
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
JAKARTA (Waspada.id): Legenda hidup sepakbola Indonesia, Rully Nere, memberikan kritikan keras untuk permainan Timnas Indonesia U-23 saat dikalahkan Vietnam 0-1 pada laga final Kejuaraan ASEAN U-23 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (29/7).
Dalam kritikannya, mantan pesepakbola yang kini berusia 68 tahun itu menilai Garuda Muda terlalu terbawa permainan lawan, sehingga permainan apik yang mereka tampilkan pada laga sebelumnya tak kelihatan.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
“Pertandingan tadi, kalau saya lihat, anak-anak bukan fokus ke permainan, tapi fokus ke lawan. Akhirnya jadi tidak jalan,” kata Rully yang pernah berseragam timnas senior sebanyak 38 kali itu saat ditemui wartawan setelah pertandingan di SUGBK.
“Sebelumnya itu kan kita lihat mereka bisa main satu, dua. Ini tidak. Main bola ke depan, belakang lagi, ke depan, ke belakang lagi. Jadi tidak ada variasi. Karena mereka sudah fokus ke lawan,” tambah dia.
Rully yang semasa bermain berposisi sebagai gelandang itu mengatakan Indonesia juga kekurangan pemain “skillful”. Menurut dia, tipe pemain yang seperti itu akan sangat berguna jika sebuah skema permainan utama gagal dieksekusi dengan baik.
“Tadi saya lihat tidak ada pemain yang punya skill. Kalau ada pemain yang punya skill, kita juga nonton, kita lihat. Enak, kan? Tadi tidak ada sama sekali,” kata dia.
Selain soal aspek permainan, Rully juga mengkritik tim Garuda Muda karena pemainnya terlalu reaktif apabila ada keputusan wasit yang dirasa merugikan.
“Lihat, ada apa-apa, datang berkerumun. Kayak kompetisi di kita, maaf kalau kita bilang kayak tarkam, kan tidak bagus juga. Ini kan kesebelasan nasional. Seharusnya mereka juga main yang baik, penonton juga senang,” ungkap Rully.
Setelah turnamen ini, selanjutnya Garuda Muda fokus untuk menatap babak kualifikasi Piala Asia U-23 2026 di Sidoarjo pada September. Rully merasa Pelatih Timnas U-23 Gerald Vanenburg harus belajar banyak lagi meski secara penampilan membuatnya cukup puas.
“Ya, mungkin buat saya, dia baru pertama kali. Dia juga harus belajar karakter orang Indonesia. Ini kan bukan Belanda. Jadi dia harus, itu yang harus difokuskan,” tutup dia.
Hal senada disampaikan pengamat sepakbola nasional, Supriyono Prima. Dia menilai Timnas Indonesia U-23 belum bersikap dewasa dalam menghadapi provokasi lawan.
Menurutnya, skuad Garuda Muda termakan siasat The Golden Star yang membuat strategi tak berjalan efisien.
“Ketika diprovokasi, pemain kita terpancing dan itu tanda belum dewasa apalagi main di kandang. Seharusnya momentum ini bisa dimaksimalkan dengan baik,” kata Supriyono.
“Akhirnya game plan, gaya bermain, kurang maksimal di final. Selama pertandingan kita dikendalikan lawan dan serangan tidak efektif,” ia menambahkan.
Selama pertandingan, suhu laga berjalan begitu panas dengan pemain yang saling menjatuhkan satu sama lain. Belum lagi gerak-gerik pelatih Vietnam, Kim Sang Sik yang sempat menghalangi laju Robi Darwis dalam melakukan lemparan ke dalam.
Ini membuat pertandingan Vietnam vs Indonesia di final Piala AFF U-23 2025 mengalami hujan kartu. Terdapat enam kartu kuning yang didapatkan Vietnam. Sedangkan Indonesia diganjar dua kartu kuning untuk pemain dan satu kartu merah untuk asisten pelatih.
Supriyono berpendapat, perjuangan Timnas Indonesia U-23 layak mendapat pengakuan. Namun demikian, ia mengingatkan Kadek Arel dan kawan-kawan untuk lebih mawas diri dalam menyikapi cara nyeleneh yang dihadirkan lawan.
“Sebelumnya kita perlu mengapresiasi kinerja tim dan perjuangan mereka. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah kematangan, kedewasaan dan kepintaran dalam bermain,” ucapnya. (m18/ant/cnni)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.