Tak Perlu Impor, Bahlil Sebut Pasokan Gas RI Akan Naik di 2026-2027

12 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia optimistis produksi gas bumi nasional mulai akan mengalami peningkatan pada periode 2026-2027. Hal tersebut didorong adanya penemuan sumur migas baru di beberapa wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia.

Bahlil menjelaskan bahwa peningkatan produksi gas nantinya akan didorong oleh pengembangan dua penemuan sumur migas baru. Dua temuan tersebut yaitu Sumur Layaran di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Migas South Andaman, perairan Aceh, dan Geng North di Kalimantan.

"Saya kemarin baru pulang dari Kalimantan. Mengecek 2026-2027 lifting kita akan mulai naik. Ya 2025 ini kita belum pernah ada impor gas kok," kata Bahlil ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/5/2025).

Oleh sebab itu, ia pun memastikan bahwa pasokan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri masih akan mencukupi. Hal tersebut sekaligus merespons adanya potensi defisit gas yang dipaparkan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN).

Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memproyeksikan bahwa pasokan gas RI akan mulai mengalami defisit dari periode 2025 hingga 2035. Hal tersebut terungkap dalam profil Gas Balance PGN 2025-2035 yang dipaparkan perusahaan di DPR RI.

Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arief Setiawan Handoko menyebutkan bahwa wilayah Sumatera bagian utara dan Sumatera bagian tengah diperkirakan mengalami defisit yang signifikan. Pada 2035 misalnya, wilayah ini diperkirakan mengalami defisit hingga 96 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Sementara itu, untuk di wilayah Sumatera bagian Selatan defisit gas diperkirakan jauh lebih besar. Pada tahun 2034 angkanya mencapai 534 MMSCFD kemudian pada 2035 sebesar 513 MMSCFD. Begitu juga dengan wilayah Jawa bagian Timur yang diperkirakan mencapai 194 MMSCFD pada 2035.

"Profil gas balance PGN periode 2025 sampai 2035 mengalami tren penurunan. Di sini yang akan sedikit lebih mengkhawatirkan dimana sejak 2025 short dari gas balance kita dari 2025 sampai ke 2035 itu shortage-nya semakin membesar sampai minus 513," kata Arief dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Senin (28/4/2025).

Menurut Arief, kondisi ini sudah mulai berlangsung sejak 2025. Adapun, salah satu faktor yang membuat defisit pasokan gas utamanya disebabkan oleh penurunan produksi gas di sektor hulu secara alamiah.

"Ini dipengaruhi atau disebabkan utamanya karena penurunan natural atau natural declining dari pemasok yang belum dapat diimbangi dengan temuan cadangan dan produksi dari lapangan gas bumi baru," ujar Arief.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Dihantui Krisis Gas, Pembatasan Ekspor Jadi Solusi?

Next Article ESDM Beri Sinyal Harga Gas Murah untuk Industri Dilanjutkan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |