
JAKARTA (Waspada): Menyambut hari Raya Tri Suci Waisak Waisak 2569 BE/Tahun 2025, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag) mengadakan kegiatan menanam pohon. Sebanyak 30 pohon Bodhi dan Sala ditanam di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (20/4/2025).
Penanaman pohon dilakukan oleh Direktur Jenderal Bimas Buddha Kemenag, Supriyadi, sejumlah Bikkhu dan bhikkhuni,
Direktur Operasi TMII Arie Prasetyo serta sejumlah tokoh Agama Buddha yang hadir.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
“Menanam pohon secara bersama ini menjadi bagian dari kontribusi Umat Buddha bagi kelangsungan lingkungan,” kata Supriyadi.
Supriyadi mengatakan, dua jenis pohon yang ditanam, yakni Bodhi dan Sala merupakan pohon kesadaran. Pohon bodhi punya arti sungguh besar bagi umat buddha dan sangat bersejarah. Dimana petapa utama bermeditasi dan ditempatkan kecerahan, kemudahan. Sedangkan pohon sala adalah pohon dimana sang buddha beribadah.
“Nah dua pohon ialah pohon yang bersejarah bagi umat buddha dan mudah-mudahan kita semua itu dengan melaksanakan tanam pohon ini, selain kita tuh mengenai tentang pentingnya lingkungan dengan pentingnya tumbuhan semakin-semakin berkurang dan udaranya semakin jadi baik,” kata Supriyadi.
Tahun ini, Hari Raya Waisak jatuh pada 12 Mei 2025. Kemenag sendiri menyelenggarakan rangkaian kegiatan selama sebulan, sejak 12 April sampai puncak 12 Mei nanti.
“Nah nanti di akhir pada tanggal 12 Mei kita semua akan melaksanakan puja Wesak baik yang ada di Taman Mini Indonesia Indah ini. Juga ada wihara juga ada baik yang ada di semua wihara-wihara di Indonesia dan juga ada janggi Borobudur selain itu juga ada janggi Jiwa, ada janggi Sojiwa, ada janggi Sewu,” ujar Supriyadi.
Supriyadi berharap, Umat Buddha di Indonesia mampu mewujudkan tema besar meningkatkan pengendalian diri dan kebijaksanaan untuk perdamaian dunia.
“Maka harapan saya umat buddha di Indonesia akan bersama-sama mewujudkan perdamaian, kedamaian dalam dirinya, dalam masyarakatnya, dalam lingkungan lebih luas baik negara dan bangsa,” tandasnya.
Direktur Operasional TMII, Ami Prasetya mengatakan sangat mengapresiasi kolaborasi dengan Kementerian Agama dalam perayaan berbagai hari raya keagamaan, termasuk Agama Buddha.
“Taman Mini adalah wadah kegiatan. Baik itu kegiatan sebuah budaya, tradisi, keagamaan. Kami juga di sini memiliki 32 anjungan, ada 18 museum dan ada 7 rumah ibadah di sini. Sehingga saya pikir Taman Mini waktu diciptakan tahun 1975 itu memang menjadi wadah kegiatan. Dan saat ini ada konsep di mana Taman Mini mengusung pilar gris, hijau. Bukan hanya hijau warnanya ya banyak tanaman, tapi juga kami mulai memperlakukan reduksi dari emisi penggunaan kendaraan listrik dan lain sebagainya,” ujar Arie.
Dan juga ke depannya tentunya ini sebuah awal dari kolaborasi jangka panjang. Karena anak pohon-pohon ini umurnya juga cukup lama ya Pak, dan tidak akan kami pelihara. Kami rawat di Taman Mini. Mudah-mudahan ini juga warisan buat anak tujuh generasi kita yang akan datang. Ya, kami dari pemerintah tentu memberikan fasilitasi atas beberapa kebutuhan rumah. Dan kita mempertemukan berbagai instansi yang ada. Dan komunikasi itu terus dijalankan. Harap-harap semoga akan berjalan dengan baik.
Bikkhuni Santini Mahatheri mengatakan, pohon Bodhi dan Sala sangat spesial. Dalam 24 jam pohon bodhi mengeluarkan oksigen.
“Jadi sepanjang masa hanya pohon bodi yang mengeluarkan oksigen setiap saatnya. Malam juga. Makanya bisa bermeditasi di bawah pohon bodhi dan selamat,” tandas Bikkhuni Santini.
Ficus religiosa atau ara suci adalah sebuah spesies ara yang berasal dari subbenua India, barat daya Tiongkok dan Indochina. Spesies tersebut masuk dalam Moraceae, keluarga ara dan mulberi. Spesies tersebut juga dikenal sebagai pohon bodhi,[2] pohon pippala, pohon peepal atau pohon ashwattha (di India dan Nepal).mencapai kecerahan (bodhi) ketika bermeditasi di bawah pohon Ficus religiosa.
Sementara itu, tmbuhan sala (Shorea robusta), adalah tumbuhan sejenis Meranti (Shorea), anggota suku keruing-keruingan (Dipterocarpaceae). Tumbuhan yang berasal dari anakbenua India ini sering kali disamakan dengan pohon kanon (Couroupita guianensis) yang juga disebut “sala”. (J02)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.