PT Timah Targetkan Produksi Tembus 21.500 Ton di 2025, Ini Strateginya

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) menargetkan produksi timah hingga akhir tahun 2025 ini bisa mencapai 21.500 ton Sn, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

Direktur Operasi dan Produksi TINS Nur Adi Kuncoro mengakui bahwa produksi bijih dan logam timah TINS pada Semester I-2025 ini menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Pada Semester I-2025 ini produksi bijih timah PT Timah turun 32% menjadi 6.997 ton Sn dari 10.250 ton Sn pada periode yang sama di 2024.

Untuk produksi logam timah TINS pada Semester I-2025 tercatat turun 29% menjadi 6.870 metrik ton dari 9.675 metrik ton pada Semester I-2024.

Dia menjelaskan, penurunan produksi timah pada Semester I-2025 ini karena beberapa faktor, antara lain dari jumlah alat produksi, terutama kapal isap produksi. Lalu, faktor intensitas cuaca pada tahun 2025 ini cukup lebih lama daripada tahun lalu.

Namun demikian, menurutnya pihaknya tetap berkomitmen merealisasikan target produksi sesuai RKAP 2025 tersebut.

"Untuk beberapa strategi peningkatan operasi produksi, tentunya yang kami sampaikan di sini adalah bahwa berdasarkan RKAP tahun 2025, target adalah di 21.500 ton Sn. Beberapa hal yang menjadi program kami untuk tindak lanjut adalah fokus pada pencapaian target dan penyatuan kekuatan, peningkatan komitmen setiap karyawan. Tentunya, ini kita harapkan tidak ada isu internal terkait dengan fraud dan lain-lain," ungkapnya pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (22/09/2025).

Dia pun membeberkan sejumlah strategi untuk mencapai target produksi tersebut. Pertama, dari sisi internal, menurutnya pihaknya membentuk tim manajemen untuk pengurusan perizinan.

"Ini juga menjadi fokus kita karena beberapa isu perizinan tentunya menjadi hal yang harus segera kami selesaikan agar kegiatan operasional juga bisa lebih maksimal," ujarnya.

Kedua, yaitu optimalisasi pengelolaan tambang darat dan tambang primer.

"Jadi, selain dari tambang aluvial, tentunya kami juga sudah mulai melakukan kegiatan tambang primer yang ada di wilayah Paku, yang ada di Bangka Tengah, dan wilayah Batu Besi, yang ada di Kabupaten Belitung Timur. Di sisi lain, juga percontohan dari ponton isap produksi dari perusahaan guna optimalisasi produksi yang ada di wilayah laut. Memang skalanya lebih kecil, tapi ini menjadi concern kita untuk memberikan kontribusi lebih dalam produktivitas dari ponton isap produksi tersebut," paparnya.

Ketiga, yaitu melakukan kegiatan pembukaan tambang di beberapa lokasi yang tercatat memiliki potensi timah cukup tinggi.

"Yang berikutnya adalah tetap kita melakukan kegiatan pembukaan tambang Beriga yang ada di wilayah Bangka Tengah, mempunyai potensi cukup tinggi, kurang lebih 4.000 ton Sn. Laut Rias, yang ada di laut Bangka Selatan, dan Laut Oliver, yang ada di Belitung Timur, yang potensi sumber dayanya cukup besar, yaitu di angka 39.000 ton Sn," bebernya.

"Demikian juga dengan optimalisasi kapal isap produksi yang beroperasi di wilayah Bangka dan Kundur, dan kita harapkan target bisa 60 unit untuk bisa beroperasi dengan tentunya berdasarkan spesifikasi dari kapal sesuai dengan kapasitas kedalaman, cadangan, dan ladder ataupun panjang dari alat penggalian dengan kapal isap tersebut," ujarnya.

"Di sisi lain, untuk penentuan nilai imbal usaha jasa pertambangan, kita juga sudah menggunakan beberapa formula yang terkait dengan biaya investasi, biaya operasi, fixed cost, harga BBM, dan itu juga adalah hal-hal yang berlaku di dalam ketentuan kita. Untuk penentuan nilai imbal usaha jasa yang berlaku di PT Timah saat ini, nilai imbal usaha jasa adalah di 250 juta per ton Sn," paparnya.

Selain itu, pihaknya juga akan mengoptimalkan pertambangan rakyat.

"Dan itu bukan kolektor, yang kita optimalkan adalah rakyat yang kita berdayakan. Kita kerja sama melalui program kemitraan agar tadi slogan dari 'Timah Untuk Rakyat' juga menjadi concern kita untuk membantu kegiatan produksi, tentunya dengan aspek safety yang kita jaga agar tidak ada hal-hal yang terkait dengan safety yang menjadi permasalahan. Demikian juga untuk reklamasi, kita terus melakukan kegiatan reklamasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sesuai dengan dokumen rencana kerja reklamasi, dan ini sudah kami lakukan, baik yang dilakukan di darat maupun di laut," paparnya.

"Di sisi lain, juga optimalisasi untuk bekas kolong atau bekas penambangan, kita lakukan kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yang berkelanjutan kepada masyarakat," tandasnya.

Perlu diketahui, produksi bijih timah PT Timah pada 2024 tercatat 19.437 ton Sn, naik dibandingkan 2023 yang sebesar 14.855 ton Sn. Namun, pada Semester I-2025 ini produksi bijih timah PT Timah turun 32% menjadi 6.997 ton Sn dari 10.250 ton Sn pada periode yang sama di 2024.

Adapun target produksi bijih timah sampai akhir 2025 ini mencapai 21.500 ton Sn.

Untuk produksi logam timah pada 2024 tercatat 18.915 metrik ton, naik dari 15.340 metrik ton pada 2023. Hingga Semester I-2025 produksi logam timah TINS tercatat turun 29% menjadi 6.870 metrik ton dari 9.675 metrik ton pada Semester I-2024.

Adapun target produksi logam timah pada 2025 ini bisa mencapai 21.545 metrik ton.

Sementara untuk penjualan logam timah pada 2024 tercatat sebesar 17.507 metrik ton, naik dari 14.385 metrik ton pada 2023. Hingga Semester I-2025 penjualan logam timah TINS tercatat turun 28% menjadi "hanya" 5.983 metrik ton dari 8.299 metrik ton pada periode yang sama tahun lalu (yoy).

Adapun target penjualan logam timah TINS pada 2025 mencapai 19.065 metrik ton.

Sementara harga timah rata-rata pada 2025 ditargetkan US$ 29.000 per metrik ton. Adapun realisasi harga jual rata-rata timah pada Semester I-2025 ini mencapai US$ 32.816 per metrik ton, naik 8% dibandingkan US$ 30.397 per metrik ton pada Semester I-2024.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Wow! Nyaris 200.000 Hektar Tambang PT Timah Ada di Laut

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |