AICIS+ 2025 Tandai Reposisi Keilmuan Islam Menuju Era Sains dan Inovasi Global

3 hours ago 3

DEPOK (Waspada.id): Transformasi Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) menjadi AICIS+ 2025 menjadi momentum penting bagi arah baru keilmuan Islam yang berorientasi pada sains, teknologi, dan kemanusiaan global. Kementerian Agama (Kemenag) bersama Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) berkomitmen menjadikan konferensi ini sebagai forum internasional yang memperkuat kontribusi Islam dalam menjawab tantangan global.

Konferensi pers yang digelar Senin (27/10/2025) di Kampus UIII, Depok, menjadi puncak persiapan menuju pembukaan resmi AICIS+ pada Rabu, 29 Oktober 2025.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Dalam kesempatan itu, para pimpinan Kemenag dan UIII menegaskan bahwa AICIS+ adalah bentuk evolusi dari forum akademik tradisional menuju platform keilmuan yang melampaui batas disiplin.

“Konferensi tahun ini bukan sekadar kelanjutan dari tradisi, tetapi merupakan langkah maju yang berani. Tujuannya jelas: melampaui batas disiplin ilmu dan menempatkan keilmuan Islam di pusat pemecahan masalah global,” tegas Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno dalam sesi konferensi pers.

Ia menambahkan, fokus pada ekoteologi, ekonomi berkelanjutan, dan etika teknologi menegaskan bahwa perspektif sains berbasis iman mampu menawarkan solusi praktis dan etis di tengah tantangan dunia modern.

Senada dengan itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron menjelaskan bahwa tanda “plus” pada AICIS+ merupakan lambang perluasan wawasan.

“Tanda ‘plus’ melambangkan perluasan—baik dari segi cakupan maupun semangat. Ini adalah upaya kita untuk mengintegrasikan keilmuan Islam dengan wacana global tentang ekologi, gender, dekolonisasi, kesehatan, dan transformasi digital, sambil tetap berpijak pada nilai-nilai abadi rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.

AICIS+ 2025 mencatat rekor baru dalam sejarahnya. Ketua Steering Committee, Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, melaporkan bahwa panitia menerima 2.434 pengajuan abstrak dari 31 negara, jumlah tertinggi sepanjang sejarah konferensi ini.

“Respons luar biasa ini mencerminkan vitalitas keilmuan Islam sekaligus pengakuan global terhadap AICIS+ sebagai jembatan intelektual dunia,” ujarnya.

Dari total itu, 345 makalah terpilih melalui proses kurasi ketat akan dipresentasikan selama konferensi. AICIS+ juga menghadirkan 12 pakar internasional terkemuka, di antaranya Farish A. Noor (sejarah), Shahram Akbarzadeh dan Stéphane Lacroix (politik), Sulfikar Amir (teknologi), Fajar Hirawan (ekonomi), Aria Nakissa (hukum Islam), Muhammad Ahmad Ibrahim Al-Jahsh, serta Abdurrazaq Hesamifar (agama dan filsafat).

Dari kalangan ilmuwan perempuan, tampil Meiwita Budiharsana (kesehatan masyarakat), Eka Srimulyani (Islam dan gender), dan Hamrila binti Abdul Latif (ekonomi Islam).

Kehadiran mereka menjadi simbol penguatan kesetaraan akademik dan kontribusi perempuan dalam keilmuan Islam global.

Konferensi ini menjadi manifestasi dari Asta Cita ke-4 yang ditekankan Dirjen Pendis, Prof. Suyitno, khususnya dalam hal penguatan SDM unggul serta pengembangan sains dan teknologi.

Dengan tema besar “Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi”, AICIS+ menghadirkan pendekatan lintas bidang yang menghubungkan iman, etika, dan inovasi.

Selain memperkuat kapasitas akademik, AICIS+ 2025 juga menegaskan arah baru pendidikan Islam yang inklusif, kompetitif, dan berorientasi pada kemajuan bangsa, sekaligus menempatkan nilai-nilai Islam dalam percakapan global tentang keberlanjutan dan keadilan.

Sebagai tuan rumah, Rektor UIII, Jamhari menegaskan bahwa penyelenggaraan AICIS+ adalah bagian dari reposisi intelektual Islam dalam dialog dengan sains dan masyarakat.

“AICIS+ adalah bentuk reposisi intelektual yang menegaskan bahwa wacana Islam tidak hanya harus berdialog dengan teks klasik, tetapi juga berinteraksi dengan sains, masyarakat, dan tantangan global. Di UIII, kami merasa terhormat dapat memfasilitasi transformasi ini menjadi jembatan antara spiritualitas dan rasionalitas,” katanya.

Ketua Organizing Committee, Chaider S. Bamualim, menambahkan, transformasi AICIS menjadi AICIS+ juga membawa dua makna tambahan dari huruf “S”: Science dan Society.

“Transformasi dari AICIS menjadi AICIS+ dengan tambahan ‘S’ untuk Science dan ‘S’ untuk Society, mewakili aspirasi kita untuk melampaui batas akademik tradisional. Bagi UIII, ini merupakan wujud nyata dari visi universitas untuk memelopori arah baru dalam keilmuan Islam,” jelasnya.

Ia menekankan, seluruh diskusi dalam AICIS+ diarahkan agar sejalan dengan prioritas pembangunan nasional, seperti ketahanan energi dan inovasi teknologi, sehingga berdampak nyata bagi masyarakat.

Selama tiga hari pelaksanaan, AICIS+ 2025 akan menampilkan 2 sesi kunci, 2 sesi pleno, 68 sesi paralel, dan 24 panel jurnal terundang, serta Forum Rektor yang melibatkan 58 PTKIN dari seluruh Indonesia.

Beragam agenda pendukung seperti Pameran Pendidikan Madrasah, Pameran Buku, Festival Kuliner Halal, dan Pertunjukan Budaya akan turut memeriahkan acara di Kampus UIII, Depok, Jawa Barat.

Dengan skala internasional dan format multidisiplin, AICIS+ 2025 diharapkan menjadi katalis bagi terciptanya inovasi berbasis keimanan, memperkuat peran Islam sebagai kekuatan moral dan intelektual dalam pembangunan dunia yang berkelanjutan.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |