
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
LHOKSUKON (Waspada.id): Dulu sekolah ini sering mengalami banjir, namun kini kabar baik kembali diterima oleh SMA Negeri 1 Matangkuli Kabupaten Aceh Utara.
Pasalnya, dari hasil seleksi penghargaan Adiwiyata Provinsi Aceh tahun 2025, SMA Negeri 1 Matangkuli tercatat salah satu penerima dari 15 sekolah se-Aceh.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Hal itu disampaikan Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli, Khairuddin MPd kepada Waspada.id, Rabu (22/10). Dia mengatakan, seleksi melibatkan seluruh satuan pendidikan mulai dari jenjang SD sampai SMA sederajat yang mengajukan.
Kata Khairuddin, SMA Negeri 1 Matangkuli menjadi satu-satunya sekolah di Kabupaten Aceh Utara yang memperoleh penghargaan tersebut.
“Dengan demikian, SMA Negeri 1 Matangkuli menyandang Sekolah Adiwiyata Provinsi Aceh,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sekolah Adiwiyata sendiri merupakan program pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Tujuan utamanya untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Lebih lanjut kepala sekolah menuturkan, Adiwiyata diharapkan mampu menjadi tempat pembelajaran dan pembiasaan bagi warga sekolah (guru, siswa, dan tenaga kependidikan) untuk berperilaku ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk internalisasi dalam kurikulum pembelajaran.
“Uniknya SMA Negeri 1 Matangkuli merupakan sekolah yang puluhan tahun langganan banjir di Aceh Utara,” ungkap Khairuddin.
Namun memperoleh penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata merupakan hasil dari kerja keras seluruh warga di satuan pendidikan ini.

Khairuddin memaparkan, sejak 2024 pihaknya mengikuti program kebersihan lingkungan sekolah melalui Adiwiyata Kabupaten Aceh Utara. Tahun lalu mereka gagal. Wajar saja, karena belum mampu mengatasi sampah aliran banjir, termasuk sampah plastik yang sangat banyak belum teratasi.
“Pertengahan 2024, banjir mulai tidak terjadi lagi hingga kini. Sehingga proses kebersihan lingkungan sekolah menjadi lebih mudah karena tinggal membenahi dari dalam,” paparnya.
Khairuddin mengungkapkan, rasa bangga atas kerja seluruh pihak di sekolahnya. Proses seleksi ini sangat panjang, tapi ikhtiar mereka bukan karena sekedar harus dapat penghargaan. Penting bagi mereka membangun budaya peduli lingkungan serta bersih menjadi darah daging bagi warga sekolah, sehingga terbawa kemana pun nantinya.
“Bukan hanya di sekolah, namun di lingkungan tempat tinggal juga,” imbuh Khiaruddin.
Sementara itu Ketua Program Green School SMA Negeri 1 Matangkuli, Mansuryani SPd menyampaikan, kampanye pengelolaan sampah serta pemanfataannya sebagai green economy menjadi prioritas mereka dalam pembelajaran terutama kegiatan kokurikuler.
“Keresahan terhadap banjir yang kerap datang sempat membuat kami hampir putus asa, namun karena membangun budaya, maka harus ada program terpadu,” kata Mansuryani.
Mereka bekerja sama dengan berbagai pihak diantaranya, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Aceh Utara, termasuk dengan SEAMEO QITEP in Science (SEAQIS) Bandung yang datang langsung dan menyarankan agar mereka mendesain Floating Garden. Sehingga taman dan tumbuhan selamat dari banjir.
Gagasan tersebut menjadi mitigasi bagi bencana banjir. Bulan lalu PGE datang membawa program penghijauan di sekolah mereka sekaligus menjajaki program lingkungan hidup lainnya.
“Penghargaan ini membuktikan eksistensi kami menjaga lingkungan hidup di sekolah, Insya Allah kami menatap Adiwiyata Nasional tahun depan. Terimakasih bagi semua pihak dan Gubernur Aceh yang memberi penghargaan ini melalui DLH Provinsi Aceh,” pungkas Mansuryani. (id85)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.