Bos APINDO Usul RI "Buka Lebar" Keran Impor Untuk Barang-Barang AS Ini

5 days ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha Indonesia bakal melakukan lebih banyak impor produk dari Amerika Serikat (AS) usai pengenaan tarif tinggi oleh Presiden AS Donald Trump. Rencana itu demi lancarnya negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan AS, terkait kebijakan tarif yang diumumkan Donald Trump pada hari Rabu lalu, 2 April 2025, waktu setempat. 

Indonesia dikenakan tarif resiprokal sebesar 32%. Tarif ini akan mulai berlaku mulai 9 April 2025 mendatang. 

"Kalau mengurangi defisit [AS-Indonesia], itu berarti jenis-jenis produk apa yang bisa kita impor dari Amerika yang memang dibutuhkan oleh Indonesia. Jadi bukan mengganggu industri dalam negeri kita, tetapi yang dibutuhkan oleh Indonesia," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani, dikutip Selasa (8/4/2025).

Merujuk data Kementerian Perdagangan RI (Kemendag), Indonesia surplus perdagangan sebesar US$14,34 miliar pada Januari-Desember 2024. Defisit tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-15 dalam daftar negara dengan defisit perdagangan terbesar bagi AS.

"Jadi pada prinsipnya kita yang langsung saja, bagaimana mengidentifikasi produk-produk Amerika yang dibutuhkan oleh Indonesia. Tentu saja dari segi oil and gas sudah pasti, cotton, wheat, bean, corn," ujar Shinta.

Impor komoditas itu dibutuhkan Indonesia karena saat ini tidak bisa memproduksinya sendiri. Namun, Indonesia juga mengekspor banyak produk ke AS.

"Saya contohkan, kita ada misalnya dari tekstil, apparel. Kita ekspor besar, tapi kita juga bisa impor kapas dari Amerika. Nah ini sedang kita jajaki. Jadi hal-hal semacam itu," sebut Shinta.

"Jadi ini mungkin supaya dipercepat harus segera diidentifikasi. Tugas kami juga dari pelaku usaha, selain untuk memastikan bahwa tantangan daripada eksportir yang ke Amerika ini, jangan sampai terlalu mengganggu ekspor mereka," lanjutnya.

Di sisi lain, dia menyoroti tantangan selain tarif yang muncul dari hambatan non-tarif, terutama di sektor Information, Communication, and Technology (ICT)

"Masih ada isu dari segi non-tariff barrier dan lainnya, terutama untuk faktor produk ICT. Nah itu lagi diperhatikan apakah itu bisa menjadi satu pertimbangan," sebut Shinta.

Pemerintah RI Kirim Tim Negosiasi ke AS

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan Indonesia bakal mengirim tim ekonomi yang untuk bernegosiasi dengan USTR (US Trade Representative) terkait kebijakan pengenaan tarif impor tinggi oleh Amerika Serikat.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto nantinya bakal memimpin tim negosiasi ini.

"Ya kan kita impor lebih banyak. Tadi disampaikan volumenya kan ditingkatkan, volume impor kita dari impor barang (AS) yang sudah ada tadi," kata Budi saat ditemui usai rapat di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).

Ia tidak khawatir perundingan ini akan membuat produk AS semakin membanjiri pasar domestik RI. Sebaliknya, RI berharap AS mau menegosiasikan ulang kebijakannya. Sebagai gantinya, ketika impor dari AS bertambah, maka impor dari negara lain ditargetkan bisa lebih ditekan.

"Belum, sekarang lagi diidentifikasi ya. Tadi hasil rapat tadi kita identifikasi semua termasuk tarif dan sebagainya, kebijakannya seperti apa, komoditasnya apa juga, baru kita, 15 besar lah ya kita cek dulu," sebut Budi.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dampak Indonesia & Jepang Terhadap Kebijakan Tarif Trump

Next Article Video: Ancaman Perang Tarif di Era Donald Trump

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |