Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia kini dianggap tengah memasuki fase baru. Di mana negara-negara dunia bisa bertindak sewenang-wenang, proteksionis dan berbahaya.
Hal ini dikatakan Perdana Menteri (PM) Singapura Lawrence Wong saat memberikan respons ke tarif timbal balik, resiprokal, yang diberikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Tatanan global sudah mengalami perubahan besar.
"Rekan-rekan warga Singapura, saya pernah mengatakan sebelumnya bahwa dunia sedang berubah, dengan cara yang akan merugikan ekonomi terbuka dan kecil seperti Singapura," katanya di Instagramnya yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (8/4/2025).
"Namun pengumuman 'Hari Pembebasan' baru-baru ini oleh AS tidak menyisakan ruang untuk keraguan," jelasnya.
"Hal ini menandai perubahan besar dalam tatanan global. Era globalisasi berbasis aturan dan perdagangan bebas telah berakhir. Kita memasuki fase baru- fase yang lebih sewenang-wenang, proteksionis, dan berbahaya," tegasnya.
Hal ini bukan tanpa dasar. Ia mengatakan selama beberapa dekade, AS merupakan landasan bagi ekonomi pasar bebas dunia.
AS, jelasnya, memperjuangkan perdagangan bebas, dan memimpin upaya untuk membangun sistem perdagangan multilateral, yang ditopang oleh aturan dan norma yang jelas. Di mana negara-negara dapat memperoleh manfaat yang sama-sama menguntungkan melalui perdagangan.
Sistem WTO ini, tambahnya, membawa stabilitas dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi dunia. Bahkan, tegasnya, bagi AS sendiri.
"Sistem ini tidak sempurna. Singapura, dan banyak negara lain, telah lama menyerukan reformasi- untuk memperbarui aturan dan membuat sistem menjadi lebih baik. Namun, apa yang dilakukan AS sekarang bukanlah reformasi. Negara ini meninggalkan seluruh sistem yang telah diciptakannya," jelasnya lagi.
"Pendekatan barunya berupa tarif timbal balik, dari satu negara ke negara lain, merupakan penolakan total terhadap kerangka kerja WTO," jelasnya.
"Ada konsekuensi yang lebih luas dan lebih mendalam. Jika negara lain mengadopsi pendekatan yang sama seperti AS- meninggalkan WTO, dan berdagang hanya dengan ketentuan yang mereka sukai, dari satu negara ke negara lain- hal itu akan menimbulkan masalah bagi semua negara, terutama negara-negara kecil seperti Singapura," katanya.
Menurutnya, kemungkinan akan terjadi perang dagang global besar-besaran. Perdagangan dan investasi internasional akan terdampak, dan pertumbuhan global akan melambat.
"Terakhir kali dunia mengalami hal seperti ini adalah pada tahun 1930-an. Perang dagang meningkat menjadi konflik bersenjata, dan akhirnya menjadi Perang Dunia Kedua," tuturnya.
"Tidak seorang pun dapat mengatakan bagaimana situasi saat ini akan terungkap dalam beberapa bulan atau tahun mendatang," tambahnya lagi.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini: