Takut Digempur AS dan Israel, Milisi Pro-Iran di Irak Lucuti Senjata

4 days ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah milisi pro-Iran di Irak dilaporkan siap melucuti persenjataannya. Hal ini dilakukan guna menghindari konflik dengan Amerika Serikat (AS) pimpinan Presiden Donald Trump.

Mengutip Reuters, Selasa (8/4/2025), sumber yang mencakup enam komandan lokal dari empat milisi utama mengaku langkah untuk meredakan ketegangan ini menyusul peringatan berulang yang dikeluarkan secara pribadi oleh pejabat AS kepada pemerintah Irak sejak Trump berkuasa pada bulan Januari. Washington diketahui terus mengancam dengan serangan udara.

Seorang politikus senior Muslim Syiah yang dekat dengan aliansi pemerintahan Irak, Izzat Al Shahbndar, mengatakan bahwa diskusi antara Perdana Menteri Mohammed Shia Al Sudani dan beberapa pemimpin milisi "sangat maju". Kelompok-kelompok itu, menurutnya, cenderung mematuhi seruan AS untuk pelucutan senjata.

"Faksi-faksi itu tidak bertindak keras kepala atau bersikeras untuk melanjutkan bentuk mereka saat ini," katanya, seraya menambahkan bahwa kelompok-kelompok itu "sepenuhnya menyadari" bahwa mereka dapat menjadi sasaran AS.

Enam komandan milisi yang diwawancarai di Baghdad dan provinsi Selatan berasal dari empat kelompok terkuat yakni Kataib Hezbollah, Nujabaa, Kataib Sayyed Al Shuhada, dan Ansarullah Al Awfiyaa. Milisi tersebut merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai kelompok 'Perlawanan Islam di Irak', yang merupakan proksi Teheran di negara itu untuk melindungi kepentingan masyarakat Syiah.

Para komandan bahkan mengatakan sekutu dan pelindung utama mereka, pasukan militer elit Garda Revolusi (IRGC) Iran, telah memberi mereka restu untuk mengambil keputusan apa pun yang mereka anggap perlu untuk menghindari terseret ke dalam konflik yang berpotensi merusak dengan AS dan Israel.


"Trump siap membawa perang bersama kita ke tingkat yang lebih buruk, kami tahu itu, dan kami ingin menghindari skenario buruk seperti itu," kata seorang komandan Kataib Hezbollah, milisi Syiah paling kuat.

Iran Mulai Goyah?

Pergeseran ini terjadi pada saat yang genting bagi 'Poros Perlawanan' regional Teheran sejak serangan kelompok Palestina Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang menjerumuskan Timur Tengah ke dalam konflik. Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon telah digempur Israel sejak perang Gaza dimulai sementara gerakan Houthi di Yaman telah menjadi sasaran serangan udara AS sejak bulan lalu. Jatuhnya Presiden Suriah Bashar Al Assad, sekutu utama Iran lainnya, semakin melemahkan pengaruh Republik Islam tersebut.

Irak berupaya menyeimbangkan aliansinya dengan Amerika dan Iran dalam menangani milisi di wilayahnya. Kelompok-kelompok tersebut muncul di seluruh negeri dengan dukungan finansial dan militer Iran setelah invasi AS tahun 2003 yang menggulingkan Saddam Hussein, dan telah menjadi kekuatan tangguh yang dapat menyaingi tentara nasional dalam hal daya tembak.


Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memberi tahu Perdana Menteri Sudani melalui panggilan telepon pada tanggal 16 Maret, tak lama setelah serangan Amerika terhadap Houthi dimulai, untuk mencegah milisi pro-Iran melakukan serangan balas dendam yang dialamatkan terhadap Israel dan pangkalan AS di wilayah tersebut.

Milisi yang bermarkas di Irak telah melancarkan puluhan serangan pesawat nirawak dan roket terhadap Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas sejak perang Gaza dimulai dan menewaskan tiga tentara AS dalam operasi pesawat nirawak di Yordania dekat perbatasan Suriah tahun lalu.

Mantan penasihat politik Sudani, Ibrahim Al Sumaidaie, mengatakan kepada TV pemerintah Irak bahwa AS telah lama mendesak pimpinan Irak untuk membubarkan milisi Syiah. Tetapi kali ini Washington mungkin tidak akan menerima jawaban tidak.

"Jika kami tidak patuh secara sukarela, kami mungkin akan dipaksa dari luar, dan dengan kekerasan."


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Gelar Buka Bersama, Janjikan Ini ke Muslim AS

Next Article Negara Ini Bisa Jadi Medan Perang Baru di Timur Tengah

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |