Pedagang Kelapa Parut Merana, Ditinggal Pembeli-Omzet Ambruk

13 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Omzet pedagang kelapa parut menyusut hingga 50% lebih karena sepi pembeli setelah harga jual kelapa parut melonjak hingga dua kali lipat. Nana yang merupakan seorang pedagang kelapa parut di Pasar Pondok Gede, Jakarta Timur, bercerita bahwa omzet yang didapatnya turun drastis setelah harga jual kelapa parut melonjak.

Harga kelapa parut yang biasanya dijual paling mahal Rp10.000 per butir, kini harus dijual Rp17.000 per butir.

"Dari gudang sudah Rp12.000 per butir, belum ongkos kirim ke sini," ucap Nana kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/5/2025).

Akibat harga yang melonjak, para pembeli mulai meninggalkan kelapa parut segar. Terutama para pembeli untuk kebutuhan dapur rumah tangga.

"Sekarang jadi beli yang instan karena harga. Dulu orang bawa Rp20.000 bisa beli dua butir masih kembali, sekarang dapatnya cuma satu," ucap Nana.

Dampak paling terasa adalah pembelian dari konsumen warung makan, yang merupakan kontributor pendapatan terbesarnya.

"Sekarang warung nasi biasanya sekali beli 20 butir, jadi cuma dua butir aja. Sisanya santan yang sachetan " ungkap Nana.

Penjualan kelapa parut di kawasan Kramat Jati, Jakarta, Kamis (17/4/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Penjualan kelapa parut di kawasan Kramat Jati, Jakarta, Kamis (17/4/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Penjualan kelapa parut di kawasan Kramat Jati, Jakarta, Kamis (17/4/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sebelum harga naik, penjualannya dalam seminggu bisa mencapai ribuan butir.

"Dulu Senin sampai Kamis bisa jual 450 sampai 600 butir. Ditambah sampai Minggu bisa sampai 1.200 butir karena banyak pesanan dari warung makan sama katering," ungkapnya.

"Kalau tempat lain bisa sampai 2.000 butir dari Senin sampai Minggu," sambungnya.

Namun, keadaannya berubah setelah harga meningkat. Penjualannya susut hingga paling banyak 300 butir saja dalam seminggu.

"Minggu ini saya ambil (dari distributor) 500, sekarang masih ada 300 pak," ucapnya.

Selain itu, saat ini dirinya dan pedagang lainnya mengaku sudah tidak bisa melakukan retur ketika kelapa mengalami kebusukan setelah harga melonjak.

"Dulu kalau ada kelapa busuk, bisa retur. Sekarang nggak boleh sama gudang," ungkapnya.

Menurutnya hal ini karena kebutuhan ekspor sehingga alokasi untuk ke pasar menjadi terbatas. Sehingga tidak diperkenankan untuk retur, Hal ini juga yang menurutnya menjadi biang kerok kenaikan harga kelapa parut di Pondok Gede.

"Kalau bisa, ekspor dibatasi. Karena orang di sini juga masih butuh (kelapa)," keluhnya.

Hal yang sama juga dialami Muchsin yang juga penjual kelapa parut. Ia mengatakan penjualannya berkurang karena konsumen beralih ke santan instan. Terutama setelah harga kelapa parut melonjak hingga dua kali lipat.


(ras/wur)

Saksikan video di bawah ini:

10 Ribu Karyawan Sritex Siap Kerja Lagi - Herms Resmi Salip LVMH

Next Article Harga Kelapa Hari ini Rp18.000/ Kg, Benaran Makin Langka?

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |