Tiba-tiba Asing Serbu RI, SRBI Diborong Rp10 Triliun

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus modal asing kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia pada pekan keempat November 2025.

Merujuk data Bank Indonesia (BI), sepanjang periode 24-27 November 2025, investor asing tercatat membukukan aksi beli atau net foreing inflow sebesar Rp12,70 triliun. Melanjutkan arus masuk asing yang telah terjadi di pekan sebelumnya.

Asing terlihat melakukan inflow terbesar pada instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang membukukan beli bersih Rp10,27 triliun. Hal ini sekaligus mamatahkan tren outflow asing di SRBI dalam enam pekan beruntun.

Di pasar saham, asing mencatatkan beli neto Rp2,01 triliun, sedangkan di pasar Surat Berharga Negara (SBN) investor asing tercatat melakukan pembelian sebesar Rp0,41 triliun. Kombinasi positif di ketiga instrumen tersebut memperlihatkan bahwa minat terhadap aset rupiah menguat menjelang penutupan bulan.

Meski demikian, secara kumulatif sepanjang tahun, arus modal asing masih berada di zona negatif. Hingga 27 November 2025, nonresiden mencatatkan jual neto sebesar Rp26,41 triliun di pasar saham, Rp3,30 triliun di pasar SBN, dan Rp145,26 triliun di SRBI. Namun perbaikan arus dana dalam dua pekan terakhir menjadi sinyal bahwa tekanan eksternal mulai mereda.

Sementara itu, indikator Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun turun ke 72,54 basis poin (bps) per 27 November 2025, dari 76,69 bps pada 21 November 2025. Penurunan ini mencerminkan meredanya persepsi risiko investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia, sejalan dengan stabilnya nilai tukar dan membaiknya sentimen di pasar regional.

Level CDS Indonesia saat ini juga masih lebih rendah dibandingkan kondisi di pertengahan tahun sehingga menunjukkan bahwa kepercayaan pelaku pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia relatif kuat.

Arus masuk asing yang kuat pada pekan ini juga masih tak lepas dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuannya pada RDG 18-19 November 2025 lalu. BI Rate bertahan di level 4,75% dengan Deposit Facility 3,75% dan Lending Facility 5,50%. Kebijakan suku bunga yang tetap ini memberi sinyal konsistensi BI dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan dukungan terhadap pemulihan pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi eksternal, meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) turut mendorong investor global kembali masuk ke aset berisiko.

Sentimen "risk-on" ini membuat arus modal asing kembali mengalir ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan CME FedWatch Tool, pekan lalu pasar memperkirakan sekitar 80% probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada FOMC Desember.

Dengan masuknya aliran dana asing dan penurunan CDS, momentum penguatan pasar keuangan Tanah Air diperkirakan masih dapat berlanjut, meski risiko global tetap perlu diwaspadai.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |