MEDAN (Waspada.id) Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana, termasuk gempa bumi, karena letaknya berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia.
Getaran gempa dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan, menimbulkan risiko tinggi terhadap keselamatan manusia, terutama anak-anak.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Anak-anak memiliki keterbatasan dalam memahami situasi darurat, bergerak cepat, dan mengambil keputusan tepat, sehingga menjadikan mereka termasuk kelompok yang paling rentan saat bencana terjadi.
Tanpa pengetahuan dan keterampilan yang memadai, risiko cedera, trauma, bahkan kehilangan nyawa akan semakin besar.
Mitigasi bencana gempa untuk anak adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko dan dampak yang mungkin dialami anak ketika terjadi gempa bumi, melalui pendidikan, latihan, dan persiapan yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan mereka.
Selain memberikan perlindungan fisik, mitigasi bencana untuk anak juga berperan dalam menjaga kesehatan mental mereka. Anak yang terbiasa dilatih menghadapi situasi darurat akan memiliki rasa percaya diri dan mengurangi potensi trauma pascabencana.
Lebih jauh lagi, mereka dapat menjadi agen perubahan di lingkungannya dengan membagikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada keluarga maupun teman-temannya.
Dengan demikian, kegiatan mitigasi bencana untuk anak tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga membangun budaya sadar bencana yang berkelanjutan di masyarakat.
Hal inilah yang membuat Tim Dosen Pengajar Komunikasi Bencana di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU, Dr. Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A dan Prof. Dewi Kurniawati, M.Si, PhD, mengangkat tema Pengenalan dan Simulasi Mitigasi Bencana Untuk Anak pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat tahun ini. Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh di perkuliahan kepada masyarakat.
Kegiatan penegenalan dan simulasi mitigasi bencana ini dilakukan di TK Ar-Rahman, Desa Tadukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Delieerdang, Selasa (12/8/25).
Ketua Tim Pengabdian Dr. Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A mengatakan bahwa mitigasi bencana, khususnya untuk anak, menjadi langkah strategis dalam mengurangi dampak buruk gempa bumi.
Dengan mengkomunikasikannya secara tepat dan disesuaikan dengan usia, anak dapat memahami tanda-tanda bahaya, langkah penyelamatan diri, dan prosedur evakuasi secara sederhana.
Kegiatan mitigasi bencana ini dilakukan dengan menggunakan metode permainan edukatif serta lagu dan video agar menarik, menyenangkan dan lebih mudah dipahami anak dengan mengusung tagline: Siapa Aku? Aku Siaga Gempa!
Materi mitigasi dibawakan oleh adik-adik mahasiswa yang terdiri dari Muhammad Khalish, Heflin Laurensia dan Theodora Stephanie, yang diawali dengan pengenalan gempa pada anak-anak TK, latihan evakuasi diri (tiarap, pegang kepala dan masuk ke bawah meja), praktek simulasi dengan berjalan keluar ruangan, tas di atas kepala sambil berjalan memegang bahu teman mengikuti jalur evakuasi, menghindari bahaya dan menuju titik kumpul.
Selama latihan dan simulasi tim mahasiswa tetap melakukan penguatan mental dengan membangun rasa tenang, tidak panik, tidak mendorong teman dan saling membantu.
Seluruh kegiatan simulasi ini di dokumentasikan oleh tim dokumentasi yaitu M. Syafiq Al Fallah dan M. Rahman Ma’arif dalam bentuk video kegiatan dan video pembelajaran yang nantinya diharapkan dapat mengedukasi masyarakat secara online.
Kepala Sekolah TK Ar-Rahman, Syarifah Sonya, SPd.Aud menyambut dengan senang kegiatan ini karena merupakan pengetahuan baru dan memang sangat bermanfaat untuk anak.
“Sekolah kami belum pernah mendapatkan sosialisasi dan simulasi tentang mitigasi bencana dan ini merupakan sebuah kegiatan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak dan juga sekolah tentunya. Terima kasih telah memilih sekolah kami untuk kegiatan mitigasi bencana ini”.
Ketua Tim peneliti berharap agar kegiatan simulasi ini dapat konsisten diulang seminggu sekali dan menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
“Latihan simulasi yang dilakukan secara berkala mampu membentuk respon otomatis, sehingga anak lebih siap dan tenang saat menghadapi situasi darurat. Penanaman kesadaran bencana sejak dini juga membantu menciptakan generasi yang tangguh dan mampu menjaga diri sendiri maupun orang di sekitarnya” tegas Emilia.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh murid TK yang berjumlah 28 orang yang di dampingi oleh guru dan juga wali murid.
Seluruh anak yang telah mengikuti kegiatan simulasi ini di berikan scraft dan pin Pahlawan Gempa sebagai bentuk apresiasi agar dapat terus menjaga semangatnya sebagai Pahlawan Gempa yang selalu siaga saat bencana gempa terjadi.
Di akhir kegiatan seluruh tim dosen dan mahasiswa serta anak-anak berfoto bersama di depan Titik Kumpul sambil meneriakkan yel yel..Aku Siaga Gempa! (Id14)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.