun atau kepanikan masyarakat yang berbondong-bondong membeli, tapi juga karena petani kita “patah hati”. “Petani frustrasi,” tegasnya.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Mereka menghadapi harga gabah yang rendah, sementara benih unggul dan pupuk sulit didapat. Akhirnya, banyak yang memilih membiarkan lahannya begitu saja.
Menurut Asmah, inilah lingkaran setan yang terus berulang: subsidi pupuk mandek di tengah jalan. Bantuan pemerintah tak sampai ke tangan petani. Birokrasi yang rumit dan tidak efisien menjadi penyebab utama. Akibatnya, produksi merosot, dan harga beras melonjak.
Kemudian, katanya, strategi impor yang salah waktu ini membuat harga gabah anjlok di mana impor dilakukan saat petani penen raya. Petani merugi dan tak punya kekuatan tawar, sehingga terpaksa menjual hasil panennya dengan harga murah kepada tengkulak.
Selanjutnya, sambung Asmah, infrastruktur yang bobrok. Ketersediaan air irigasi yang kurang memadai membuat penyaluran air ke sawah tersendat. Ini menyebabkan produksi terganggu, apalagi ditambah dengan kondisi cuaca ekstrem dan serangan hama yang bikin petani gagal panen.
Kondisi ini di perparah, ketika penyuluh pertanian membuat laporan “Asal Bapak Senang.” Alih-alih membantu petani di lapangan, para penyuluh justru sibuk membuat laporan palsu. Data fiktif disajikan, sementara masalah riil petani dibiarkan.
Dia mengatakan, persoalan kelangkaan beras yang berdampak pada kenaikan harga ini memang rumit, karena melibatkan banyak faktor. Pemerintah tidak bisa hanya fokus pada satu aspek, tetapi harus mengambil langkah-langkah komprehensif dari hulu ke hilir.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan beras. Pertama, menstabilkan pasokan dan harga. Pemerintah perlu segera bertindak untuk menenangkan pasar dan memastikan masyarakat bisa mendapatkan beras dengan harga terjangkau.
Katanya, operasi pasar besar-besaran mendesak. Pemerintah, melalui Badan Pangan Nasional (NFA) dan Perum BULOG, harus terus menggencarkan operasi pasar dan menyalurkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) ke seluruh wilayah. Tujuannya adalah untuk membanjiri pasar dengan pasokan beras yang cukup sehingga harga bisa turun dan kepanikan masyarakat (panic buying) mereda.
“Tindak tegas mafia pangan. Pemerintah perlu bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk memberantas spekulan atau oknum yang sengaja menimbun beras demi keuntungan pribadi. Penimbunan ini adalah salah satu penyebab utama kelangkaan dan lonjakan harga,” tegasnya.
Dia mengatakan , untuk mencegah masalah ini terulang, pemerintah harus fokus pada perbaikan sistem pertanian secara menyeluruh. Pemerintah harus menetapkan dan memastikan harga pembelian gabah dari petani berada di tingkat yang menguntungkan. Hal ini akan memotivasi petani untuk terus berproduksi dan tidak merugi.
Penyaluran pupuk subsidi tepat sasaran. Birokrasi yang rumit harus dipangkas agar pupuk bersubsidi benar-benar sampai ke tangan petani yang membutuhkan, bukan malah jatuh ke tangan tengkulak. Pengawasan yang ketat sangat diperlukan. Pemerintah bisa memberikan bantuan alat pertanian modern (mekanisasi) dan pelatihan inovasi digital kepada petani. Ini akan membuat proses tanam dan panen menjadi lebih efisien, menekan biaya, dan meningkatkan produktivitas.
Penyuluh pertanian harus kembali menjadi ujung tombak di lapangan, bukan sekadar pembuat laporan. Mereka harus aktif mendampingi petani, memberikan edukasi, dan membantu mengatasi masalah di lahan pertanian. Data yang mereka kumpulkan harus akurat, bukan fiktif.”Dengan kombinasi langkah-langkah ini, pemerintah dapat secara efektif mengatasi krisis beras saat ini dan membangun ketahanan pangan nasional yang lebih kuat di masa depan,” katanya.
Solusi Jangka Panjang
Asmah menawarkan serangkaian solusi mendesak agar Indonesia bisa kembali mencapai swasembada pangan. Pertaman, akses langsung diberikan kepada petani. Pemerintah harus memastikan petani mendapatkan akses mudah ke benih unggul, pupuk bersubsidi, dan pestisida.
Kemudian, katanya, infrastruktur pertanian yang modern,seperti, pembangunan jalan, irigasi, listrik, dan internet harus dipercepat untuk memudahkan distribusi hasil panen. Kemudian, membentuk lembaga pembiayaan usaha tani agar petani lebih mudah mendapatkan modal usaha. Selanjutnya, mengembangkan food estate. Proyek ini perlu dikembangkan lebih serius dan terarah.
“Tanpa langkah konkret, krisis beras yang kita rasakan hari ini hanyalah permulaan. Indonesia terancam masuk ke dalam jurang krisis pangan yang lebih dalam, dan yang paling menderita adalah petani kita sendiri,” katanya. (id14)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.