Tangerang, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus gencar mengedukasi masyarakat tentang keuangan syariah. Oleh karena itu, OJK menggelar program Gebyar Ramadan Keuangan Syariah (GERAK Syariah) selama bulan Ramadan.
Kampanye nasional keuangan syariah ini mengajak seluruh masyarakat untuk memanfaatkan momen Ramadan sebagai forum berbagi ilmu seputar keuangan syariah. Tak hanya itu, GERAK Syariah juga diharapkan bisa menggenjot angka literasi dan inklusi keuangan syariah di Tanah Air.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi menilai keuangan syariah masih belum familiar di masyarakat Indonesia. Sebaliknya, jika ditanya soal bank umum, banyak masyarakat yang cenderung lebih paham.
"Jadi tugasnya Bapak Ibu semua, tentu saja bersama dengan OJK dan para stakeholder yang masuk dalam kegiatan hari ini, itu adalah PR kita semua untuk mengedukasi masyarakat tentang keuangan syariah. Perkuat branding Bapak Ibu untuk dikenal oleh masyarakat kita," ujar Friderica dalam Pembukaan Rangkaian Kegiatan GERAK Syariah 1446 H di AEON Mall BSD City, Minggu (23/2/2025).
Usai membuka acara tersebut, Friderica mengatakan, GERAK Syariah ini merupakan suatu kolaborasi dan sinergi yang sangat baik, karena tujuannya untuk meningkatkan literasi dan juga inklusi dari keuangan syariah. Ini mengingat, literasi keuangan syariah pada tahun lalu baru mencapai 39%, sedangkan inklusinya 12%.
Dengan demikian, Friderica berharap, GERAK Syariah 2025 mampu membantu pertumbuhan literasi dan inklusi keuangan syariah nasional. OJK pun sangat optimis dalam menyosialisasikan kepada masyarakat tentang ekonomi dan keuangan syariah ini.
"Kalau di OJK ini kan kita semua sektor keuangan di bawah pengawasan kami kita mengembangkan misalnya perbankan syariah, pembayaran syariah, asuransi syariah, dan seterusnya. Jadi dari sisi pengawas juga mendorong para pelaku usaha jasa keuangan untuk berinovasi," kata dia.
Di samping itu, dia menjelaskan, kinerja industri keuangan syariah baik dari sisi perbankan syariah, asuransi, pembiayaan, dan lainnya terus menunjukkan pertumbuhannya. Melihat kondisi tersebut, OJK menyadari bahwa itu semua harus didorong dengan melakukan edukasi, literasi kepada masyarakat dengan sangat gencar.
"Jadi jangan sampai sebenarnya POJK kita punya produk yang bagus tapi masyarakat nggak tahu, akhirnya nggak terinklusi. Nah itu tugas kita semua untuk bersama-sama mendorong. Nah tadi kami sampaikan untuk kegiatan ini, karena kita sedang launching kegiatan ini, target kita untuk angka edukasi, literasi juga meningkat, terutama inklusi," tutur dia.
Sebagaimana diketahui, dari sisi intermediasi, total penyaluran pembiayaan perbankan syariah menyentuh angka Rp 643,55 triliun pada 2024 alias tumbuh 9,92% year on year (yoy) atau sejalan dengan pertumbuhan industri perbankan nasional. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun sebesar Rp 753,60 triliun atau tumbuh sekitar 10% yoy, jauh di atas pertumbuhan industri perbankan nasional yang berada dalam kisaran 4%-5%.
Di sisi lain, dia menilai pasar modal syariah juga terus tumbuh. Terbukti, jumlah kapitalisasi pasar untuk saham-saham syariah terus meningkat, reksa dana meningkat, kemudian jumlah investor yang syariah juga terus meningkat dan seterusnya. Dengan demikian, potensi industri keuangan syariah masih sangat besar untuk dieksplorasi dan dikembangkan lebih lanjut pada masa mendatang.
(bul/bul)
Saksikan video di bawah ini: