Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang sedang menghadapi gelombang pemotongan tenaga kerja di tengah upaya perusahaan Jepang dalam melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan efisiensi.
Sejumlah korporasi besar berbendera Jepang mulai dari Panasonic hingga Japan Display tercatat sedang mendorong program pensiun dini dan pengunduran diri secara sukarela kepada ribuan pekerja nya yang berusia tua.
Berdasarkan data Tokyo Shoko Research, terdapat 11.045 karyawan yang menjadi target dari program pensiun dini pada perusahaan publik jepang disepanjang 2025 hingga data 10 November.
Angka ini menjadi yang tertinggi dalam empat tahun, sejak 2021. Menariknya, lebih dari 90% karyawan yang terdampak bekerja di perusahaan yang terdaftar di Prime Market Tokyo Stock Exchange, khususnya di sektor peralatan listrik, makanan, logam, dan mesin.
Tren pemangkasan tenaga kerja ini terutama menyasar pekerja berusia 50 tahun ke atas, menandai perubahan besar dari tradisi lama Jepang yang sangat mengedepankan konsep lifetime employment. Tekanan demografis berupa rendahnya angka kelahiran, populasi yang menua, serta harapan hidup yang semakin panjang membuat struktur tenaga kerja Jepang semakin berat dipertahankan.
Hal ini terlihat juga dari tingkat pengangguran untuk kelompok usia 55-64 tahun yang menunjukkan kenaikan tajam.
Berdasarkan data dari statistic of Japan, tingkat pengangguran di kelompok ini melonjak dari 2,3% pada Agustus menjadi 2,8% pada September 2025. Ini sekaligus menjadi kenaikan bulanan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Di sisi lain, sejumlah perusahaan jepang ada yang memperpanjang usia pensiun menjadi 65 tahun, namun langkah tersebut tidak terjadi menyeluruh atau universal.
Banyak perusahaan besar justru memilih mempercepat pensiun dini sebagai bagian dari strategi restrukturisasi. Mitsubishi Electric, Mitsubishi Chemical Group dan Meiji Holdings termasuk yang menawarkan paket kompensasi menarik bagi karyawan senior untuk keluar lebih cepat.
Menurut Tokyo Shoko Research, langkah ini dilakukan untuk menjaga daya saing perusahaan di tengah pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan tren mobilitas pekerja usia menengah (mid-career mobility) yang meningkat. Selain itu, tekanan dari investor aktivis dan otoritas bursa Jepang membuat perusahaan semakin fokus meningkatkan profitabilitas dan efisiensi biaya.
Shintaro Iwai, ekonom Dai-ichi Life Research Institute, menegaskan bahwa perusahaan Jepang kini tidak bisa lagi mengandalkan pola lama.
"Sudah tidak memungkinkan lagi menjalankan bisnis seperti biasa. Fokus utama kini adalah memangkas pekerjaan yang redundan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi," ujarnya dikutip dari Bloomberg.
Menariknya, lonjakan PHK ini tidak hanya terjadi pada perusahaan yang mengalami kerugian. Dari 41 perusahaan yang menjalankan program pensiun dini, 28 di antaranya justru mencatatkan laba, dan bahkan 77% dari total pemangkasan berasal dari kelompok perusahaan yang masih untung.
Ini menunjukkan bahwa restrukturisasi tenaga kerja dilakukan bukan karena krisis perusahaan, melainkan sebagai langkah strategis menghadapi perubahan struktural ekonomi Jepang.
Pasar Tenaga Kerja Mulai Melemah, Pengangguran Jepang Sentuh Level Tertinggi dalam Setahun
Di tengah maraknya restrukturisasi perusahaan besar terhadap pegawai yang berusia tua, kondisi pasar tenaga kerja Jepang juga menunjukkan tanda-tanda mulai melemah.
Tingkat pengangguran nasional naik menjadi 2,6% pada Agustus 2025, dari 2,3% pada bulan Juli 2025. Kenaikan ini sekaligus membawa tingkat pengangguran Jepang ke posisi tertinggi dalam lebih dari satu tahun, melampaui ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan hanya ke 2,4%. Sementara, data terakhir di September 2025, tingkat pengangguran masih bertahan di 2,6%.
Data Kementerian Tenaga Kerja Jepang juga menunjukkan bahwa rasio lowongan pekerjaan terhadap pencari kerja turun dari 1,22 menjadi 1,20, level terendah sejak 2022.
Meski pasar tenaga kerja Jepang masih tergolong ketat dengan 120 lowongan untuk setiap 100 pencari kerja namun tren penurunan ini menjadi sinyal awal bahwa kondisi ketenagakerjaan mulai kehilangan momentumnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)

2 hours ago
1

















































