Waketum DPP PBB Nilai KDM Cermin Moral Teladan Bagi Para Pemimpin

5 hours ago 7

KEHADIRAN langsung sosok KDM ke sejumlah titik bencana banjir bandang dan longsor sumatera dinilai sebagai sebuah cermin moral, patut menjadi teladan para pemimpin di semua tingkatan republik ini.

Wakil Ketua Umum DPP PBB, Dr. Ali Amran Tanjung mengatakan itu pasca memperhatikan, menganalisa serta membandingkan sikap pemimpin daerah dengan sosok KDM, termasuk respon publik. “Langkah KDM, sebuah cerminan moral yang patut ditauladani para pemimpin di negeri ini,” kata Ali, melalui rilisnya, Rabu (10/12).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Betapa tidak, gerakan spontan serta bukan karena dasar jabatan, langkah itu dinilai Ali sebuah kepekaan nurani yang sangat menyentuh hati.

Namun langkah KDM tersebut justru menjadi kontras dan mencolok, yang membuat publik bertanya lantang, bagaimana mungkin pemimpin luar daerah hadir lebih dulu dibandingkan pemimpin yang wilayahnya sendiri sedang diterpa bencana.

Rakyat melihat, siapa bertindak cepat, siapa terlambat, siapa yang absen dan lainnya.

Fakta banjir besar melanda sejumlah wilayah di Sumut, Aceh dan Sumbar menelanjangi realitas. Ketika bencana datang, kepedulian dan kecepatan para pemimpin diuji, di sisi lain publik mencatat siapa yang benar-benar ‘hadir’.

Di tengah situasi darurat dan saat air mata rakyat belum kering, sosok Kang Dedi Mulyadi (KDM), Gubernur Jawa Barat berkunjung di antara lintas daerah bencana.

Ke Sumatera Barat tanpa menunggu panggilan, KDM masuk ke kawasan terisolir, membagikan bantuan sosial sembako, sapa warga yang rumahnya terendam dan rekam langsung kondisi di lapangan.

Video dan foto kunjungan itu viral, KDM mengangkut paket bantuan dengan tangan sendiri, kunjungi rumah-rumah warga yang masih berlumpur. Warganet bertanya, di mana pemimpin Sumatera Barat.

Tinggalkan Sumbar, Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumut lawatan lanjutan KDM. Di Sibolga, kota pesisir terdampak banjir bandang dan longsor ini, KDM melakukan hal serupa.

Telusuri daerah permukiman yang rusak, memberikan penguatan moral bagi warga yang kehilangan rumah dan mata pencaharian serta memberi bantuan. Publik pun bertanya, kenapa pejabat setempat tak muncul secepat KDM.

Perjalanan kemanusiaan KDM tidak berhenti di situ. Ketika ke Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, salah satu wilayah terparah terdampak banjir, KDM berbaur dengan warga, melihat jembatan putus dan sejumlah titik kerusakan lain serta memberikan bantuan kepada para korban yang terpaksa bertahan di posko darurat.

Reaksi publik menguat di media sosial dan bertanya, ‘Kenapa Gubernur Jawa Barat yang datang, di mana pemimpin daerah itu dan kenapa orang luar lebih peduli dibanding daerah setempat.

Pertanyaan ini menggema dengan nada kritik yang semakin tajam. KDM memang dikenal sebagai figur yang bergerak tanpa birokrasi panjang. Ia datang, melihat langsung penderitaan rakyat dan memberikan apa yang bisa ia berikan.

Langkah KDM yang spontan itu mestinya menjadi ‘sorotan’ tajam bagi para kepala daerah terdampak, terlebih yang tidak hadir pada saat awal-awal terjadi bencana.

Dalam situasi krisis, kehadiran fisik pemimpin bukan sekadar formalitas. Ia adalah pesan psikologis bahwa rakyat tidak boleh dibiarkan menghadapinya sendirian.

Ketika seorang gubernur dari Jawa Barat bisa hadir, wajar publik bertanya, “Mengapa pemimpin daerah setempat tidak terlihat, apakah mereka kurang informasi, kurang kemampuan dan sebagainya, tentu jawab logisnya tidak mungkin.

Jawaban yang mungkin, bisa jadi karena kurang kepekaan. Padahal, banjir bukan hanya menguji atau merontokkan infrastruktur, tetapi juga menguji akurasi respon pemimpin di semua tingkatan.

Apa yang dilakukan KDM di Sumbar, Sibolga dan Aceh Tamiang merupakan cerminan moral bagi para pemimpin daerah. Kehadirannya karena hati, bukan karena protokol. Panggilan kemanusiaan, bukan agenda politik.

Pada era digital saat ini, publik atau bahkan pemimpin tidak melulu hanya menunggu laporan resmi. Informasi apapun bisa dilihat sendiri, apa yang terjadi, siapa yang peduli dan turun meninjau hingga memberi bantuan dan sebagainya, bahkan yang hadir setelah semua dalam kondisi stabil.

Pastinya, banjir Sumatera telah menjadi panggung, memperlihatkan siapa pemimpin yang benar-benar hadir ketika rakyat membutuhkan.

“Sosok KDM berada di garis depan, bukan karena jabatan, tetapi karena kepekaan nurani dan patut menjadi teladan untuk semua pemimpin,” kata Ali Amran, mengakhiri analisa dan sarannya. (id90)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |