Bitcoin Terbang, Tembus US$97.000, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

14 hours ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Dominasi Bitcoin semakin melesat menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, pada Rabu (7/5/2025) pukul 07:08 WIB, harga Bitcoin menguat 2,36% ke angka US$96.892 bahkan secara intraday, Bitcoin sempat menyentuh level US$97.083.

Kenaikan Bitcoin ini bukan baru kali ini terjadi, mengingat harga Bitcoin rebound sejak 8 April 2025 ketika saat itu harga Bitcoin berada di bawah level US$80.000.

Apresiasi harga Bitcoin ternyata diikuti oleh kenaikan dominasi Bitcoin atau Bitcoin Dominance menjadi lebih dari 65%, tertinggi sejak Januari 2021. Peningkatan ini menunjukkan pergeseran modal dari altcoin ke Bitcoin menjelang pertemuan penting Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS yang dijadwalkan pada Rabu, 7 Mei 2025 waktu AS atau 8 Mei 2025 waktu Indonesia.

CMCFoto: Bitcoin Dominance Chart
Sumber: CMC

Dikutip dari coindesk.com, Joel Kruger, analis dari LMAX Group, menyatakan bahwa pasar kripto saat ini berada dalam pola menunggu, dengan investor menantikan katalis utama dari pasar tradisional, seperti keputusan FOMC atau pembaruan terkait dampak ekonomi dari tarif.

Vetle Lunde dari K33 Research mencatat bahwa volatilitas jangka pendek Bitcoin saat ini "sangat terkompresi", dengan rata-rata 7 hari mencapai level terendah dalam 563 hari terakhir.

Dia memperingatkan bahwa periode volatilitas rendah seperti ini biasanya diikuti oleh lonjakan tajam, karena posisi leverage dilikuidasi dan trader kembali aktif di pasar. Lunde menyarankan eksposur spot yang agresif, mengingat periode dengan tingkat pendanaan swap perpetual negatif secara historis menawarkan peluang beli yang baik bagi investor jangka menengah dan panjang.

"Rezim volatilitas rendah seperti ini pada BTC biasanya tidak berlangsung lama," kata Lunde. "Ledakan volatilitas yang tajam biasanya mengikuti fase stabilitas ini begitu harga mulai bergerak, karena posisi leverage dilikuidasi dan para trader kembali aktif di pasar."

K33 ResearchFoto: BTC-USD Volatility
Sumber: K33 Research

Untuk diketahui, Bitcoin Dominance adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar nilai pasar Bitcoin dibandingkan dengan keseluruhan pasar aset kripto. Indikator ini dihitung berdasarkan perbandingan antara kapitalisasi pasar Bitcoin dan total kapitalisasi pasar semua cryptocurrency. Dengan kata lain, angka ini mencerminkan sejauh mana dominasi Bitcoin terhadap altcoin seperti Ethereum, Solana, dan koin lainnya.

Ketika angka dominasi Bitcoin meningkat, itu menandakan bahwa investor lebih banyak menempatkan dana mereka pada Bitcoin dibandingkan aset kripto lainnya. Kondisi seperti ini sering terjadi saat pasar mengalami ketidakpastian atau penurunan, di mana Bitcoin dianggap sebagai aset paling stabil di antara kripto lainnya. Dalam situasi tersebut, altcoin biasanya melemah karena pergeseran likuiditas kembali ke Bitcoin.

Sebaliknya, jika dominasi Bitcoin menurun, artinya altcoin mulai menarik perhatian investor dan mendapatkan porsi pasar yang lebih besar. Fenomena ini biasa disebut dengan "altcoin season", yakni periode ketika altcoin mengalami kenaikan harga yang signifikan dan bahkan mengungguli performa Bitcoin dalam jangka pendek. Penurunan dominasi bisa menjadi sinyal bahwa pasar sedang dalam kondisi optimis dan para investor siap mengambil risiko lebih tinggi.

Secara keseluruhan, Bitcoin dominance merupakan indikator penting yang digunakan untuk membaca arah pergerakan pasar kripto. Banyak analis dan trader menjadikannya acuan dalam menentukan strategi investasi, karena fluktuasi pada angka ini dapat memberikan gambaran mengenai sentimen dan perilaku investor dalam ekosistem aset digital.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |