BBM Untuk Nelayan Kosong, Aceh Utara Bangkit Nelayan Tenggelam

3 hours ago 1
AcehEkonomi

7 November 20257 November 2025

BBM Untuk Nelayan Kosong, Aceh Utara Bangkit Nelayan Tenggelam Panglima Laot Aceh Utara, Tengku Hamdani bersama Panglima Laot Kecamatan Lapang, M Hasan Tim. Waspada.id/Maimun Asnawi

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

ACEH UTARA (Waspada.id): Sudah 10 hari para nelayan di Kabupaten Utara tidak melaut. Hal ini disebabkan kiuota Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi untuk nelayan mengalami kelangkaan. Kondisi ini membuat mata pencaharian 3000-an nelayan di 8 kecamatan terganggu.

Hal ini disampaikan oleh Panglima Laot Kabupaten Aceh Utara, Tengku Hamdani saat dikonfirmasi Waspada.id, Jumat (7/11) siang. “Sudah 10 hari ini, 3000-an nelayan di Aceh Utara tidak bisa melaut akibat tidak ada BBM. Setiap hari di setiap kecamatan pesisir membutuhkan 1 ton lebih BBM subsidi. Jika ditotalkan kebutuhan BBM untuk nelayan di 8 kecamatan lebih kurang 12 ton lebih untuk setiap hari,” kata Tengku Ham.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Karena satu-satunya mata pencaharian andalan warga pesisir di bidang nelayan, semestinya BBM bersubsidi untuk mereka tidak boleh terputus dan harus ada setiap hari. Karena itu, sebagai Panglima Laot Aceh Utara, Tengku Ham berharap kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara untuk segera mencarikan solusi.

“Ini kan juga bagian dari program swasembada pangan khususnya di bidang kelautan. Mohon persoalan ini jangan sampai berlarut-larut dan harus segera diatasi agar nelayan bisa melaut kembali. Masalah ini sudah kita sampaikan kepada Bupati Aceh Utara dan juga Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan,” harap Tengku Ham, sambil menyebutkan nama-nama kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Tanah Jambo Aye, Seunuddon, Lapang, Samudera, Tanah Pasir, Dewantara, Muara Batu dan Syamtalira Bayu.

Sementara itu, Panglima Laot Kecamatan Lapang, Muhammad Hasan Tim kepada Waspada.id memberitahukan, dirinya sebagai panglima merasa sangat kesusahan dalam memberikan pemahaman kepada nelayan di wilayah kerjanya. Pasalnya, para nelayan tidak mau tahu tentang alasan kelangkaan BMM.

“Setiap hari nelayan datang ke rumah bertanya tentang BBM. Sakit kepala saya menghadapi masalah ini. Karena untuk persoalan ini pun saya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak namun belum ada solusinya,” kata M. Hasan Tim.

Kebutuhan BBM bersubsidi untuk 160 armada 10 GT ke bawah dalam wilayah Kecamatan lapang setiap hari membutuhkan 1,350 ton. Selama ini, jatah BBM tersebut ditebus oleh M. Hasan Tim ke SPBU Meunasah Ranto Lhoksukon. Dan ini sesuai dengan rekomendasi dari Dinas DKP Aceh Utara.

“Kosong BBM untuk nelayan Lapang bukan disebabkan oleh pihak SPBU, karena kata pihak SPBU, saat mereka DO kuota BBM diblokir oleh pihak Pertamina. Sebelumnya, BBM untuk nelayan Lapang tidak pernah terjadi kekosongan. Dan untuk masalah ini, pihak SPBU Meunasah Ranto meminta kami untuk berkoordinasi dengan pihak Dinas DKP,” terang M Hasan Tim.

Karena itu, kata M Hasan Tim, 4 hari lalu, pihaknya pun mendatangi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Utara, Syarifuddin. Atas informasi ini, kadis terkait pun mengonfirmasi pihak Pertamina, tapi hasilnya nihil. Karena itu, Syarifuddin meminta Panglima Laot mencoba mencari stok BBM yang ada di SPBN Seunuddon. Dan SPBN itu pun mengalami kekosongan BBM.

“Informasi kekosongan BBM yang dialami oleh 3000-an nelayan di 8 kecamatan sudah sampai ke Bupati Aceh Utara. Dan informasinya, bupati juga sudah mempertanyakan hal ini ke pihak Pertamina tapi tetap belum ada solusinya. Ini persoalan terberat yang dialami oleh nelayan,” kata M Hasan Tim.

Ditanya kenapa tidak mencoba mencari BBM ke SPBU-SPBU lainnya, M. Hasan Tim memberitahukan, kuota BBM yang diberikan kepada nelayan di masing-masing kecamatan telah ditentukan SPBU masing-masing dibuktinya dengan surat rekomendasi dari pihak DKP.

“Kami dari Lapang hanya dibolehkan mengambil BBM di SPBU Meunasah Ranto. Ini bukan karena kesalahan SPBU tapi kuota yang diberikan kepada SPBU ini tidak cukup. Di SPBU ini jatah BBM untuk nelayan Lapang untuk 28 hari sebanyak 43 ton 20 liter. Sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini,” katanya.

Kata M Hasan Tim, persoalan ini juga sudah disampaikan kepada pihak DPRK Aceh Utara. Informasi yang diterima pihaknya, hal sama juga sudah ditempuh oleh nelayan di 7 kecamayan pesisir lainnya.

“Kuota BBM subsidi untuk nelayan harus ada setiap hari. Entah kemana minyak dibawa. Jangankan BBM, LPG 3 Kg juga ikut langka. Kemudian, BBM juga langka untuk kebutuhan masyarakat umum lainnya. Ini dapat dilihat kondisi di setiap SPBU, berbagai jenis kedaraan antre menunggu jatah minyak. Kalau modelnya begini bagaimana Aceh bisa maju. Sebelumnya lancar sekarang menjadi tidak lancar. Bagaaiman cara mau bangkit. Nelayan kita sudah tenggelam 10 hari. Saya yakin ini sandiwara dan ini permainan. Apakah permainan ini untuk membunuh karakter seseorang itu saya tidak tahu,” demikian M. Hasan Tim. (id70).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |