
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
Oleh Abu Dayah Manyang Tgk H Farmadi ZA M.Sc
Pernyataan atau quote “Pendidikan bukan sekadar persoalan kurikulum dan angka-angka, melainkan tentang membuka ruang bagi masa depan dan menapaki Thariqah (jalan) menuju Ilahi”, mengandung makna filosofis yang sangat mendalam.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Dalam pandangan ini, pendidikan dipahami tidak hanya sebagai proses transfer pengetahuan, yang dibatasi oleh kerangka kurikulum atau diukur oleh angka-angka dan nilai akademik. Akan tetapi, pendidikan sebagai proses spiritual dan eksistensial, yang membuka jalan menuju kesempurnaan insan.
Pendidikan sejatinya harus menjadi ruang yang membebaskan, membentuk kesadaran dan membimbing manusia, untuk menemukan makna hidup yang lebih tinggi, yakni perjalanan menuju Ilahi.
Dalam konteks pendidikan Islam, hal ini sejalan dengan konsep tarbiyah ruhiyah, yang menekankan pembentukan jiwa dan karakter, serta ta’dib yang mengarah pada pembentukan adab sebagai jalan menuju kebijaksanaan ilahiah. Maka, setiap proses pembelajaran seharusnya tidak hanya berorientasi pada capaian kognitif, tetapi juga pada dimensi transcendental, yang menumbuhkan kesadaran spiritual, kepekaan moral dan kedalaman makna dalam diri peserta didik.
Dalam kerangka ini, pendidikan perlu dipandang sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya (insan kāmil), yang tidak hanya terampil secara intelektual tetapi juga halus dalam rasa, matang dalam jiwa, dan kokoh dalam iman.
Thariqah menuju Ilahi yang dimaksud, bukan semata jalur ritual spiritual formal, tetapi sebuah perjalanan batiniah yang ditempuh melalui pencarian ilmu yang ikhlas, pengamalan nilai-nilai kebajikan dan pengabdian yang tulus kepada sesama. Disinilah pendidikan menemukan ruhnya sebagai sarana tazkiyah (penyucian diri) dan tahdzib (pembinaan akhlak), bukan sekadar sebagai alat untuk mobilitas sosial atau capaian materialistik.
Ketika pendidikan disempitkan pada angka-angka ujian dan akreditasi semata, maka yang hilang adalah makna terdalam dari proses belajar, yaitu menjadi manusia yang terus-menerus berproses, yang rendah hati di hadapan ilmu dan yang sadar bahwa ilmu sejati adalah jalan pulang menuju Sang Pencipta.
Dalam konteks pendidikan Islam kontemporer, pernyataan tersebut mengajak kita untuk melakukan refleksi kritis terhadap arah dan orientasi sistem pendidikan yang berkembang saat ini. Banyak institusi pendidikan yang terjebak dalam paradigma instrumentalistik. Dimana tujuan utama pendidikan direduksi menjadi pemenuhan target kurikulum, standar kompetensi dan penguasaan keterampilan kerja semata.
Padahal, dalam tradisi keilmuan Islam klasik, pendidikan selalu diletakkan dalam kerangka pembentukan akhlak dan pencapaian makrifat. Dimana ilmu bukan sekadar alat untuk menguasai dunia, tetapi sebagai wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nilai-nilai seperti keikhlasan, kesabaran dalam menuntut ilmu, adab terhadap guru dan ilmu, serta komitmen terhadap kebenaran, menjadi inti dari proses belajar dalam tradisi pesantren dan thariqah.
Dengan demikian, revitalisasi makna pendidikan sebagai jalan spiritual perlu menjadi bagian dari reformasi pendidikan kita. Kurikulum tidak cukup hanya dirancang untuk memenuhi standar global, tetapi juga harus menyentuh sisi-sisi terdalam kemanusiaan peserta didik melatih hati, menumbuhkan empati, serta membentuk karakter yang berakar pada nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Pendidikan seharusnya menjadi ladang penyemaian nilai, bukan sekadar ruang produksi kompetensi. Dalam semangat itulah, kita diingatkan bahwa pendidikan bukanlah tujuan akhir, melainkan jalan yang harus dilalui dengan kesadaran spiritual. Dan di ujung jalan itulah, manusia menemukan dirinya sebagai hamba yang belajar, tumbuh dan kembali kepada-Nya.
Penulis adalah Pimpinan Dayah Manyang Puskiyai Aceh, Krueng Baru, Desa Kayee Aceh, Kecamatan Lembah Sabil, Aceh Barat Daya. Juga Mubaligh Lintas Negara ASEAN. (Disyarah oleh Syaikhuna DR Tabrani ZA Al-Asyhi MSI, dari UIN Ar Raniry, Banda Aceh).
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.