Aksi Demo Reda, RI Kini Waspada Guncangan dari Amerika

18 hours ago 6
  • Pasar keuangan Indonesia berakhir di zona hijau, IHSG dan rupiah sama-sama menguat
  • Wall Street ambruk berjamaah karena investor khawatir dengan kenaikan imbal hasil obligasi
  • Dampak aksi demo dan data ekonomi global terbaru akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia akhirnya kompak menguat sejalan dengan meredanya aksi demonstrasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sama-sama menguat. Data-data ekonomi RI yang positif mendorong kepercayaan investor untuk kembali ke pasar keuangan RI.

Pergerakan pasar keuangan diperkirakan akan sangat volatile dan IHSG diperkirakan akan melanjutkan pergerakan positif hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (2/9/2025) ditutup menguat 0,85% di level 7.801,58. Penguatan ini berhasil mematahkan pelemahan IHSG selama dua hari beruntun dan meninggalkan level psikologis 7.700 dan menutup selisih yang tercipta pada perdagangan dua hari sebelumnya.

Nilai transaksi saham mencapai Rp 16,38 triliun yang melibatkan 36 miliar saham dalam 2 juta kali transaksi. Adapun 576 saham tercatat menguat, 126 melemah dan 101 lainnya saham stagnan. Investor asing masih mencatat net sell sebesar Rp 331,2 miliar.

Nyaris seluruh sektor perdagangan bergerak di zona hijau, dengan penguatan terbesar dicatatkan oleh properti, barang baku dan industri. Adapun sektor yang mengalami pelemahan hanya utilitas dan teknologi.

Saham-saham emiten pertambangan tercatat menjadi penggerak utama kinerja IHSG pada perdagangan kemarin.

Emiten holding bisnis Prajogo Pangestu, Barito Pacific (BRPT), tercatat menjadi penopang utama kinerja IHSG. Saham BRPT naik 7,04% ke Rp 2.280 per saham dan menyumbang kenaikan 9,32 indeks poin.

Lalu diikuti enam saham emiten tambang yang melengkapi tujuh besar emiten dengan kontribusi terbesar menjadi penggerak kinerja IHSG pada perdagangan kemarin:

1. Emiten tambang emas, nikel dan bauksit BUMN, Aneka Tambang (ANTM), naik 8,44% ke Rp 3.470 per saham dengan sumbangsih 5,51 indeks poin

2. Emiten tambang emas kongsi Grup Bakrie dan Grup Salim, Bumi Resources Minerals (BRMS), naik 10,29% ke Rp 525 per saham dengan kontribusi 5,49 indeks poin

3. Emiten tambang tembaga-emas Grup Salim, Amman Mineral Internasional (AMMN), naik 1,91% ke Rp 8.000 per saham dengan kontribusi 4,7 indeks poin

4. Emiten alat berat dan tambang emas-batu bara Grup Astra, United Tractors (UNTR), naik 5,82% ke Rp 25.900 per saham dengan sumbangsih 4,55 poin indeks poin

5. Emiten tambang batu bara Grup Sinarmas, Dian Swastatika Sentosa (DSSA), naik 1,12% ke Rp 99.600 per saham dengan kontribusi 4,22 indeks poin

6. Emiten tambang batu bara milik Low Tuck Kwong, Bayan Resources (BYAN), naik 0,98% ke Rp 18.100 per saham dan menyumbang 3,03 indeks poin.

Efek demo yang terjadi sejak pekan lalu berimbas kurang baik bagi IHSG pada perdagangan dua hari sebelumnya, tampaknya dampaknya mulai berkurang pada perdagangan kemarin.

Hal ini seiring dengan tensi aksi demo yang mulai mendingin usai Presiden melakukan konferensi pers dan berjanji memperbaiki kondisi politik domestik usai bertemu dengan pemimpin partai politik di Indonesia.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (2/9/2025) ditutup menguat 0,09% di level Rp16.395/US$1. Penguatan ini menjadi kenaikan rupiah selama dua hari beruntun, dan berhasil meninggalkan level psikologis Rp16.400/US$1.

Penguatan rupiah seiring dengan mereda nya gejolak dalam negeri pasca demonstrasi besar yang terjadi di Indonesia terutama Jakarta.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmen dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai langkah intervensi di pasar valas.

"Kami terus berjuang dan Alhamdulilah stabilitas nilai tukar rupiah moneter dan pasar keuangan,"ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo saat rapat dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Selasa (2/9/2025)

Perry juga menyatakan bahwa rupiah berhasil menstabilkan rupiah di tengah kondisi ketidakstabiltan ini.

"Kami terus tetap jaga rupiah yang kemarin pagi pernah mencapai Rp16.560. Alhamdulillah hari ini kami bisa stabilkan ke Rp16.400 kami akan berusaha lebih rendah lagi ke 16.300 dan lebih kuat lagi," terangnya.

Menariknya, penguatan rupiah terjadi meski indeks dolar AS cenderung menguat, hal ini menandakan optimisme pasar terhadap stabilitas domestik setelah adanya sinyal kebijakan tegas dari pemerintah dan intervensi BI dalam menjaga stabilitas rupiah.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Selasa (2/9/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun sangat tipis 0,003% di level 6,1932%.

Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |