Jakarta, CNBC Indonesia - Para petani salak pondoh di Kabupaten Sleman Yogyakarta mulai resah terhadap kehadiran pertambangan pasir di lereng Gunung Merapi yang berimbas ke pertanian salak pondoh di daerah tersebut.
Kepala Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) salak pondoh Sleman yang juga menjadi pemilik desa agrowisata Omah Salak, Surya Agung Saputra mengatakan dampak dari penambangan pasir lereng Merapi ke pertanian salak pondoh di Sleman cukup parah karena mempengaruhi perairan yang menjadi bagian terpenting dari penanaman salak.
"Dampak dari penambangan pasir di lereng Merapi cukup parah ya, kami yang di Sleman dampaknya cukup parah," kata Surya kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/4/2025).
Adapun menurutnya, penambangan pasir yang menjadi penyebab lahan salak terdampak bukan berasal dari Sleman, melainkan penambangan pasir yang berada di Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
"Penambangan pasir yang menjadi penyebab rusaknya lahan salak bukan berasal dari Sleman, tapi Kabupaten Magelang, karena di daerah itu masih banyak ditemui penambangan pasir," ujar Surya.
Foto: Salak pondoh lereng Gunung Merapi. (Dok.Istimewa)
Salak pondoh lereng Gunung Merapi. (Dok.Istimewa)
Dampak dari masifnya penambangan pasir membuat sistem perairan pun terganggu dan mempengaruhi penanaman salak pondoh. Bahkan, para petani salak terpaksa harus menanam pertanian lain seperti sayuran atau lahan lain. Namun, pertanian lain tersebut juga tidak dapat tumbuh subur mengingat sistem perairan yang sudah terganggu akibat penambangan pasir.
"Sekarang petani saja untuk bertani salak susah sekali di sini. Karena nggak ada pengairan, waktu kemarau banyak yang kering, mau tidak mau diganti untuk sayuran, misalnya cabai, ataupun tanaman lainnya pun karena airnya terbatas, tapi balik lagi, airnya berkurang, alhasil susah juga untuk nanam sayuran," ungkapnya.
Dampak penambangan pasir juga membuat penjualan salak pondoh pun turun drastis, di mana pihaknya mencatat ada penurunan omzet sekitar 70%. Bahkan untuk kebutuhan ekspor pun kini sulit dipenuhi dan harus mencari alternatif dari daerah lain seperti Kabupaten Wonosobo dan di daerah Jawa Tengah lainnya.
"Ada penurunan omzet hingga 70% begitu juga ekspor, kita dulu sering banget melakukan ekspor dan dari sini yang paling besar. Sekarang, udah susah karena panennya juga susah, mau tidak mau ambil dari daerah lain seperti Wonosobo atau daerah Jawa Tengah lain," ungkapnya lagi.
Terkait dengan dampak ini, pihaknya pun meminta kepada pemerintah terutama pemerintah Jawa Tengah untuk melakukan penindakan terhadap penambang pasir ilegal di Jawa Tengah agar dampaknya tidak makin membesar.
"Ya kalau kami minta gimana caranya penambangan pasir ini dapat dikendalikan oleh pemerintah Jawa Tengah, karena sumber masalahnya ada di Magelang, jadi ini kewenangan pemerintah Jawa Tengah," pungkasnya.
(chd/wur)
Saksikan video di bawah ini: