Ringgit Melemah, Harga CPO Balik Arah Menguat Usai Turun 3 Hari

4 days ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit atau CPO sudah berbalik arah hari ini usai penurunan tajam selama tiga hari beruntun. Penurunan harga CPO dipicu ketidakpastian global usai seruan kenaikan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pada perdagangan hari ini Selasa (8/4/2025) menguat 0,19% di level MYR 4.139 per ton. Penguatan ini memutus tren buruk harga CPO yang ambruk tga hari beruntun dengan pelemahan mencapai 7,12%

Harga CPO menguat hari ini sejalan dengan penguatan yang terjadi pada kenaikan minyak mentah dunia baik Brent maupun WTI. Kenaikan terjadi usai meredanya perang tarif yang dimulai oleh AS.

Sebelumnya harga CPO di pasar kontrak Bursa Malaysia Derivatives, bergerak melemah karena tekanan jual yang tinggi di pasar komoditas global.

Pada perdagangan penutupan kemarin, kontrak CPO April 2025 merosot 3,3% ke MYR 4.183 per ton.

Sebelumnya, Bursa Malaysia tutup pada 31 Maret dan 1 April lalu karena libur Idul Fitri. 

Namun masih terdapat beberapa tantangan untuk minyak CPO. Sementara itu Reuters memproyeksikan bahwa pasokan CPO pada Maret kemungkinan naik untuk pertama kalinya dalam 6 bulan, dengan produksi melonjak 10,3% menjadi 1,31 juta ton.

Kenaikan ini didorong oleh penguatan harga minyak mentah, kenaikan harga minyak kedelai di Chicago, serta melemahnya nilai tukar Ringgit.

Kekhawatiran akan meluasnya perang dagang global turut mendorong pemulihan sebagian dari kerugian sebesar 7,5% yang dialami kontrak tersebut dalam tiga sesi sebelumnya.

Harga minyak sawit mencerminkan pemulihan di pasar energi dan harga minyak kedelai AS - harga minyak mentah naik lebih dari 1%, sementara minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,90%.

Minyak sawit menjadi lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel ketika harga minyak mentah berjangka menguat. Minyak sawit juga mengikuti pergerakan harga minyak nabati lainnya, karena bersaing untuk memperoleh pangsa pasar minyak nabati global.

Seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur menyatakan bahwa minyak sawit mungkin akan kesulitan untuk mempertahankan tren positif karena faktor fundamental yang masih lemah. Ia juga menyebutkan adanya ekspektasi peningkatan stok pada bulan Maret.

Sebuah survei pada hari Jumat menunjukkan bahwa persediaan minyak sawit Malaysia kemungkinan meningkat pada  Maret untuk pertama kalinya dalam periode enam bulan, seiring dengan pemulihan produksi. Namun demikian, permintaan global masih lesu, dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap tarif perdagangan.

Sementara itu, kontrak minyak sawit di Dalian turun 0,57%, dan kontrak minyak kedelai paling aktif turun 0,83%.

Nilai tukar Ringgit Malaysia saat ini berada dekat level terendah dalam dua bulan terakhir terhadap Dolar AS, yang membuat minyak sawit lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri.

Jika harga berhasil menembus level saat ini, maka kemungkinan akan naik ke kisaran antara 4.323 hingga 4.362 Ringgit.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |