Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek gas Lapangan Abadi, Blok Masela, Maluku mulai menunjukkan progres. Terbaru, proyek ini sudah masuk dalam tahap Front-End Engineering Design (FEED) atau desain teknis atau rekayasa Onshore LNG (OLNG).
Sebagaimana diketahui, proyek gas 'raksasa' tersebut di operatori oleh perusahaan migas asal Jepang yakni Inpex Corporation yang memiliki hak partisipasi mencapai 65%. Bersama dengan Inpex, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) juga memiliki PI sebesar 20% dan Petronas sebesar 15%.
Proyek tersebut diperkirakan menelan investasi hingga US$ 20 miliar setara Rp 336,9 triliun (asumsi kurs Rp 16.850 per US$) atau hampir mencapai Rp 340 triliun.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengatakan, dengan diluncurkannya FEED OLNG, keputusan akhir investasi (Final Investment Decision/ FID) proyek ini ditargetkan dilakukan pada tahun depan.
Dengan demikian, proyek yang diperkirakan membutuhkan biaya hampir mencapai Rp 340 triliun ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2029.
"Sejalan dengan itu, kami ingin menegaskan kembali komitmen SKK Migas untuk mempercepat proyek ini menuju target utama on stream (beroperasi) pada tahun 2029," jelasnya dalam Launching OLNG FEED Masela di Jakarta, dikutip Senin (14/4/2025).
Djoko mengatakan, peluncuran desain teknis OLNG Masela bisa mempererat kolaborasi antara Inpex dengan mitranya yakni Pertamina dan Petronas dalam mendorong progres pengembangan Blok Masela.
"Harapannya, dengan tetap menjunjung tinggi semangat kolaborasi dan profesionalisme yang telah ditunjukkan oleh Impex dan mitranya di Asia, marilah kita laksanakan setiap tahapan pekerjaan dengan rasa urgensi yang kuat," tambahnya.
Selain itu, Djoko menyebutkan pihaknya mengapresiasi upaya Inpex bersama dengan Pertamina dan Petronas dalam mendorong melakukan progres pengembangan Masela.
"Pada kesempatan khusus ini, kami ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Inpex dan mitra-mitranya, yakni, PT Pertamina Hulu Energi dan PT Petronas atas komitmen kuat dan upaya berdedikasi tinggi dalam mendorong kemajuan proyek Abadi," ucapnya.
"Inisiasi FEED OLNG ini akan menjadi tonggak penting, sekaligus membawa proyek Abadi lebih dekat ke fase berikutnya, yaitu pengiriman tepat waktu, sesuai anggaran, sesuai jadwal, dan dengan standar keselamatan tertinggi. Inisiasi ini juga diharapkan dapat meletakkan dasar yang kokoh untuk mencapai keputusan investasi akhir tahun depan," tandasnya.
Sementara itu, President and CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda mengatakan, pihaknya mendorong progres proyek Masela agar bisa meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan energi di Indonesia. "Hari ini, dengan bangga kami umumkan dimulainya Inisiasi FEED Onshore LNG untuk Proyek LNG Abadi," jelasnya.
Adapun, perusahaan migas asal Jepang tersebut juga terus memastikan agar proyek gas Masela bisa tepat beroperasi tepat waktu.
"Pelaksanaan Inisiasi Onshore LNG merupakan pencapaian besar yang menunjukkan kemajuan proyek yang berkelanjutan. Tahap ini berfokus pada pemilihan lisensi teknologi dan teknologi penggerak turbin gas, yang keduanya penting untuk mempercepat keseluruhan fase desain rekayasa awal proyek," tambahnya.
Selain itu, Ueda juga mengungkapkan bahwa inisiasi FEED OLNG tersebut merupakan upaya perusahaan dalam mempercepat produksi sumber gas jumbo Maluku tersebut. "Kami berkomitmen untuk melakukan segala upaya guna mempercepat dimulainya produksi sesuai dengan kebijakan Pemerintah Indonesia," tandasnya.
Blok Masela
Inpex Masela Ltd merupakan pemegang hak partisipasi (Participating Interest/ PI) terbesar di Blok Masela yakni mencapai 65%.
Sebelumnya, Inpex ditemani oleh Shell Upstream Overseas Services dengan saham 35%. Namun sayangnya, Shell memutuskan hengkang dari proyek gas abadi yang berlokasi di Maluku itu.
Adapun 35% saham Shell tersebut sejak Juli 2023 lalu telah diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20% dan Petronas 15%.
Perjanjian jual beli hak partisipasi dari Shell ke Pertamina dan Petronas ini ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri ESDM atas pengalihan PI diperoleh pada 4 Oktober 2023.
Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Adapun potensi gas dari Lapangan Abadi ini diperkirakan 6,97 triliun kaki kubik (TCF) gas.
Setelah kontrak bagi hasil ditandatangani pada 1998, akhirnya Inpex menemukan cadangan gas jumbo di Blok Masela ini pada tahun 2000.
Setelah 19 tahun kemudian, baru lah Pemerintah Indonesia memberikan persetujuan atas Rencana Pengembangan atau Plan of Development (PoD) pertama (PoD-I) kepada Inpex untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dari Kilang LNG Masela, dan memproduksi 150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa, serta 35.000 barel per hari (bph) kondensat.
Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deep water, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya. Selain itu pengembangan lapangan ini juga berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.
Blok Masela juga direncanakan akan menghasilkan energi bersih melalui penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.
Penerapan CCS ini pun disetujui Pemerintah Indonesia pada 28 November 2023, melalui Revisi 2 PoD-I. Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan tender FEED. Hingga akhirnya, Rabu, 9 April 2025, Inpex meluncurkan FEED OLNG ini.
Berikut jejak penting Proyek Gas Lapangan Abadi, Blok Masela:
1998: Kontrak bagi hasil (PSC) ditandatangani oleh Inpex
2000: Penemuan cadangan gas jumbo di Blok Masela
2019: Persetujuan Rencana Pengembangan Pertama (PoD-I) oleh Pemerintah Indonesia, untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas bumi, dan 35.000 bph kondensat.
2023: Shell hengkang, Pertamina dan Petronas masuk memegang hak partisipasi masing-masing 20% dan 15%. Kemudian, Revisi 2 POD-I disetujui Pemerintah Indonesia, karena memasukkan fasilitas CCS.
2025: FEED OLNG resmi diluncurkan.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Butuh Investasi Jumbo, Tantangan Garap Cadangan Gas Bumi RI
Next Article Rosan Ungkap Inpex Mulai Konstruksi Proyek Gas Raksasa Masela di 2025