Tekanan Dolar dan Tarif Trump, Ini Taktik Pengusaha RI Hadapi Asing

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak geopolitik dunia hingga kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) mengguncang dunia. Di saat bersamaan, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menunjukkan tren pelemahan.

Kondisi ini membuat pengusaha pelayaran harus berputar otak untuk tetap bertahan karena memberikan tantangan bagi pelayaran nasional.

Pasalnya, fluktuasi nilai tukar Rupiah menambah beban biaya perawatan kapal karena komponen kapal lebih banyak impor. Selain itu, beban utang usaha pelaku dalam mata uang asing juga akan lebih besar.

Sebagaimana diketahui, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika telah menyentuh di rentang Rp16,700-Rp16,800, bahkan sempat tembus Rp 17.000 beberapa Waktu lalu. Untuk itu, pelaku usaha pelayaran nasional akan terus mencermati fluktuasi nilai tukar tersebut.

"Tapi di tengah tantangan yang ada, patut disyukuri iklim usaha pelayaran nasional di domestik masih kondusif sejauh ini. Kondisi ini tentu perlu terus dijaga, salah satunya dengan tetap konsisten mempertahankan asas cabotage yang mana ini berarti juga menjaga kedaulatan negara." Ketua Umum Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto dalam keterangannya, Jumat (2/5/2025).

Regulasi cabotage merupakan aturan yang mewajibkan kapal yang melakukan pelayaran menggunakan berbendera negara asalnya. Beberapa negara maju seperti AS dan Jepang juga konsisten menerapkan asas cabotage untuk menjaga kedaulatan mereka.

Di tengah tantangan geopolitik global, pelaku usaha juga tengah berupaya mendorong daya saing pelayaran nasional. Peningkatan daya saing dibutuhkan agar pelayaran merah putih mampu berkompetisi demi mengikis dominasi kapal asing pada angkutan ekspor impor Indonesia.

Sudah ada beberapa perusahaan pelayaran merah putih yang telah berlayar di laut internasional. Namun, jumlahnya masih terlalu sedikit.

Kebanyakan pengusaha pelayaran nasional masih berlayar di area domestik karena belum memiliki pasar cargo internasional.

"Tidak banyak, sebagian besar pemilik kapal senang menjadi pemain domestik. Sederhana, karena mereka tidak perlu mematuhi regulasi IMO. Kita memiliki regulasi sendiri. Saya pikir masih bagus melakukan bisnis di negara sendiri," kata Carmelita.

Sedangkan kru-kru Indonesia saat ini tengah dilirik oleh pasar kerja pelayaran global, sehingga perlu meningkatkan kompetensi diri yang bisa menyaingi kru asal Filipina dan India.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkeu AS Beri Sinyal Baru Trump Ingin Perang Dagang Mereda

Next Article Video: BI Beberkan 5 Indikator Ekonomi Dunia Bakal Meredup ke Depan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |