Bayar Utang Dan Intervensi, Cadangan Devisa Turun Tipis

1 month ago 16

JAKARTA (Waspada.id): Cadangan devisa Indonesia tercatat turun tipis menjadi US$152,0 miliar pada Juli 2025, dari bulan sebelumnya senilai US$152,6 miliar, dikarenakan untuk membayar utang luar negeri dan intervensi,

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), cadangan devisa sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada Maret 2025, yakni senilai US$157,1 miliar. Kemudian relatif stabil posisinya sejak April 2025, yakni sebesar US$152,5 miliar. Posisinya kemudian turun pada Juli 2025, salah satunya untuk keperluan pembayaran utang luar negeri.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Kamis (7/8/2025).

BI melaporkan posisi terakhir utang luar negeri Indonesia per Mei 2025 adalah senilai US$435,6 miliar, setara Rp7.100,28 triliun (asumsi kurs JISDOR BI Rp16.300 per dolar AS pada akhir Mei 2025). Jumlah utang itu naik US$4,05 miliar atau sekitar Rp66 triliun dari bulan sebelumnya.

Jumlah utang luar negeri per Mei 2025 naik dalam nominal dolar, tetapi menjadi turun saat dikonversi ke dalam rupiah karena terjadi penguatan kurs pada Mei 2025 dari bulan sebelumnya.

Utang luar negeri Indonesia Mei 2025 mengalami kenaikan 6,8% secara tahunan (year on year/YoY), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2025 sebesar 8,2% (YoY).

“Perkembangan tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN [utang luar negeri] di sektor publik dan kontraksi pertumbuhan ULN swasta,” ujar Ramdan.

Dia menyampaikan bahwa BI juga melakukan intervensi di pasar keuangan demi menjaga stabilitas rupiah, terutama di tengah dinamika ekonomi global setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif resiprokal ke banyak negara menjelang pemberlakuan.

“Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2025 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ujar Ramdan.

BI, sambungnya, menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Oleh sebab itu, cadangan devisa sebesar US$152 miliar itu diyakini memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan tetap terjaganya prospek ekspor, neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus.

Sejalan dengan itu, BI berharap cadangan devisa tersebut meningkat persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.

“Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutur Ramdan.

Melambat

Selain itu, BI mencatat bahwa posisi uang primer (M0 adjusted) tumbuh sebesar 7,0% secara tahunan (year-on-year/yoy) atau menjadi Rp1.925,4 triliun pada Juli 2025.

Meski demikian, pertumbuhan itu melambat apabila dibandingkan bulan sebelumnya yakni Juni 2025 yakni 8,6% yoy, yang juga sebelumnya sudah lebih rendah dari Mei 2025 yakni 14,5% yoy.

Ramdan menjelaskan, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 9,7% yoy, dan giro bank umum BI adjusted sebesar 8,4% yoy.

“Berdasark­an faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M0 Adjusted telah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas (pengendalian moneter adjusted),” ujar Ramdan.

Untuk diketahui, uang primer (M0) adjusted menggambarkan perkembangan uang primer yang telah mengisolasi dampak penurunan giro bank di Bank Indonesia akibat pemberian insentif likuiditas.

BI mempunyai Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) melalui pengurangan giro bank di Bank Indonesia dalam rangka pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) yang wajib dipenuhi secara rata-rata.

Melihat secara tren sejak Desember 2024, jumlah uang primer yang disesuaikan ini cenderung menurun dari posisi bulan terakhir 2024 lalu yang mencapai Rp2.027,33 triliun.

Uang primer selama tujuh bulan 2025 ini lalu pernah kembali ke level Rp2.052,4 triliun pada Maret 2025, lalu kemudian fluktuatif pada bulan-bulan setelahnya.

Pada April 2025, uang primer yang disesuaikan tercatat turun apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni ke Rp1.952,2 triliun, kemudian turun lagi di Mei 2025 ke Rp1.939,1 triliun sebelum merangkak naik lagi ke Rp1.957,1 triliun di Juni 2025.

Di periode Juni 2025, uang primer yang disesuaikan pada level Rp1.957,1 triliun itu tumbuh 8,6% yoy dari tahun sebelumnya.

Pada periode tersebut, uang primer yang disesuaikan itu terdiri dari di antaranya uang kartal yang beredar sebesar Rp1.153 triliun serta Rp382,9 triliun giro bank umum di BI. (Id88)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |